#10

1.7K 77 3
                                    

Anna dan Gabriel,  baru saja tiba di depan rumahnya Anna.

"Akhirnya, kita sampai juga di rumahmu" ujar Gabriel, sambil mengatur nafasnya yang terengah-engah, seakan habis melarikan diri, dari sesuatu yang sangat mengerikan.

Anna pun mengganggukkan kepalanya, dan menatap pintu rumahnya, "Iya, aku tak menyangka, kalau akhirnya aku bisa melarikan diri, dari Count" ucapnya, yang kemudian beralih menatap Gabriel, yang berada di sebelahnya, "Tapi bagaimana? Jika suatu saat, Count menemukan kita di sini?" sambungnya.

Namun Gabriel malah tersenyum, dan memegang bahunya Anna, "Bahkan saat ini, ia sudah tahu, kalau kita berada di sini. Dan, ia juga sudah tahu, kalau aku lah yang membawamu pergi, dari kastilnya. Namun ia tak akan mencari kita, hanya saja, ia sedang merencanakan sesuatu, terhadap kita. Tapi sayang, aku tidak tahu, apa yang sedang ia rencanakan" tuturnya.

"Itu artinya, kita sedang dalam bahaya?" tanya Anna, tanpa melepaskan pandangannya, dari Gabriel.

Tapi Gabriel malah menggidikkan kedua bahunya, dan menghela nafasnya dengan kasar, "Entahlah, hanya Count yang mengetahuinya" jawabnya.

Clek. . .

Mereka langsung menoleh ke arah pintu, saat mendengar gagang pintu, yang dibuka. Dan dapat mereka lihat, seorang pria yang sedang hendak keluar, dari dalam rumahnya Anna.

"Axell?!" ucap Anna, sehingga membuat pria itu, langsung menoleh ke arahnya.

"Anna?" ucap pria itu, dengan kedua matanya, yang membulat sempurna. Ya, pria itu memanglah Axell, kakaknya Anna.

"Axell!" ucap Anna, yang langsung berlari, dan memeluk Axell dengan begitu erat, seakan tak ingin melepaskannya.

"Anna, ini dirimu? Kau masih hidup?" tanya Axell, yang langsung membalas pelukannya Anna, dan mengusap rambutnya dengan lembut.

Segera Anna melonggarkan pelukannya, dan menatap kakak semata wayangnya itu, "Iya, ini aku, Anna, adikmu. Dan aku masih hidup" jawabnya.

Mendengar jawabannya Anna, membuat sebuah senyuman, langsung terukir di wajahnya Axell, bahkan matanya pun langsung berkaca-kaca, "Anna, akhirnya kau pulang juga. Aku sangat merindukanmu, dan aku tak bisa bertahan hidup tanpamu" ujarnya, yang kemudian memeluk tubuhnya Anna.

Melihat pemandangan tersebut, membuat Gabriel, mengukirkan senyuman kebahagian. Ia begitu senang, karena dapat menyatukan kembali, sepasang adik kakak yang sempat berpisah, meskipun ia tak tahu, apa yang akan terjadi padanya, suatu saat nanti. Karena ia yakin, Count pasti sedang merencanakan sesuatu yang mengerikan, atas dirinya.

Beberapa saat kemudian, Anna pun melepaskan pelukannya Axell, dan menoleh ke arah Gabriel, "Oh ya, perkenalkan, ini adalah Gabriel Creighton, seorang pria asal Italia, yang telah menyelamatkanku. Karena dirinya lah, aku bisa terbebas, dan kembali ke sini" tuturnya.

Axell pun langsung menoleh ke arah Gabriel, dan berjalan menghampirinya, "Salam kenal Gabriel, aku Axell, kakaknya Anna. Dan terima kasih banyak, karena kau telah menyelamatkan adikku" ujarnya, sambil mengulurkan tangannya pada Gabriel, dan disertai dengan senyuman, yang terukir di wajahnya.

Segera Gabriel menjabat tangannya Axell, dan mengganggukkan kepalanya, "Sama-sama Axell, dan salam kenal juga" ucapnya, sambil menyunggingkan senyuman.

"Sebaiknya, kita masuk ke dalam, dan makan malam. Kebetulan, aku sudah memasak, untuk makan malam" ajak Axell, dengan senyuman, yang masih mengembang di wajahnya.

Namun dengan cepat Gabriel menggelengkan kepalanya, dan kembali menyunggingkan senyuman, "Tidak usah Axell, aku tak ingin merepotkan kalian, dan terima kasih atas tawarannya" katanya.

"Tentu saja tidak merepotkan, kau kan sudah menyelamatkan adikku. Jadi sudah sepantasnya, aku membalas kebaikanmu" ujar Axell, sambil merangkul bahunya Anna.

Tapi Gabriel malah menggelengkan kepalanya kembali, dan mengusap-usap tengkuknya, "Kalau begitu, terima kasih atas tawarannya, Axell. Tapi maaf, aku harus segera pergi, karena masih ada, yang harus kukerjakan" katanya.

Mendengar apa yang baru saja Gabriel katakan, membuat Anna jadi merasa khawatir padanya. Ia merasa, kalau Gabriel sedang dalam bahaya.

"Baiklah kalau begitu, karena aku tidak bisa memaksamu. Hati-hati dijalan, dan sekali lagi, terima kasih Gabriel" ucap Axell, sambil mengganggukkan kepalanya, dan menyunggingkan senyuman.

"Sama-sama Axell. Kalau begitu, aku pamit undur diri, Anna, Axell. Dan, sampai bertemu lagi, jika waktu mengizinkannya" ucap Gabriel, sambil menatap mereka berdua, secara bergantian. Dan setelah itu, Gabriel segera membalikkan tubuhnya, dan beranjak pergi. Tapi dengan cepat, Anna segera menahan tangannya, sehingga membuat langkahnya langsung terhenti. Ia pun menoleh ke arah Anna, dengan dahinya yang mengerut, "Ada apa, Anna?" tanyanya.

Axell yang melihat hal tersebut pun, menjadi bingung, dan bertanya-tanya, mengapa Anna menahan tangannya Gabriel?














To be continue. . .

Second Life [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang