Pagi ini SMA Sarasvati sedang sibuk-sibuknya mendekor kelas mereka masing-masing, koridor yang biasanya tidak ramai kali ini terlihat sesak dikarenakan para murid sudah kesana kemari entah untuk mengambil apa.
Dika Sastrawan-cowok kebanggaan IPA 2 adalah salah satu orang yang mondar-mandir di koridor. Bukan tanpa alasan, Dika memang sudah diperintahkan Kenan untuk mengambil jurnal kelas yang baru.
Dika tak sengaja melewati ruang baseball karena mendengar sebuah suara yang cukup keras menandakan ada seseorang yang sedang bermain didalam. Untungnya ruangan itu letaknya tidak jauh dengan kantor, jadi tidak menghabiskan banyak waktu. Pemuda tinggi itu sedikit mendongak-melihat siapa disana yang bermain.
"Itu Chan bukan si" Dika menyipitkan matanya melihat pemuda bertopi hitam di dalam.
"Ini orang, semua pada sibuk ngurus pensi, dia malah asik maen" Pemuda bersurai hitam itu pun berdecak maklum, kemudian lanjut berjalan menuju kelasnya.
Ketika sudah diujung ruangan, Dika tak sengaja mendengar erangan kesakitan dari dalam ruangan baseball tadi. Pemuda itupun berbalik cemas kemudian cepat-cepat memasuki arena baseball.
"Apa? kenapa Chan? Lo kenapa teriak?!" Pemuda itu bertanya khawatir sembari memegang pundak Chandra.
"Ini..hm...Kepala gue kena pentok bola baseball..he..he" Chandra menjawab terbata sambil meringis kecil.
Dika mendesah sebal melihat betapa ceroboh temannya ini, "Terus lo napa dimari? Kenan nyariin tadi lah lo malah asik maen. Dah mending balik bareng gue, daripada lo kena marah sama yang lain"
Chandra menghembuskan nafasnya perlahan. Merapikan sedikit surai hitamnya kemudian kembali memakai topi, "Gue udah ijin jam 9 main disini, Kenan gaada bilang?"
"Ini udah jam 11 bege lo mau maen ampe sore?" Sinis Dika malas.
"Serius? Lama banget ya, gua gaenak jadinya sama anak kelas" Sahut pemuda itu sembari sedikit menunduk.
"Udah buruan, Kenan pasti udah nyariin" Dika menjulurkan sebelah tangannya—menyuruh Chandra segera bangkit dan kembali ke kelas sebelum Kenan mengomel nantinya.
Ketika keduanya sudah berada di belokan terakhir Chandra tiba-tiba berhenti.
Melihat pemuda disampingnya berhenti berjalan Dika hendak bertanya, tetapi ia tetap diam setelah mengikuti arah mata Chandra.
Seorang gadis manis bernama Naomi adalah alasannya. Gadis itu menatap pemuda diseberangnya dengan canggung.Naomi menyingkirkan sedikit poninya kesamping kemudian sedikit mendongak, "Hai udah lama ga ketemu ya Dra. Lo apa kabar?"
"Gue selalu baik" Chandra menegak—menjawab dengan tegas, "Lo gimana? Masih sedih apa udah bahagia?"
"Chan ini koridor jangan keras-keras" Dika berbisik mengingatkan.
"Gue tau, gue cuman nanya aja kok" Cowok itu menjawab lebih santai kembali menatap gadis didepannya ini.
"Hahahaa.. Gue bahagia Dra, temen lo bener ga baik kita berdua ngomong di koridor gini. Gue pergi dulu kalo gitu" Gadis manis itu tertawa kaku kemudian menunduk singkat-cepat cepat berlalu berusaha menutupi kecanggungan tadi.
Lo nggak berubah Nao, lo selalu lari dari masalah dan itu gapernah berubah.
Chandra bergumam pelan melihat kepergian Naomi. Pemuda itu cuek saja kembali berjalan menuju kelasnya—berusaha tidak terjadi apapun tadi. Ketika pemuda itu ingin memasuki kelas,
Khanin menatap Chandra dengan tatapan tak terbaca. Sekilas pemuda itu ikut menatap Khanin tetapi sedetik setelahnya Chandra memutuskan kontak mata mereka kemudian acuh tak acuh memasuki kelas. Gadis itu mengernyit aneh merasa semakin curiga akan cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Call You Mine✔︎
FanfictionKhanindhya punya impian besar terhadap Archandra. Baginya Chandra itu adalah impiannya yang sudah terkabul, dengan menjadi sahabatnya. Namun Khanindhya rupanya sudah melanggar perasaannya sendiri di balik kedok persahabatan. Berharap Chandra membala...