"Dra, besok aku di bus kamu ya?"
Chandra menepis tangan gadis yang memeluk lengannya, membuat gadis itu sedikit menjauh.
Chandra berpura-pura tuli, dirinya sekarang asik memasukkan beberapa bekal yang akan ia bawa besok.
Camping adalah satu hal yang paling merepotkan bagi Chandra. Ditambah lagi harus berdampingan dengan gadis bernama Naomi yang makin hari makin nekat untuk mendekatinya lagi.
"Dra, kamu kenapa sih? Kok tiba-tiba cuek kayak gini, aku salah apa sih sama kamu?" Naomi mendekat kepada Chandra yang kini memilih pakaian yang dibalas decakan pasrah lelaki itu.
"Lo bisa minggir nggak? gue mau gerak dengan leluasa" Kata cowok itu menghindar.
Naomi mengulum bibirnya kedalam, matanya terlihat ber-api api, "Pokoknya besok aku satu bus sama kamu" Katanya tak terbantahkan.
Chandra menoleh kebelakang melihat gadis mungil itu hampir menangis, "Terserah lo, asal jangan buat yang aneh-aneh" Pasrahnya, membuat Naomi merekah seketika. Cowok itu melengos ia kemudian kembali sibuk memilih barang-barang.
Tangan Chandra melayang di udara ketika ingin mengambil barang berkemasan botol. Cowok jangkung itu teringat bagaimana wajah gadis yang pernah menangis hanya karena sama sekali tak tahan dengan gigitan nyamuk.
Iya, Khanin ngga tahan digigit nyamuk. Gadis itu setiap paginya bahkan sering merengek ke Chandra, mengatakan bahwa saat gadis itu tidur ia selalu digigit nyamuk dan bekasnya membuat gatal seluruh tubuh.
Mengingat itu membuat Chandra tersenyum, dengan cepat ia memasukan obat nyamuk itu.
"Dra, kamu ngga lupa kan sama obat aku? Papa udah ngasih tau kan yang mana aja?" Chandra mendatarkan wajah, membalikkan badan kemudian menatap dingin gadis yang masih berdiam di kamarnya ini, "Bawa sendiri lah manja amat"
Naomi merenggut sedih, "Sebenarnya kamu masih peduli ngga sih sama aku? Aku habis kehilangan Mama Dra, kamu pikir aku manja kayak gini disengaja?" Gadis itu terduduk lemas di sisi kiri ranjang Chandra, tangannya meremas sprei putih itu hingga lecak.
Chandra menghela nafas perlahan ia berjalan mendekat kearah gadis itu, "Nao, lo udah SMA pasti untuk urusan kayak gini ngga perlu gue ingetin lagi" Kata Chandra datar sama sekali tak terdapat emosi didalamnya.
Naomi bangkit, gadis itu terisak keras, "Memang di dunia ini aku cuman hidup sendiri, orang udah hilang respect dan memang udah saatnya aku nyusul Mama"
Wajah Chandra menegang begitu saja ketika tangan gadis itu meraih gunting di ujung nakasnya.
"JANGAN MAJU DRA!!" Naomi berteriak mundur satu tangannya yang berisi gunting sudah berada dilehernya sedangkan sebelahnya lagi menahan Chandra untuk maju.
"INI KAN YANG KAMU MAU? LIAT AKU MATI KEMUDIAN KAMU BISA BEBAS?" Naomi menjadi-jadi, membuat Chandra semakin panik ditempatnya.
Chandra berusaha kalem, cowok itu perlahan ingin meraih tangan Naomi tetapi lagi-lagi ditepis gadis itu, "Jangan sentuh! Diem atau aku berakhir disini" Ancamnya mengurungkan niat Chandra.
Chandra mengeratkan kepalan tangan, wajahnya ia lembutkan, perasaannya hancur ketika melihat Naomi seperti ini, "Naomi lo—kamu nggaknboleh kayak gini. Okey aku minta maaf, taruh guntingnya lagi ya"
Naomi terisak, gelengan kepala gadis itu membuat Chandra membatin di tempatnya.
"Naomi, kita bisa omongin baik-baik. Kamu ngga perlu sampai kayak gini, ayo duduk jangan gini lagi ya" Intonasi bicara Chandra menjadi lembut, harap-harap cemas gadis itu tak mau menuruti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Call You Mine✔︎
FanfictionKhanindhya punya impian besar terhadap Archandra. Baginya Chandra itu adalah impiannya yang sudah terkabul, dengan menjadi sahabatnya. Namun Khanindhya rupanya sudah melanggar perasaannya sendiri di balik kedok persahabatan. Berharap Chandra membala...