#14

1.4K 62 2
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul 7 pagi, dan saat ini, Axell tengah sibuk menata makanan di atas meja makan. Setelah selesai, ia pun menghela nafasnya dengan lega, dan menyunggingkan senyuman. Lalu ia menoleh ke arah sebuah tangga, yang berada tak jauh di depannya.

"Anna sudah bangun, atau belum ya?" batinnya.

Lalu ia berjalan menuju tangga itu, dan menaikinya, untuk menuju lantai dua rumahnya. Sesampainya di lantai dua, ia pun berjalan menuju kamarnya Anna, yang pintunya masih tertutup rapat. Melihat hal tersebut, membuat Axell berpikir, kalau adiknya itu masih tertidur.

"Sebaiknya aku bangunkan saja, nanti sarapannya keburu dingin" batinnya, yang kemudian mengetuk pintu kamarnya Anna.

Tok tok tok. . .

Pintu itu pun langsung berbunyi, saat ia mengetuknya.

"Anna, ayo bangun sayang, sarapannya sudah jadi" pekiknya.

Namun sayang, tidak ada jawaban apapun dari dalam sana. Dengan berat, ia menghela nafasnya, dan meraih gagang pintu. Dan dengan perlahan, ia membukanya, dan rupanya pintu itu tidak terkunci. Ia pun segera memasuki kamar itu, dan melihat Anna, yang masih tertidur, dengan mempunggunginya. Melihat hal tersebut, membuatnya menyunggingkan senyuman, dan duduk di tepi tempat tidur.

"Anna, ayo bangun sayang, ini sudah pagi, dan kita harus sarapan. Karena hari ini, orang tua kita akan datang, untuk mengunjungi kita" ujar Axell, sambil menepuk lengannya Anna, dengan pelan.

Tapi ia begitu terkejut, saat merasakan kulitnya Anna, yang terasa sangat dingin.

"Ya ampun, kenapa tangannya dingin sekali? Apakah ia sedang demam?" gumamnya.

Buru-buru ia membalikkan tubuhnya Anna, namun ia kembali terkejut, saat melihat wajahnya Anna, yang sangat pucat, seperti mayat.

"Anna, ayo bangun sayang. Atau kita ke rumah sakit, ya? Kau demam, sayang" ucapnya, sambil menepuk-nepuk pipinya Anna, dengan pelan.

Perlahan, Anna pun membuka kedua matanya, dan memperhatikan sekitar. Lalu ia melihat Axell, yang sedang duduk di sebelahnya, dengan raut wajah, yang terlihat begitu khawatir. Melihat hal tersebut, membuatnya jadi mengerutkan dahinya, dan bangkit dari posisinya, "Kau kenapa Axell? Kenapa raut wajahmu, terlihat seperti sedang cemas?" tanyanya.

"Bagaimana aku tidak cemas? Kalau tubuhmu begitu dingin, dan sepucat ini" jawab Axell, sehingga membuat Anna, langsung membulatkan kedua matanya.

Anna pun langsung menoleh ke arah cermin riasnya, dan menatap bayangan dirinya, di cermin itu. Dan dapat ia lihat, wajahnya yang terlihat sangat pucat. Tapi untungnya, kedua matanya tidak berwarna merah, dan taring yang berada di dalam mulutnya pun, juga tidak ada, seperti hilang begitu saja. Melihat hal tersebut, membuatnya begitu terheran.

"Anna, aku hubungi dokter ya? Kau demam, sayang" ujar Axell, sehingga membuat Anna langsung menoleh, ke arah kakaknya itu.

Anna pun langsung menyunggingkan senyuman, dan menggelengkan kepalanya, "Tidak usah, aku baik-baik saja. Karena sepertinya, ini efek ac yang terlalu kencang, jadi aku kedinginan seperti ini" dustanya.

"Begitukah? Kau yakin, sedang tidak demam?" tanya Axell, dengan satu alisnya, yang terangkat.

Segera Anna mengganggukkan kepalanya, dengan senyuman, yang mengembang di wajahnya, "Benar kakakku, aku tidak sedang demam" jawabnya.

Dengan berat, Axell pun menghela nafasnya, dan menggangguk paham, "Baiklah, sebaiknya sekarang kau mandi air hangat, lalu kita sarapan bersama. Karena hari ini, ayah dan ibu, akan datang ke sini" ucapnya.

Mendengar apa yang baru kakaknya katakan, membuat kedua matanya Anna, kembali membulat, "Mereka ingin datang ke sini, hari ini?" tanyanya, dan Axell langsung mengganggukkan kepalanya, "Tapi aku tak yakin, kalau mereka akan benar-benar datang. Apalagi jika mengingat, waktu itu mereka bilang ingin datang ke sini, tapi akhirnya, malah tak jadi, karena ada perkerjaan tambahan, yang mendadak" sambungnya, sambil menundukkan kepalanya.

Melihat raut wajahnya Anna, membuat Axell menghela nafasnya, dan menarik Anna, ke dalam pelukannya, "Aku juga tidak tahu, sayang. Tapi kita berdoa saja, agar mereka jadi datang ke sini" ucapnya, sambil mengusap-usap lengannya Anna.

Namun Anna hanya mengganggukkan kepalanya saja, tanpa berkata apa-apa.

"Ya sudah, sekarang kau mandi air hangat, ya? Lalu kita sarapan bersama, dan jangan lupa ajak temanmu itu" ujar Axell, dengan senyuman, yang mengembang di wajahnya.

Segera Anna mengganggukkan kepalanya, dan menyunggingkan senyuman, "Iya kakakku, sayang" ucapnya.

Tapi Axell tak berkata apa-apa lagi, ia hanya tersenyum saja, dan mengecup puncak kepalanya Anna, sehingga membuat Anna, langsung memejamkan kedua matanya.

"Sudah lama sekali, aku tak merasakan pelukan hangat, dan kecupan dari Axell seperti ini. Sampai-sampai, aku sangat merindukan hal tersebut" batinnya, dengan kedua matanya, yang masih ia pejamkan.














To be continue. . .

Second Life [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang