"Tolong sebelum masuk laboratorium kalian harus mencuci tangan terlebih dahulu. Kemudian pakai alat keamanan yang sudah disediakan"Para murid mengangguk kompak. Hari ini memang jadwal 11 IPA 2 yang mengerjakan projek kimia yang di bimbing oleh Pak Jaya secara langsung.
"Ngantree lahhh!" Sentak Bobby merenggut kesal ketika tempatnya diambil.
"Jangan dorong-dorong bisa nggak sih?! Wastafel nggak cuman ada satu!" Indah mencebik pasrah ketika rambut nya harus tertarik kebelakang karena Kenan ingin mengambil tempatnya.
"Wastafel di sebelah mati tuh aernya" Ujar Juna ikutan mendecak karena desakan.
"Elahhh sekolah elit apaan yang aer nya mati?" Emosi Jeje karena badan mungil nya jadi terhimpit Bobby dan satu teman gempalnya lagi.
"Tolong ya, ini badan gue ampe sesek nafas, anjir!" Umpat Dika dengan susah payah.
"Jangan dorong-dorong, plis" Ini suara Chandra yang masih menahan tubuhnya, "Lo nggak tau ada cewek di depan yang kesesek juga" Kesalnya sambil menahan tangan di kedua sisi di samping Wastafel, sembari menatap gadis didepannya datar.
Khanin mengerjap gugup, di liat nya kedua tangan besar Chandra sudah seakan mengunci dirinya. Cewek itu bahkan merasakan kepala Chandra yang tertunduk sampai mengenai kepalanya.
"Cepet cuci tangannya" Suruh Chandra masih mendengus melihat keadaan rusuh di belakang, "Atau lo bakal kehimpit sampe badan lo sakit" Chandra menahan tubuhnya lagi ketika tanpa sadar sedikit oleng karena Khanin menatap cowok itu intens.
"Gue.......gue nggak bisa—"
Perkataan Khanin terpaksa berhenti ketika tubuh Chandra semakin menghimpitnya. Cowok itu mendesis ketika dadanya sampai bersentuhan dengan punggung gadis itu.
"Bisa. Ayo cepet temen-temen udah mulai gila dibelakang" Ujar cowok itu membuat Khanin langsung cepat-cepat mencuci tangan dan menyingkirkan tubuhnya.
Khanin kini sudah terbebas akan kurungan Chandra. Cewek itu sedikit merasa bersalah pada cowok yang ia baru kenal tadi, ketika melihat cowok itu sedikit mendecak emosi karena sempat terdorong beberapa kali.
"Lo belum ngambil jas sama masker juga?" Lamunan Khanin buyar seketika saat melihat Banu sudah berpakaian lengkap.
Banu mengangkat alis, "Kenapa.....lo sakit? Ada yang sakit Nin?"
Khanin mengenggeleng cepat, "Aa? Nggak kok.....enggak"Jawabnya agak kikuk.
"Yaudah, sekarang masuk terus pake jas sama masker" Suruh Banu berniat menuntun Khanin masuk kedalam, tapi lagi-lagi cewek itu diam ditempat.
"Nin, lo ken—"
"Tangan dia memar. Tadi kegencet waktu cuci tangan, obatin"
Suara rendah itu membuat Banu menoleh ke arah depan. Chandra disana tengah memasang jas putihnya dengan masker warna senada. Tanpa basa basi apapun Chandra langsung memasuki laboratorium walaupun sempat bertatap mata dengan gadis disamping Banu.
"Nin tangan lo memar?" Tanya Banu meraih tangan gadis itu.
"Astaga, beneran memar. Nanti minta obat ya? Gue yang temenin ke UKS" Banu melihat wajah bingung Khanin. Cewek itu masih tak bergeming.
"Udah" Tangan Banu menarik paksa Khanin yang sempat kelimpungan dengan gerakan cepat itu, "Masuk. Pelajaran udah mau mulai" Tanpa sadar nada suara Banu memelan.
Khanin hanya menatap itu dengan tatapan biasa. Cewek itu berlari kearah kelompoknya dan memasang beberapa alat keselamatan di tubuhnya. Khanin sempat mencuri pandang ke arah Chandra yang kini sudah mengangkat gelas khusus sambil dengan serius memperhatikan suruhan Pak Jaya di depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Call You Mine✔︎
FanfictionKhanindhya punya impian besar terhadap Archandra. Baginya Chandra itu adalah impiannya yang sudah terkabul, dengan menjadi sahabatnya. Namun Khanindhya rupanya sudah melanggar perasaannya sendiri di balik kedok persahabatan. Berharap Chandra membala...