#24

1.3K 59 2
                                    

Kini, waktu sudah menunjukkan pukul setengah 9 malam. Dan saat ini, Anna sedang memutar otaknya, untuk mencari cara, agar ia tak melanjutkan kuliahnya lagi. Tapi sedari tadi, ia belum mendapatkan jalan keluarnya juga.

"Otakku tidak bisa berpikir" gumamnya, sambil menatap langit-langit kamarnya.

"Anna"

Ia langsung bangkit dari posisinya, dan menoleh ke arah sumber suara, saat mendengar seseorang, yang memanggil namanya. Tapi ia sedikit terkejut, saat melihat Gabriel, yang sedang berdiri di luar jendela.

"Gabriel? Mengapa kau berdiri di situ?" tanyanya, sambil bangkit dari tempat tidurnya, dan berjalan menuju jendela kamar.

"Ada yang ingin kubicarakan padamu" ujar Gabriel, sambil menatapa Anna, dari luar jendela.

"Sebentar, mengapa kau lewat sini? Kenapa tidak lewat pintu saja?" tanya Anna, dengan dahinya yang mengerut.

Namun Gabriel malah menghela nafasnya, sehingga membuat dahinya Anna, jadi mengerut, "Tidak enak, jika kakakmu mendengar, suara ketukan pintu kamarmu. Karena ia tahu, itu pasti diriku" jawabnya.

Anna pun langsung menggangguk paham, dan berkata, "Lalu, apa yang ingin kau bicarakan?".

"Tentang keinginanmu, yang sudah tak mau berkuliah lagi" jawab Gabriel, sehingga membuat dahinya Anna, jadi kembali mengerut.

"Maksudnya, kau sudah mendapat ide, agar aku tidak usah berkuliah lagi?" tanya Anna, dan Gabriel langsung mengganggukkan kepalanya, "Lebih baik, kau masuk dulu. Tidak enak, jika mengobrol seperti ini" ucapnya, sambil menyingkir dari jendela.

Gabriel pun langsung mengganggukkan kepalanya, tanpa mengatakan apa-apa. Lalu ia segera masuk ke dalam kamarnya Anna, melalui jendela.

"Jadi bagaimana?" tanya Anna, sambil menatap Gabriel dari samping.

Segera Gabriel menoleh ke arah Anna, dan menatapnya. Lalu ia berkata, "Dengan cara menikah. Setelah menikah, Axell dan kedua orang tuamu, akan berpikir, kalau kau tidak perlu melanjutkan kuliahmu lagi, karena kau harus mengurus rumah tanggamu".

Mendengar apa yang baru saja Gabriel katakan, membuat Anna jadi mengerutkan dahinya lagi, "Menikah? Dengan siapa? Aku saja, tak punya pacar, atau pun gebetan" katanya.

Dengan berat, Gabriel pun menghela nafasnya, dan berjalan menuju tempat tidurnya Anna, "Dengan diriku" ucapnya, yang sukses membuat Anna, langsung membulatkan kedua matanya.

Anna pun langsung berjalan menghampiri Gabriel, dan berdiri di sebelahnya, "Apa? Dengan dirimu? Lalu bagaimana dengan Count? Ia akan semakin murka padamu" ujarnya.

"Ia tidak akan murka, atau pun marah" ucap Gabriel, sambil menoleh ke arah Anna.

"Kenapa bisa seperti itu?" tanya Anna, yang terlihat begitu terheran.

Namun Gabriel malah menghela nafasnya dengan kasar, dan duduk di tepi tempat tidurnya Anna, "Karena ia, sama sekali tak mencintaimu, Anna! Ia menikahimu, agar ada yang menemaninya di dalam kastil, karena ia begitu kesepian" jawabnya.

Mendengar apa yang baru saja Gabriel katakan, membuat Anna langsung terdiam, dan menjadi patung. Ia tak tahu, harus percaya dengan kata-katanya Gabriel, atau tidak? Sebab, dulu Gabriel pernah mengatakan pada Anna, kalau Count menyukai Anna, dan begitu menginginkan Anna.

Karena melihat raut wajahnya Anna, Gabriel pun menggenggam tangannya Anna, dan berkata, "Anna, tidak semuanya, yang kukatakan padamu, adalah benar. Soal Count yang menyukai dirimu, itu sama sekali tidak benar. Ia memang menginginkan dirimu, dan ingin menjadikanmu, istrinya yang abadi, tapi ia sama sekali tak mencintaimu, Anna! Count adalah satu-satunya makhluk, yang tak mempunyai rasa cinta, dan belas kasihan. Ia ingin menjadikanmu sebagai istrinya, agar ada yang selalu menemaninya. Sebab, selama ini ia hanya tinggal seorang diri saja, di dalam puri tuanya itu".

"Tapi kenapa waktu itu, kau mengatakan hal tersebut padaku? Seolah, semua yang kau katakan, adalah benar!" ucap Anna, dengan nada bicara yang lebih tinggi. Dan untung saja, Axell sedang mengerjakan perkerjaannya, sambil mendengarkan musik, dan memakai earphone, jadi ia tak bisa mendengar, apa yang Anna dan Gabriel katakan, meskipun kamar Anna, berada di sebelah kamarnya Axell.

Gabriel pun langsung terdiam, dan menundukkan kepalanya. Sedangkan Anna, ia berusaha keras, agar emosinya tidak meledak. Sebab, ia begitu terkejut, dengan penuturannya Gabriel. Dan hal tersebut, tentu saja membuatnya begitu terkejut, sekaligus emosi.












To be continue. . .

Second Life [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang