#6

1.9K 78 1
                                    

3 hari kemudian. . .



Jerman,

Hari ini adalah hari Kamis, dan kini Axell sedang termenung di dalam kamarnya, dan hanya seorang diri saja. Semenjak kepergiannya Anna, Axell berubah menjadi sosok yang pendiam, dan lebih banyak murung. Bahkan, kini tubuhnya menjadi kurus, karena ia sering melupakan makannya. Tapi untungnya, ia tetap bisa pergi ke kantornya, dan hunting foto. Namun saat ini, ia sedang dilanda oleh kebingungan, karena hari Minggu nanti, kedua orang tuanya akan datang ke sini, untuk mengunjungi dirinya dan juga Anna. Sedangkan mereka berdua tak tahu, kalau saat ini, Anna sudah tak lagi berada di rumahnya.

Ya, Axell memang sengaja tak pernah memberitahu kedua orangnya, kalau Anna pergi dari rumah. Karena ia tahu, kalau kedua orang tuanya, akan marah besar padanya, karena menjaga Anna adalah salah satu, tugasnya Axell. Tapi kini, Anna malah pergi begitu saja. Dan itu artinya, Axell sudah melalaikan tugasnya, sebagai seorang kakak, dan ia sendiri yang mengakui hal tersebut.

"Kalau saja aku menjaga Anna dengan begitu baik, maka ia tak akan pernah pergi dari sini. Kau memang bodoh Axell! Bodoh! Karena dirimu, kau jadi kehilangan adikmu!" ucapnya, sambil mengutuki dirinya sendiri.

Dengan berat, ia menghela nafasnya dengan kasar, dan menundukkan kepalanya, "Anna, jika waktu mengizinkan kita untuk bertemu, dan bersama lagi, maka aku berjanji, akan menjagamu lebih baik lagi, dari sebelumnya. Dan aku tak akan mengizinkanmu, untuk pergi ke gereja setan itu lagi, karena aku tak ingin kehilangan dirimu, untuk yang ketiga kalinya" batinnya.




*************************




Rumania,


Malam pun tiba, dan kini Anna sedang berada di dalam sebuah kamar, yang dulu menjadi kamar tidurnya, sewaktu ia masih menjadi manusia. Sedangkan Count, ia sudah pergi untuk mencari makan, sejak beberapa menit yang lalu. Dan lagi-lagi, Anna tak mau ikut bersama dengan Count, dan masih dengan alasan yang sama, yaitu tidak tega dan juga kasihan, jika harus meminum darah langsung dari sumbernya, terutama jika korbannya, adalah anak kecil. Tapi untungnya, Count bisa memakluminya, sehingga ia tidak memaksa Anna, untuk ikut bersama dengannya.

Dan kini, Anna merasa kesepian lagi, dan begitu bosan, karena tak tahu harus melakukan apa. Karena biasanya, saat ia masih menjadi manusia, dan tinggal di rumahnya, ketika malam hari ini seperti ini, ia pasti sedang mengobrol dengan Axell, atau memainkan ponselnya, dan terkadang ia menonton film di laptopnya. Tapi kini, tak ada teman untuk mengobrol, dan juga tak ada ponsel, serta laptop. Ya, Anna memang sengaja, tidak membawa ponselnya, saat ia datang ke purinya Count lagi, karena ia tahu, di sana tidak ada sinyal sama sekali. Jadi percuma saja, kalau ia membawa ponselnya.

Dengan berat, ia menghela nafasnya, dan menundukkan kepalanya. Kini, barulah ia merasa menyesal, dan begitu bodoh, karena sudah mengikuti kemauannya. Ia berpikir, kalau saja ia tak pernah mengikuti kemauannya, maka sekarang ini, ia pasti masih menjadi manusia, dan bisa menjalani hari-harinya, bersama dengan kakaknya tersayang, yaitu Axell. Tapi sayang, kini semua itu telah sirna, dan berganti dengan kesepian, yang setiap hari menyelimutinya. Walapun ada Count, tapi tetap saja ia merasa kesepian, saat Count sedang pergi keluar, untuk mencari makan, seperti sekarang ini.

Perlahan, ia mengangkat kepalanya, dan kembali menatap keluar jendela, tapi ia sedikit terkejut, saat melihat titik-titik yang mengapung di cahaya bulan. Titik-titik itu menyerupai debu, yang amat halus, dan berputar-putar, lalu menyatu menjadi gumpalan-gumpalan kabur. Tapi Anna hanya diam saja, sambil memperhatikannya. Namun ia kembali dikejutkan, oleh suara lolongan anjing-anjing, yang terdengar dari suatu lembah, di bawah sana.

Semakin lama, suara lolongan itu terdengar semakin nyaring, sedangkan gumpalan-gumpalan debu tadi, menari-nari di cahaya bulan, dan bentuknya berubah-ubah mengikuti suara itu. Dan kini, Anna jadi merasa takut, sekaligus ngeri. Ia takut, kalau gumpalan-gumpalan itu bukanlah Gabriel, melainkan ketiga vampir wanita, yang dulu hampir menggigitnya. Meskipun kini ia sudah menjadi vampir juga, tapi tetap saja ia merasa takut, jika sampai bertemu dengan ketiga vampir wanita itu. Sebab ia trauma, karena terakhir bertemu dengan mereka, Anna hampir saja mati ketakutan, gara-gara ketiga vampir itu, yang menggoyak-goyakkan jeruji besi kamarnya, dan seolah ingin merusaknya, agar dapat masuk, dan menggigit Anna.

"Semoga saja itu Gabriel" batinnya, sambil berjalan mundur dari jendela kamarnya.

Makin lama, debu yang berkumpul jadi semakin banyak, dan menjadi bentuk hantu, yang samar-samar. Dan Anna pun terus berjalan mundur ke belakang. Tapi ia begitu terkejut, saat. . .













To be continue. . .

Second Life [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang