#3

2.3K 99 3
                                    

Kini Count dan Anna sedang berada di dalam sebuah kamar. Dan di kamar tersebut sedang tertidur seorang anak perempuan yang berumur sekitar 6 tahun. Ya, saat ini mereka berdua memang berada di dalam salah satu rumah warga.

Mereka pun terus memperhatikan anak perempuan itu yang sedang tertidur dengan lelapnya. Lalu Count menoleh ke arah Anna dan berkata. "Lakukan sekarang, Anna. Ini adalah saatnya Anda meminum darah untuk pertama kalinya. Dan ingat hilangkan rasa kasihan dan tidak tega itu dari dalam hati Anda"

Dengan berat Anna menghela nafasnya dan menganggukkan kepalanya. Lalu perlahan ia berjalan menghampiri anak perempuan itu dan menghentikan langkahnya di dekat ranjang. Kemudian ia menoleh ke arah Count, namun Count hanya menganggukkan kepalanya dan menyunggingkan senyuman.

Seakan paham dengan maksudnya Count, Anna pun kembali menatap anak perempuan itu lagi tapi ia menatapnya dengan tatapan yang tidak tega. Namun perlahan Anna mulai merendahkan tubuhnya ke arah anak itu. Lalu mulutnya mulai mencari celah di daerah leher anak tersebut. Dan kemudian ia semakin merendahkan kepalanya sehingga nafasnya dapat dirasakan oleh anak itu. Tapi untungnya anak perempuan itu tidak merasa terusik sedikit pun

Segera Anna membuka mulutnya sehingga gigi-giginya yang tajam langsung menjorok keluar. Kemudian ia menancapkan gigi-giginya yang tajam pada kulit lehernya anak itu sehingga menimbulkan luka. Merasakan ada dua buah taring yang merobek kulit lehernya membuat anak perempuan itu, langsung meringis dan membuka kedua matanya. Count yang mengetahui hal tersebut pun langsung berjalan menghampiri Anna dan menutup mulutnya anak tersebut dengan telapak tangannya yang besar.

"Langsung hisap saja darahnya ia tidak akan berteriak" bisik Count dan Anna hanya menganggukkan kepalanya saja.

Lalu Anna segera menghisap darah dari leher anak itu dan menelannya. Tapi ia merasa aneh saat darah itu mengalir di tenggorokannya. Ia merasa tenggorokannya yang terasa begitu segar seperti sedang menelan minuman yang dingin. Bahkan ia tidak merasa mual sedikit pun. Padahal dulu sewaktu masih menjadi manusia ia merasa jijik dengan darah, karena baunya yang memualkan. Tapi anehnya kini ia tidak merasakan hal itu lagi.

Karena merasakan tenggorokannya yang terasa begitu segar dan perutnya yang terasa kenyang. Anna pun terus saja menghisap darah anak perempuan itu. Bahkan kini ia sudah tidak merasa kasihan lagi atau pun tidak tega pada anak perempuan itu. Count yang melihat hal tersebut pun menyunggingkan senyuman yang mengerikan.

Setelah puas Anna pun menghentikan aktivitasnya dan menjauhkan kepalanya dari leher anak itu. Lalu ia menegakkan tubuhnya dan menoleh ke arah Count dengan mulut yang berlumuran darah.

"Gadis pintar" ujar Count sambil mengusap-usap kepala Anna dan disertai dengan senyuman yang masih mengembang di wajahnya.

Sebuah senyuman yang mengerikan pun terukir di wajah Anna. Lalu ia segera menjilat sisa darah yang berada di sekitar mulutnya dan berkata. "Setelah ini siapa lagi korban kita?"

"Tentu saja warga di negeri ini. Anda siap untuk melanjutkan pemburuan malam ini?" tanya Count dengan satu alisnya yang terangkat.

Segera Anna menganggukkan kepalanya tanpa melepaskan pandangannya dari Count. "Tentu saja aku siap karena rasanya begitu menyenangkan" jawab Anna sambil melirik ke arah anak perempuan itu yang kini sudah tidak berdaya karena kehilangan banyak darah.

Mendengar jawaban Anna, membuat Count menyunggingkan senyuman yang mengerikan. Lalu ia berkata. "Baiklah, ayo kita pergi dari sini. Dan kita habiskan malam ini dengan berburu darah manusia yang segar yaitu langsung dari sumbernya"

Tapi Anna tidak berkata apa-apa dan hanya menganggukkan kepalanya saja dengan senyuman yang mengerikan yang masih mengembang di wajahnya. Lalu mereka berdua segera membalikkan tubuh dan meninggalkan kamar tersebut berserta dengan si anak yang sudah tidak berdaya lagi.















To be continue. . .

Second Life [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang