#23

1.3K 51 0
                                    

Hari pun sudah berganti menjadi pagi. Dan kini, Anna sedang termenung di dalam kamarnya, dan hanya seorang diri saja. Karena Gabriel sedang berada di dalam kamarnya. Sedangkan Axell, ia sudah pergi untuk hunting foto sedari tadi. Dan hari ini, Anna tak berangkat ke kampusnya, dan masih dengan alasan yang sama, yaitu sakit.

Entah mengapa, setelah menjadi vampir, Anna jadi enggan untuk berangkat ke kampusnya. Apalagi ia jadi dihantui, oleh rasa bersalah, saat mengingat Marcel. Karena biasanya, saat Anna sedang berada di kampus, Marcel lah yang selalu setia menemaninya. Tapi kini, Marcel telah tiada, dan mati dengan begitu tragis, yaitu menjadi santapan serigala-serigala, waktu ia menantang Count.

Namun Anna berpikir, tidak mungkin jika ia selamanya tak berangkat ke kampusnya, dengan alasan yang sama, yaitu sakit, tapi ia tidak punya alasan lain. Ingin mengatakan pada Axell pun, kalau kampusnya sedang libur, juga tak mungkin, karena Axell tahu benar, kapan kampusnya Anna akan libur.

Dengan berat, Anna menghela nafasnya, dan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Lalu ia menatap langit-langit kamarnya, sambil memutar otaknya.

Tapi tiba-tiba, ia mendengar suara pintu kamarnya, yang diketuk, sehingga membuatnya langsung menoleh ke arah pintu.

"Masuk saja Gabriel, pintunya tidak dikunci" pekiknya.

Tapi seseorang di luar sana, tak menjawabnya sama sekali. Dan perlahan, pintu pun mulai terbuka, karena dibuka oleh seseorang, dari luar sana. Anna pun segera bangkit dari posisinya, dan dapat ia lihat, Gabriel yang sedang berdiri di depan sana.

"Masuklah, ada yang ingin kubicarakan padamu" ujar Anna.

"Baiklah" jawab Gabriel, yang kemudian memasuki kamarnya Anna, dan menutup pintunya kembali. Lalu ia berjalan menghampiri Anna, dan duduk di tepi tempat tidur, "Kau ingin membicarakan apa?" tanyanya, sambil menatap Anna dari samping.

Dengan berat, Anna pun menghela nafasnya, dan menundukkan kepala, "Soal kampusku" katanya, sehingga membuat dahinya Gabriel, jadi mengerut, "Kau tahu kan? Sudah beberapa hari ini, aku tak berangkat ke kampus, dan berbohong pada Axell, kalau aku sedang sakit" sambungnya, sambil menoleh ke arah Gabriel.

"Iya aku tahu, lalu?" tanya Gabriel, sambil mengganggukkan kepalanya.

Namun Anna malah menghela nafasnya lagi, dan menundukkan kepalanya, "Kau tahu, apa alasannya?" tanyanya.

"Karena kau merasa bersalah, pada Marcel. Saat berada di kampus, kau terus teringat oleh Marcel, karena dulu ia selalu menemanimu, saat kau berada di kampus" jawab Gabriel.

Tapi Anna malah mengerutkan dahinya. Ia begitu bingung, mengapa Gabriel bisa mengetahuinya? Padahal, ia tidak pernah memberitahunya, pada Gabriel. Karena melihat raut wajahnya Anna, Gabriel pun berkata, "Aku bisa membaca pikiranmu".

Mendengar hal tersebut, membuat kedua matanya Anna, langsung membulat dengan sempurna. Sungguh, kini ia jadi semakin bingung, kenapa Gabriel jadi bisa menbaca pikirannya.

"Benarkah?" tanya Anna, sambil menatap Gabriel, dengan tidak percaya.

Segera Gabriel mengganggukkan kepalanya, tanpa melepaskan pandangannya dari Anna, "Iya, kini aku sudah bisa membaca pikiranmu" jawabnya.

"Kenapa bisa seperti itu?" tanya Anna kembali.

Tapi Gabriel malah mendadak terdiam, dan menjadi patung, sehingga membuat Anna, jadi semakin terheran. Mereka pun saling menatap satu sama lain, tanpa berkata apa-apa.

Beberapa saat kemudian, Anna pun menggelengkan kepalanya, dan memalingkan pandangannya ke depan, "Lupakan, kita kembali ke topik awal" ucapnya.

Segera Gabriel mengganggukkan kepalanya, dan berkata, "Lalu bagaimana?".

"Entahlah, sebab tidak mungkin, jika aku mengatakan pada Axell, kalau aku ingin berhenti berkuliah" jawab Anna.

"Kenapa tidak pindah kampus saja?" tanya Gabriel, sehingga membuat Anna langsung menoleh ke arahnya, dan terdiam sejenak.

Lalu dengan berat, Anna menghela nafasnya, dan menundukkan kepalanya, "Kurasa, itu bukanlah ide yang bagus. Lagipula, aku sudah tak ingin berkuliah lagi, apalagi jika mengingat, kini diriku bukanlah seorang manusia lagi" katanya.

Gabriel pun langsung mengganggukkan kepalanya, dan memalingkan pandangannya ke depan, "Lalu bagaimana? Kau punya ide lain?" tanyanya, yang kemudian menoleh ke arah Anna.

Namun Anna hanya menjawabnya, dengan menggidikkan kedua bahunya, sambil menatap ke depan.

Melihat hal tersebut, membuat Gabriel kembali mengganggukkan kepalanya, dan memalingkan pandangannya ke depan, "Ya sudah, nanti aku bantu carikan ide" ucapnya.

Segera Anna menoleh ke arah Gabriel, dan menatapnya dari samping, "Benarkah?" tanyanya.

"Benar" jawab Gabriel, sambil mengganggukkan kepalanya, dan disertai dengan senyuman, yang terukir di wajahnya.

Sebuah senyuman pun, langsung terukir di wajahnya Anna. Lalu ia segera memeluk Gabriel dari samping, dan berkata, "Terima kasih Gabriel, kau memang benar-benar begitu baik".

Mendapat perlakuan seperti itu dari Anna, membuat Gabriel begitu terkejut. Tapi perlahan, ia membalas pelukannya Anna, dan mengusap-usap punggungnya, "Iya Anna, sama-sama" ucapnya, sambil menyunggingkan senyuman, yang sedikit kikuk.













To be continue. . .

Second Life [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang