#31

1.2K 66 5
                                    

Perlahan, Anna pun mulai masuk ke dalam jendela itu, yang merupakan sebuah kamar, dari rumah tersebut. Lalu ia memperhatikan sekitar, dan mendapati seorang wanita, yang sedang tertidur, di atas tempat tidur. Melihat hal tersebut, membuat Anna mengukirkan seringaian, sehingga gigi-giginya yang tajam, jadi menonjol keluar, dari bibirnya. Lalu dengan hati-hati, ia pun berjalan menghampiri wanita itu, dan berdiri di dekat ranjang. Dan tanpa berpikir panjang, Anna mulai merendahkan tubuhnya, dan mengarahkan wajahnya, pada leher wanita itu. Setelah itu, ia menancapkan gigi-giginya yang tajam, pada kulit leher wanita itu, dan mulai menggigitnya. Dan saat merasakan, ada darah yang mengalir keluar, Anna pun langsung menghisapnya, dan menelannya, tanpa merasa mual sedikit pun.

Merasakan ada sesuatu, yang merobek kulit lehernya, membuat wanita itu meringis kesakitan, dengan matanya yang masih terpejam. Namun ia tetap saja tertidur, sambil menahan rasa sakit, pada lehernya.

Sedangkan Gabriel, ia hanya memperhatikan Anna dari dekat jendela, dan mengukirkan seringaian di wajahnya, "Sekarang kau sudah mulai mengerti, cara meminum darah, langsung dari sumbernya, Anna" batinnya, dengan kedua tangannya, yang ia lipat di dada.

Anna pun terus saja, menghisap darah dari leher wanita itu. Dan setelah puas, ia segera melepaskannya, dan menegakkan tubuhnya kembali. Lalu dengan mulut yang berlumuran darah, ia berkata, "Terima kasih", sambil menatap wanita itu.

"Kerja yang bagus, Anna. Aku menyukainya" ujar Gabriel, sehingga membuat Anna, langsung menoleh ke arahnya.

"Ah~ Rasanya segar sekali" ucap Anna, sambil mengusap sisa darah pada mulutnya, dengan menggunakan telapak tangannya. Kemudian, ia berjalan menghampiri Gabriel, dan berdiri di depannya, "Kau tidak mau meminum darahnya juga?" tanyanya, dengan satu alisnya yang terangkat.

Bibirnya Gabriel pun terangkat, lalu ia mengusap sisa darah, yang masih berada di sekitar mulutnya Anna, dan berkata, "Nanti saja, yang penting sekarang kau sudah tak merasa lapar, dan juga haus".

Mendengar apa yang baru saja Gabriel katakan, membuat Anna langsung terkekeh pelan, dan memegang bahunya Gabriel, "Terima kasih, sudah mengajariku cara meminum darah, langsung dari sumbernya" katanya.

"Harusnya, kau bukan berterima kasih padaku, tapi pada Count" ujar Gabriel.

Namun Anna langsung mendengus, dan memutar bola matanya. Lalu ia berkata, "Untuk apa, berterima kasih padanya, yang begitu kejam? Ia memang mengajariku, cara meminum darah langsung dari sumbernya, tapi ia membuatku merasa bersalah, karena yang kuhisap darahnya, adalah anak kecil, yang tak berdosa"

Gabriel pun langsung terkekeh pelan, dan mengganggukkan kepalanya, "Ya sudah, sekarang kita pergi dari sini, sebelum wanita itu terbangun" ujarnya, dan Anna hanya menjawabnya, dengan anggukkan saja.

Dan kemudian, mereka pun segera meninggalkan kamar tersebut, berserta wanita itu, yang masih tertidur dengan lelapnya.





**********************




1 minggu kemudian. . .



Besok adalah hari pernikahannya Anna, dan Gabriel. Dan saat ini, Anna tengah termenung di dalam kamarnya, dan tak sabar menunggu hari esok, dengan jantung yang berdetak tak karuan. Sebenarnya, ia merasa begitu senang, karena dapat menikah, dengan seorang vampir, yang begitu baik, seperti Gabriel. Dulu, sewaktu Count mengadakan pesta pernikahannya dengan Anna, Anna tak merasa sebahagia ini, justru ia malah merasa begitu takut, dan juga bingung. Karena Count tidak memberitahunya, kalau itu adalah pesta pernikahan Anna, dengan dirinya. Dan karena pesta itulah, Anna menjadi vampir, seperti sekarang ini.

"Jangan terus melamun, tidak baik" ujar seseorang, sehingga membuatnya, langsung tersadar dari lamunannya.

Anna pun langsung menoleh ke arah sumber suara, yang berasal dari jendela kamarnya, dan dapat ia lihat, calon suaminya, yang sedang berdiri di luar sana, yaitu Gabriel. Melihat sosok pria itu, membuat Anna langsung menyunggingkan senyuman, dan berjalan menuju jendela.

"Rupanya dirimu" ucapnya.

"Ya, tentu saja aku, memangnya ada orang lain, yang malam-malam seperti ini, berdiri di sini?" tanya Gabriel, dengan satu alisnya yang terangkat.

Namun Anna malah terkekeh, dan menggelengkan kepalanya, "Tentu saja tidak ada" jawabnya.

Tapi Gabriel hanya terkekeh saja, dan masuk ke dalam kamarnya Anna, melalui jendela.

"Malam ini, ingin mencari mangsa?" tanya Anna, sambil menatap Gabriel dari samping.

Gabriel pun segera menoleh ke arah Anna, dan menatapnya, "Tentu saja tidak, besok kan hari pernikahan kita. Jadi malam ini, kita harus tidur, walaupun sulit untuk dilakukan" jawabnya, sambil meraih wajahnya Anna, dan mengusapnya perlahan.

Segera Anna menundukkan kepalanya, dan menyembunyikan wajahnya, yang menjadi merah merona, "Akan kuusahakan" katanya.

Melihat pipinya Anna, yang menjadi merah merona, membuat Gabriel menahan tawanya, dan memalingkan pandangannya ke depan. Lalu ia terdiam sejenak, dan teringat, saat ia mengantarkan Anna pada Count, pada waktu itu. Di saat, acara pernikahannya Anna dan Count. Sebenarnya, waktu itu Gabriel ingin menolak acara tersebut, karena ia tak pernah setuju, jika Count menjadikan Anna, sebagai pendamping hidupnya, dan merubah Anna, menjadi vampir. Bahkan, Gabriel pernah datang ke dalam mimpinya Anna, sewaktu gadis itu masih menjadi manusia, dan memperingatinya, untuk tidak datang ke purinya Count. Tapi ternyata, Anna malah nekat, dan tetap datang ke puri tua, miliknya Count Dracula.

Dengan berat, Gabriel menghela nafasnya, dan menundukkan kepalanya, "Saat itu, aku hanya menyaksikan pernikahanmu dengan Count, dan tidak bisa berbuat apa-apa" ucapnya, sehingga membuat Anna, langsung menoleh ke arahnya, "Tapi besok, aku yang akan menikah denganmu" sambungnya.

Anna pun langsung mengukirkan senyuman, dan memegang bahunya Gabriel. Lalu ia berkata, "Itu bukanlah pernikahan, karena tidak ada pastor. Bahkan, kami tidak saling, mengucapkan janji suci. Jadi, itu bukanlah sebuah pernikahan, karena sebuah pernikahan, kedua mempelai, harus saling mengucapkan janji suci, dan di sahkan oleh seorang pastor".

Mendengar apa yang baru saja Anna katakan, membuat Gabriel langsung menoleh ke arahnya, disertai dengan senyuman, yang mengembang di wajahnya. Lalu ia menganggukkan kepalanya, dan berkata, "Benar, jadi itu berarti, aku tidak membawa kabur istri orang, kan?".

Segera Anna mengganggukkan kepalanya, dan mengusap bahunya Gabriel, "Tentu saja tidak, dan kau juga bukan, seorang perebut istri orang, karena aku bukanlah, istrinya Count" katanya.















To be continue. . .

Second Life [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang