#2

2.7K 108 4
                                    

Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Dan sedari tadi terus terdengar suara lolongan serigala. Namun Anna berusaha untuk tidak takut karena kini ia bukan lagi seorang manusia.

"Malam ini saya akan mengajarkan Anda untuk memburu. Sebagaimana yang sudah saya sering lakukan setiap malamnya" ujar Count sambil menatap ke arah jendela yang tidak dipasangi gorden. Dan kini mereka berada di dekat perapian yang berada di ruang makan.

Dulu sewaktu Anna masih menjadi manusia tempat itu adalah tempat favorit mereka untuk berbincang-bincang bersama. Maka dari itu tadi Count mengajaknya ke tempat itu untuk berbincang-bincang.

"Apa yang akan kita buru malam ini?" tanya Anna sambil menatap Count dari samping.

Count pun menoleh ke arah Anna dan menyunggingkan senyuman. "Anak kecil?" tanyanya, yang malah berbalik tanya pada Anna.

Namun Anna malah langsung menggelengkan kepalanya dan berkata. "Tidak! Aku tidak setuju! Kasihan dia masih kecil dan aku tidak tega"

Tapi Count malah tertawa dan memalingkan pandangannya ke jendela. "Sekarang Anda bukanlah seorang manusia lagi, Anna. Jadi untuk apa Anda merasa tidak tega? Ingat kita para makhluk kegelapan tidak pernah mempunyai rasa kasihan apalagi jika sampai tidak tega. Semua itu tidak ada dalam kamus kita" tuturnya.

Dengan berat Anna menghela nafasnya dan menundukkan kepalanya. Karena ia hampir saja lupa kalau saat ini ia bukan lagi seorang manusia. Tapi entah mengapa ia benar-benar merasa tidak tega jika yang harus diburu adalah anak kecil.

Perlahan Count menoleh ke Anna dan memperhatikannya dari samping. "Kita pergi sekarang. Anda siap, kan?" tanyanya.

Segera Anna mengangkat kepalanya, dan menatap suaminya itu. "S-Siap" jawabnya yang sedikit terbata-bata.

Hanya dengan sebuah anggukan Count menjawabnya. Lalu ia segera membalikkan tubuh dan berjalan keluar dari ruang makan itu. Melihat Count yang sudah berjalan lebih dulu membuat Anna buru-buru keluar dari ruang makan juga dan segera mengikuti Count yang berjalan menuju tangga.

Lalu mereka menuruni tangga tersebut dan berjalan menuju ke sebuah tempat yang di mana bisa melihat ke arah Selatan. Mereka terus saja berjalan hingga sampai pada sebuah jendela yang tinggi dan bertiang batu, meskipun batunya sudah amat usang karena tuanya. Tapi batu itu masih utuh hanya saja ambang kayunya sudah lama hilang.

Kemudian Count menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Anna yang juga langsung menghentikan langkahnya.

"Kita keluar lewat sini" ujar Count.

"Kenapa lewat sini? Kenapa tidak lewat pintu depan saja?" tanya Anna dengan hati-hati.

"Bukankah sudah beberapa kali Anda melihat saya yang keluar dari jendela kamar saya? Dan sebelumnya Anda sudah memakai cara saya itu, kan? Untuk menuju kamar saya" ujar Count yang malah berbalik tanya pada Anna.

Anna pun langsung menundukkan kepalanya. Ia baru teringat kalau Count serba tahu jadi wajar saja jika ia mengetahui hal tersebut.

"Bagaimana Anna? Anda siap?" tanya Count tanpa melepaskan pandangannya dari Anna.

Dengan rasa takut dan sedikit ragu Anna pun menganggukkan kepalanya dan tetap menunduk tanpa berani menatap Count. "I-Iya, aku siap" jawabnya.

Sebuah senyuman yang mengerikan pun terukir di wajah Count, lalu ia berkata. "Kalau begitu saya akan turun lebih dulu dan Anda mengikuti saya. Tak perlu takut akan jatuh. Kalau pun jatuh Anda tidak akan mati. Dan lagipula, ada saya yang akan menjaga anda"

Namun Anna tidak menjawabnya dan hanya mengangguk saja. Dan setelah itu perlahan-lahan Count keluar melalui jendela itu dan mulai merayap menuruni tembok puri dengan kepalanya yang berada di bawah.

Dan perlahan Anna mengangkat kepalanya dan melihat keluar jendela. Lalu ia melihat makhluk kegelapan itu yang sedang merayap menuruni tembok puri.

"Anna, ayo lakukan!" ujar Count sambil menghentikan aktivitasnya dan menoleh ke arah Anna.

Anna pun langsung terkejut dan tersadar dari lamunannya. Lalu ia menganggukkan kepalanya tanpa berkata apa-apa. Tapi ia segera keluar dari jendela itu dengan hati-hati. Lalu kedua tangan dan kakinya mencengkeram sudut-sudut batu yang sudah banyak terlepas dari tempelannya.

Melihat Anna yang melakukan hal tersebut membuat Count menyunggingkan senyuman. Ia begitu senang karena Anna sudah tahu cara keluar melalui jendela. Jadi ia tidak perlu mengajari hal tersebut lagi pada Anna.

Anna pun terus merayap ke bawah dan menghampiri Count. Dan saat tiba di sebelah Count ia langsung menghentikan aktivitasnya itu dan menatap Count dari samping.

"Anda memang pintar, Anna. Anda tahu benar cara keluar melalui jendela hanya karena pernah melihat saya yang melakukan cara itu" ujar Count sambil menyunggingkan senyuman.

Sebuah senyuman pun terukir di wajah Anna, karena mendengar pujian dari makhluk kegelapan itu yang kini sudah menjadi suaminya.

"Terima kasih, Count" jawab Anna dengan senyuman yang masih mengembang di wajahnya.

"Kalau begitu kita lanjutkan" ujar Count dan Anna hanya menjawabnya dengan anggukan saja.

Dan kemudian mereka mulai merayap bersama dan terus bergerak ke bawah dengan kecepatan yang cukup tinggi. Seperti seekor kadal yang sedang melata di tembok.












To be continue. . .

Second Life [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang