#29

1.3K 64 11
                                    

Matahari sudah memunculkan dirinya sedari tadi, burung-burung pun terus bernyanyi, untuk menyambut pagi hari. Tapi saat ini, Anna masih tertidur dengan lelapnya, di dalam kamarnya.

Tok tok tok. . .

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar kamarnya.

"Anna, ayo bangun sayang. Kita sarapan" pekik seseorang dari luar sana, dan itu adalah ibunya Anna.

Tapi Anna tetap saja tertidur dengan lelapnya, tanpa merasa terganggu sedikit pun.

"Anna, ayo bangun sayang" pekik ibunya Anna lagi, dari luar kamar.

Namun tetap saja Anna masih tertidur, bahkan ia tak merasa terusik. Karena tak ada jawaban dari dalam kamarnya Anna, ibunya Anna pun membuka pintu kamar putrinya itu, yang rupanya tidak terkunci. Setelah pintunya ia buka, ia pun melihat Anna, yang masih tertidur dengan begitu lelap. Melihat hal tersebut, membuat ibunya Anna menggeleng-gelengkan kepalanya, dan menyunggingkan senyuman. Lalu ia memasuki kamarnya Anna, dan duduk di tepi tempat tidur.

"Anna, putriku sayang, ayo bangun, nak. Kita sarapan bersama, nanti sarapan keburu dingin" ucapnya, sambil menyingkap selimut, yang menutupi tubuhnya Anna.

Tapi tetap saja Anna tak bergeming, dan masih memejamkan kedua matanya.

"Anna, ayo bangun. Kita sarapan bersama" ucap ibunya Anna, sambil menepuk-nepuk pipinya Anna, dan sesekali menarik hidungnya Anna.

"Gabrielllllllllllll" pekik Anna, dengan kedua matanya yang langsung terbuka lebar, dan duduk di atas kasur.

Melihat hal tersebut, membuat ibunya Anna jadi terheran, dan mengerutkan dahinya. Lalu ia memegang bahunya Anna, dan berkata, "Kau kenapa, sayang? Mimpi buruk?".

Anna pun langsung menoleh ke arah ibunya, dan memeluknya dengan erat, "Bu, Gabriel, bu! Aku bermimpi buruk, tentang dirinya" ucapnya.

Perlahan, ibunya Anna membalas pelukan putrinya, dan mengusap-usap punggungnya, "Itu hanya mimpi saja, sayang. Gabriel baik-baik saja, dan berada di dalam kamarnya" katanya.

Segera Anna melepaskan pelukannya, dan menatap ibunya, "Benarkah?" tanyanya, dan ibunya langsung mengganggukkan kepalanya.

Tanpa berkata apa-apa lagi, Anna pun langsung bangkit dari tempat tidurnya, dan keluar dari kamarnya, sehingga membuat ibunya menjadi bingung. Lalu ia berjalan menuju sebuah kamar, yang pintunya masih tertutup, dan itu adalah kamarnya Gabriel.

Melihat pintunya yang tertutup rapat, membuat Anna menghela nafasnya dengan kasar, dan menundukkan kepalanya. Kini ia begitu takut, kalau mimpinya tadi menjadi kenyataan. Bagaimana tidak? Di dalam mimpinya, ia melihat Gabriel, yang bertemu dengan salah satu pemburu vampir, saat hendak menuju rumahnya, di Italia. Lalu pemburu vampir itu, membunuh Gabriel dengan menggunakan salib, dan kayu yang runcing, yang ditancapkan tepat di jantungnya Gabriel. Dan seketika, Gabriel pun langsung tewas, dan tubuhnya berubah menjadi abu, seperti habis dibakar.

Maka dari itu, Anna pun langsung terbangun, dan memanggil namanya Gabriel.

Clek. . .

Pintu kamar itu pun terbuka, tapi Anna masih saja terdiam, dengan kepalanya yang ia tundukkan.

"Anna?" ujar seseorang, sehingga membuat Anna, langsung mengangkat kepalanya.

"Gabriel?" ucap Anna, yang langsung memeluk orang itu, yang memanglah Gabriel, "Gabriel, aku bermimpi buruk, tentang dirimu" ujarnya.

Gabriel yang tak mengerti pun, mengerutkan dahinya, dan membalas pelukannya Anna, "Mimpi buruk tentang diriku? Apa?" tanyanya.

Segera Anna melepaskan pelukannya, dan menatap calon suaminya itu, "Nanti akan aku ceritakan" ucapnya, dengan begitu pelan, dengan senyuman yang terukir di wajahnya.

Namun Gabriel hanya mengganggukkan kepalanya saja, tanpa berkata apa-apa.




***********************




Kini, Anna dan Gabriel sedang berada di dalam mobil, dan menuju sebuah butik, untuk fitting baju pengantin. Dan tentu saja, hal tersebut disuruh oleh kedua orang tuanya Anna.

"Jadi, tadi malam kau bermimpi apa?" tanya Gabriel, sambil berfokus menyetir mobil.

Anna pun langsung menghela nafasnya, sehingga membuat Gabriel menoleh ke arahnya sesaat, "Aku bermimpi, dirimu yang bertemu dengan seorang pemburu vampir. Pemburu itu, membunuhmu dengan sebuah salib, dan juga sebuah kayu runcing, yang ditancapkan pada jantungmu. Dan seketika, kau pun langsung tewas, dengan tubuhmu yang menjadi abu, seperti habis dibakar" tuturnya.

Namun Gabriel malah tertawa geli, dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Seakan, apa yang baru saja Anna katakan, adalah sebuah lelucon, yang menggelitik perutnya, "Anna Anna, vampir takut pada salib, dan bawang putih, itu hanya omong kosong, belaka saja. Bangsa kita memang bisa mati, tapi tidak dapat dibunuh dengan semudah itu, meskipun di dunia ini, ada banyak para pemburu vampir. Cara membunuh vampir yang tepat adalah, saat vampir itu tengah tertidur dengan lelapnya, yaitu dengan cara menusukkan kayu yang runcing, tepat pada jantungnya" ujarnya.

"Lalu bagaimana dengan air suci?" tanya Anna, sambil menatap Gabriel dari samping.

Gabriel pun langsung menoleh ke arahnya sesaat, dan kembali fokus menyetir, "Setahuku, air suci memang bisa membakar kita, tapi tetap saja tidak mudah. Dari sekian banyak vampir di dunia ini, tidak semua vampir, bisa terbakar oleh air suci, hanya sekitar 30% saja" jawabnya.

"Lalu apakah kita termasuk, salah satu dari vampir itu?" tanya Anna kembali, tanpa melepaskan pandangannya dari Gabriel.

"Tentu saja tidak, air suci sama seperti sinar matahari. Jika kita tak terbakar oleh sinar matahari, maka itu artinya, air suci pun, tak dapat membakar tubuh kita" jawab Gabriel, tanpa menoleh ke arah Anna.

Anna pun mengganggukkan kepalanya, dan memalingkan pandangannya ke depan. Kini, ia mendapat sebuah pengetahuan lagi, tentang vampir, yang belum ia ketahui.

"Lalu bagaimana tadi malam? Apa kau sudah ke negeramu, dan menengok keluargamu?" tanya Anna, yang kembali menoleh ke arah Gabriel.














To be continue. . .

Second Life [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang