Anna baru saja terbangun dari tidurnya, dan saat ini hari masih siang, karena matahari masih bersinar terang di atas sana. Anna pun berjalan di dalam puri tua miliknya Count, dan menaiki sebuah tangga, yang besar dan berkelok-kelok. Lalu ia berjalan menyelusuri lorong yang besar, dengan kedua matanya, yang sibuk memperhatikan sekitar. Sesampainya di ujung lorong tersebut, ia pun menghentikan langkahnya, dan berdiri di depan sebuah kamar, yang dulu menjadi kamar tidurnya, sewaktu ia masih menjadi manusia.
Ia pun terdiam sejenak, sambil memperhatikan pintu kamar itu yang tertutup rapat, "Aku rindu dengan kamar ini, apakah kamarnya dikunci oleh Count?" batinnya.
Dan perlahan, ia meraih gagang pintunya, dan mencoba untuk membukanya. Tapi rupanya, pintunya tak terkunci, sehingga pintu itu langsung terbuka, saat Anna membukanya. Tanpa merasa ragu, Anna pun langsung memasuki kamar tersebut, dan memperhatikan sekitar, yang sama sekali tak berubah.
"Rupanya tak ada yang berubah, masih sama, saat terakhir aku tidur di kamar ini" batinnya, sambil terus memperhatikan sekitar, dan terus berjalan memasuki kamar itu.
Namun langkahnya langsung terhenti, saat ia melihat sebuah tempat tidur, yang dulu selalu menjadi tempat tidurnya, selama ia tinggal di kastil tua itu.
"Ah, ranjang ini" gumamnya, sambil mengukirkan senyuman, dan berjalan menghampiri tempat tidur itu. Lalu ia segera mendudukkan tubuhnya di tepi tempat tidur, dan mengusap kasurnya dengan lembut.
"Aku rindu sekali, tidur di kasur yang empuk ini" batinnya, sambil terus mengusap kasur tersebut. Ya, ia memang rindu, tidur di atas kasur yang empuk, karena setelah menjadi vampire, ia terus tidur di dalam peti mati, yang sempit dan juga begitu pengap.
Anna pun kembali memperhatikan seisi kamar itu, tapi tiba-tiba pandangannya teralihkan, pada jendela kamar itu, yang dipasangi jeruji besi. Segera ia bangkit dari tempat tidur, dan berjalan menghampiri jendela itu. Lalu ia menghentikan langkahnya, di dekat jendela kamar tersebut, dan memegangi jeruji besinya.
Dulu, Anna selalu merasa seperti berada di dalam penjara, ketika berada di dalam kamar tersebut. Tapi ia juga merasa nyaman, sekaligus aman, saat berada di sana. Apalagi jika mengingat, apa yang Count katakan, kalau di kamar itu, tidak ada yang bisa memasukinya, termasuk ketiga vampire wanita, yang dulu hampir menggigit Anna, saat Anna masih menjadi manusia. Dan di kamar itu juga, tempat Anna pertama kali bertemu dengan Gabriel, satu-satunya vampire, yang dekat dengannya, dan selalu menemani Anna, saat ia berada di kastil tua, miliknya Count itu. Tapi semenjak Anna menjadi vampire, ia sudah tak pernah lagi, bertemu dengan Gabriel, entah kemana vampire itu, menghilang begitu saja, bak ditelan oleh bumi.
***********************
Malam pun tiba, dan kini Anna sedang dilanda oleh dilema. Ia bingung, ingin ikut Count mencari makan, atau tidak. Karena ia merasa tak tega, jika harus menghisap darah, dari seorang anak kecil, seperti kemarin malam.
"Anna" ucap seseorang, sehingga membuat Anna, langsung menoleh ke arah sumber suara. Dan dapat ia lihat, Count yang sedang berdiri, di ambang pintu ruang makan.
"Ah, Count" ucap Anna, yang langsung membalikkan tubuhnya, dan berjalan menghampiri raja kegelapan itu, yang kini sudah menjadi suaminya.
"Anda sedang memikirkan apa? Dan kenapa termenung seperti itu?" tanya Count.
Segera Anna menggelengkan kepalanya, dan mengulum bibirnya, "Tidak ada. Hanya saja, aku merasa kalau malam ini, aku tak bisa ikut mencari makanan, bersama denganmu" jawabnya, sambil menundukkan kepalanya.
Mendengar jawabannya Anna, membuat Count menghela nafasnya dengan kasar, sehingga Anna bisa mencium bau mulutnya Count, yang membuat perutnya Anna, menjadi mual.
"Kenapa seperti itu?" tanya Count, sambil menatap istrinya itu.
Perlahan, Anna mengangkat kepalanya, dan memberanikan diri, untuk menatap wajahnya Count, "Karena aku tidak tega, jika harus membunuh seorang anak kecil lagi. Aku merasa, hal itu begitu kejam, karena membunuh anak kecil, yang tak berdosa" jawabnya.
Namun Count malah menyunginggkan senyuman, yang mengerikan, dan melipat kedua tangannya di dada, "Lucu sekali anda ini, kenapa malah merasa tidak tega? Ingat Anna, sekarang anda bukan lagi seorang manusia, jadi anda tak perlu merasa kasihan, apalagi jika sampai merasa tak tega" tuturnya.
Mendengar penuturannya Count, membuat Anna langsung terdiam, dan mendadak jadi patung.
To be continue. . .
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Life [COMPLETE]
Vampire~ "My Immortal Prince" Book 3 ~ (Disarankan untuk membaca Book 1 nya (My Immortal Prince), dan Book 2 nya (The Immortal Love). Setelah malam itu esoknya Anna terbangun dengan dirinya yang bukan lagi seorang manusia melainkan salah satu Makhluk Kegel...