Kini, Anna dan Gabriel sedang berada di depan sebuah rumah. Mereka berdua pun memandangi rumah itu, yang sudah cukup sepi.
"Ini rumahnya?" tanya Anna, yang beralih menatap Gabriel, yang berdiri di sebelahnya.
Gabriel pun langsung mengganggukkan kepalanya, dan menoleh ke arah Anna, "Iya, untuk malam ini, kita akan mencari makan di sini" jawabnya.
"Ya sudah, ayo kita masuk ke dalam" ajak Anna, yang berjalan lebih dulu, tapi dengan cepat Gabriel menahan tangannya, sehingga langkahnya langsung terhenti, "Kenapa?" tanyanya.
"Kita harus memastikan, kalau tidak ada satupun orang, yang melihat kita" jawab Gabriel, sambil memperhatikan sekitar.
Segera Anna mengganggukkan kepalanya, dan ikut memperhatikan sekitar. Setelah dirasa sudah cukup aman, mereka pun segera melompat ke sebuah pohon, yang berada di dekat mereka, lalu mereka melompat lagi ke sebuah balkon, dari rumah itu.
"Kita harus berhati-hati, dan juga pelan-pelan, agar aktifitas kita, tak mengganggu para penghuni rumah ini" ujar Gabriel, sambil menoleh ke arah Anna.
Anna pun langsung mengganggukkan kepalanya, tanpa berkata apa-apa. Lalu perlahan, Gabriel membuka sebuah jendela, yang berada tepat di depannya. Jendela itu pun langsung terbuka, saat Gabriel membukanya. Dan kemudian, mereka langsung memasuki jendela itu.
Kini, mereka berada di dalam sebuah kamar, dari sebuah rumah, yang mereka datangi. Dan saat ini, tak jauh di depan mereka, ada seorang gadis, yang sedang tertidur dengan lelapnya, dengan posisi yang menghadap ke arah mereka.
"Pelan-pelan, dan tetap berhati-hati. Ok?" bisik Gabriel, dan Anna langsung menjawabnya, dengan sebuah anggukkan.
Lalu mereka pun mulai melangkah, dan menghampiri gadis itu. Dan kemudian, mereka menghentikan langkah, di dekat ranjang, yang ditiduri oleh gadis itu.
"Kau duluan, Anna. Gigitlah leher gadis ini, dan hisap darahnya, tapi jangan sampai membunuhnya" bisik Gabriel, sambil menatap gadis tersebut.
Namun dahinya Anna malah mengerut, karena ia tak mengerti, dengan maksudnya Gabriel, "Jangan sampai membunuhnya? Maksudnya?" tanyanya.
Segera Gabriel menoleh ke arahnya, dan menatapnya, "Maksudku, kau hanya menghisap darahnya sedikit saja, jadi kau tidak akan membunuhnya" jawabnya.
Anna pun langsung mengganggukkan kepalanya, dan beralih menatap gadis itu, "Baiklah, aku paham" katanya.
Dan kemudian, Anna mulai merendahkan tubuhnya, dan mengarahkahkan wajahnya, pada leher gadis itu. Lalu ia mencari area di sekitar dagu, dan leher si gadis. Setelah ia rasa sudah cukup pas, ia pun segera membuka mulutnya, dan menancapkan gigi-giginya yang tajam, pada kulit leher gadis itu. Dan setelah itu, ia mulai menggigitnya, sehingga kulit leher si gadis, menjadi sobek, dan mengeluarkan darah.
Karena merasakan sakit pada kulit lehernya, membuat tidurnya gadis itu jadi terusik. Ia pun membuka kedua matanya, dan betapa terkejutnya ia, saat melihat Anna, yang tengah menghisap darahnya. Gabriel yang menyadari hal tersebut pun, langsung menutup mulut gadis itu, dan menatap kedua matanya.
"Jangan berisik, lanjutkan saja tidurmu" ucap Gabriel, pada gadis itu.
Seakan terhipnotis, gadis itu pun langsung mengganggukkan kepalanya dengan pelan, dan kembali memejamkan kedua matanya.
"Lanjutkan saja, Anna" suruh Gabriel.
Tapi Anna tak menjawabnya, dan kembali menghisap darah, dari leher gadis itu. Sedangkan Gabriel, ia hanya memperhatikannya saja, dengan seringaian, yang terukir di wajahnya.
Beberapa saat kemudian, Anna pun menyudahi aktifitasnya, dan menegakkan tubuhnya, "Rasanya begitu nikmat" ucapnya, dengan gigi dan mulut, yang berlumuran darah.
Gabriel yang mendengarnya pun, kembali menyunggingkan seringaian, dan beralih menatap Anna, "Sekarang kita pergi dari sini, dan mencari makan di rumah lain" ucapnya, sambil menghapus sisa darah, di sekitar mulutnya Anna, dengan menggunakan ibu jarinya.
"Tapi bagaimana dengan gadis itu? Lehernya masih berlumuran darah" ucap Anna, sambil menatap Gabriel.
"Tenang saja, besok pagi saat ia bangun, luka dan sisa darah di lehernya, akan hilang begitu saja" jawab Gabriel, yang beralih menatap gadis itu, yang kembali tertidur dengan lelap, seakan tak ada yang terjadi, pada dirinya.
"Tapi apakah, ia tak akan berubah menjadi seperti kita?" tanya Anna kembali.
Namun Gabriel malah tertawa geli, seakan pertanyaannya Anna, adalah sebuah lelucon, yang menggelitik perutnya, "Tentu saja tidak, seseorang yang digigit oleh vampire, tidak akan menjadi vampire juga, terkecuali vampire yang menggigitnya, memberikan darahnya pada seseorang, yang digigitnya itu" jawabnya.
"Jadi, waktu itu Count memberikan darahnya padaku? Sehingga aku berubah menjadi seorang vampire?" tanya Anna kembali, tanpa melepaskan pandangannya dari Gabriel.
Segera Gabriel mengganggukkan kepalanya, dan merangkul bahunya Anna, "Benar sekali. Sekarang, ayo kita pergi dari sini, dan mencari makan di rumah-rumah yang lain" jawabnya, sambil menatap Anna dari samping.
Namun Anna hanya mengganggukkan kepalanya saja. Dan kemudian, mereka pun segera pergi dari rumah itu, dan meninggalkan si gadis, yang kembali tertidur, dengan leher yang berlumuran darah.
To be continue. . .
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Life [COMPLETE]
Vampire~ "My Immortal Prince" Book 3 ~ (Disarankan untuk membaca Book 1 nya (My Immortal Prince), dan Book 2 nya (The Immortal Love). Setelah malam itu esoknya Anna terbangun dengan dirinya yang bukan lagi seorang manusia melainkan salah satu Makhluk Kegel...