#33

1.3K 57 4
                                    

Sedangkan di tempat berlangsungnya acara. . .

Gabriel sedang menunggu Anna, dengan begitu gelisah. Ia gelisah, bukan karena gugup, akan menikah dengan Anna. Tapi ia gelisah, karena ia takut, kalau Count akan melakukan suatu hal yang jahat, untuk merusak acara pernikahan mereka berdua. Gabriel membayangkan, kalau Count menyuruh para serigala, untuk datang ke acara tersebut, dan merusaknya, dengan memakan beberapa tamu undangan. Membayangkannya saja, membuat Gabriel jadi semakin gelisah. Tapi hal tersebut, langsung hilang dalam seketika, saat ia melihat Anna, yang sedang berjalan di altar, dengan ditemani oleh ayahnya.

Ia pun begitu terkagum, saat melihat Anna, yang jadi semakin cantik, dengan gaun putih, yang dikenakannya. Melihat pemandangan tersebut, membuat Gabriel menyunggingkan senyuman, dan menunggu calon istrinya itu, dengan tak sabar.

Beberapa saat kemudian, Anna dan ayahnya pun, tiba di depannya Gabriel. Segera ayahnya Anna, meraih tangan putrinya, dan menaruhnya pada telapak tangannya Gabriel. Lalu ia menatap Gabriel, dan berkata, "Aku titip putriku, padamu. Tolong jaga dia, dengan sangat baik. Dan jangan pernah, melukainya sedikit pun".

Segera Gabriel mengganggukkan kepalanya, dan menyunggingkan senyuman, "Saya akan menjaga putri anda, dengan begitu baik, karena saya sangat mencintainya" katanya.

Namun ayahnya Anna, hanya mengganggukkan kepalanya saja, dengan senyuman, yang terukir di wajahnya. Lalu ia segera melangkah, dan meninggalkan altar.

"Kedua anak Tuhan, dipertemukan dalam tali kasih, dan akan dipersatukan, dalam ikatan janji suci. Ucap janji kesetiaan, hingga akhir hayat, hidup dalam suka, maupun duka, sehat atau sakit. Berjanji hidup berdampingan, dengan dipenuhi oleh cinta juga kasih, pengertian serta kesabaran. Gabriel, dan Anna, hari ini kalian datang kepadaku, untuk dinikahkan dihadapan Tuhan, keluarga, dan teman. Apa itu benar?" ujar pastor.

Gabriel pun langsung melirik ke arah Anna, dan mata mereka saling bertemu, satu sama lain, "Iya benar" jawab mereka berdua, secara bersamaan.

"Hari ini, saya nikahkan saudara Gabriel, dengan saudari Anna. Bagi siapa pun, yang merasa keberatan atas pernikahan ini, silahkan angkat bicara, atau diam selamanya!" ujar pastor lagi, sambil menatap ke arah para tamu undangan.

Namun tak ada satu pun, dari mereka yang berbicara. Melihat hal tersebut, membuat pastor itu menghela nafasnya dengan lega, "Baiklah, prosesi pernikahan akan segera saya mulai, saya harap semuanya untuk tetap tenang" katanya, lalu ia menoleh ke arah Gabriel, dan menatapnya, "Saudara Gabriel, tolong jawab dan ikuti ucapan saya. Apakah anda bersedia? Menjadikan saudari Anna, sebagai pendamping hidup anda, hingga akhir hayat? Dalam suka maupun duka, sehat atau sakit. Mengisi hari dengan cinta, kasih sayang, pengorbanan, pengertian, dan percaya satu sama lain?" tuturnya.

Anna pun langsung melirik ke arah Gabriel, dan dapat ia lihat dari raut wajahnya, kalau calon suaminya itu, sedang begitu tegang. Lalu Gabriel menarik nafasnya dalam-dalam, dan membuangnya perlahan, "Ya, saya bersedia menjadikan saudari Anna, sebagai pendamping hidup saya, hingga akhir hayat. Dalam suka atau duka, sehat atau sakit. Dan mengisi hari dengan cinta, kasih sayang, pengorbanan, pengertian, serta percaya satu sama lain" jawabnya dengan lantang.

"Saudari Anna, tolong jawab dan ikuti perkataan saya juga" ucap sang pastor, yang beralih menatap Anna, "Apakah anda bersedia? Menjadikan saudara Gabriel, sebagai pendamping hidup anda, hingga akhir hayat? Dalam suka atau duka, sakit serta sehat. Mengisi hari dengan cinta, kasih sayang, pengertian, kesabaran, pengorbanan, dan percaya satu sama lain?" sambungnya, yang masih menatap Anna.

Mendengar apa yang baru saja pastor itu katakan, membuat Anna jadi semakin tegang. Bahkan, kini kedua lututnya terasa begitu lemas, seakan tak kuat lagi, untuk menopang tubuhnya. Lalu ia menarik nafasnya dalam-dalam, dan membuangnya perlahan, "Iya, saya bersedia menjadikan saudara Gabriel, sebagai pendamping hidup saya, hingga akhir hayat. Dalam suka atau duka, sakit maupun sehat. Serta mengisi hari dengan cinta, kasih sayang, kesabaran, pengorbanan, dan percaya satu sama lain" jawabnya, sambil melirik ke arah Gabriel, yang berada di sebelahnya.

Sang pastor pun menggangguk, setelah mendengar janji suci, yang sudah diucapkan, oleh Gabriel dan juga Anna. Lalu ia mengeluarkan kotak kecil, yang berisi sepasang cincin. Kemudian, ia membuka kotak tersebut, dan menaruhnya di atas podium, "Pakaikan cincin ini, di jari manis pasangan kalian" ujarnya.

Mendengar perintah dari sang pastor, membuat Gabriel langsung menggangguk paham, dan membalikkan tubuhnya, untuk menghadap Anna. Lalu ia mengambil salah satu cincin itu, dan meraih tangannya Anna. Kemudian, ia menatap Anna sesaat, dan memakaikan cincin tersebut, di jari manisnya Anna, "Aku sangat mencintaimu, Anna" katanya, yang beralih menatap Anna, dan mengecup punggung tangannya.













To be continue. . .

Second Life [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang