Chandra mengerjap bingung, lelaki itu bangkit kemudian meraih segelas air minum di sebelah ranjangnya.
Chandra terduduk lesu di ujung ranjang dengan wajah lelah. Hari ini cowok itu berencana akan ke rumah sakit tempat seseorang dirawat. Dirinya lagi-lagi bermimpi buruk tentang gadis yang sekarang terbaring lemah dan tak berdaya.
"Gue berusaha sekuat tenaga yang gue punya, tapi kenapa Nin? Kenapa lo benci sama gue sampe segitunya?" Monolog Chandra sedih.
"Lo kapan bangun..? Jangan buat gue semakin ngga berdaya"
Cowok itu meremas rambut tebalnya dengan perasaan gelisah, "Ngga Chan, ini cobaan buat gue, intinya gue harus berusaha lagi" Kata Chandra tiba-tiba menyemangati dirinya lagi.
Chandra melunturkan senyumnya, merasa ada yang mengetuk pintu kamarnya cowok itu berbalik.
"Keanza kamu ngga mau sarapan?"
Chandra mengulum bibir, terkejut pria ini tiba-tiba datang, "Nanti Keanza turun" Kata cowok itu masih sopan.
Si pria muda itu menatap putranya prihatin, "Jangan banyak pikiran, nanti kegiatan belajar kamu terganggu" Komentar Reza-ayah Chandra seakan tahu apa yang selama ini anaknya alami.
Chandra menatap ayahnya, rasanya aneh ketika mengetahui ayahnya ini mengkhawatirkan dirinya, "Ngga perlu cemasin urusan Keanza pa, ini jelas beda"
Reza mengulurkan sebelah tangannya membuat Chandra mengernyit. Chandra pikir ayahnya akan main fisik lagi, tetapi tidak, pria gagah itu menepuk pundak putranya berusaha memberi kekuatan.
Reza menutup mata miris, anaknya bahkan menatapnya dengan wajah panik dan seakan tak suka, "Papa tau semua masalah kamu, tapi bukan berarti kamu harus menyimpan masalah ini sendiri" Nasehat Reza kini tersenyum melihat wajah polos putranya itu, "Walau papa bukan ayah yang baik untuk kamu, tapi dalam masalah ini papa dukung sepenuhnya apapun keputusan kamu"
Chandra berdiri tegap, matanya memburam. Terkadang dirinya teramat kesal jika sifat cengeng ini muncul.
Reza meletakkan kedua tangannya di atas pundak Chandra, "Papa kangen sama kamu nak, tapi papa tau kamu perlu waktu buat semuanya. Papa sabar nunggu waktu itu, jadi untuk sekarang papa ingin liat anak papa bisa tanggung jawab dan fokus sama tujuannya"
Usai mengatakan hal tersebut, Reza langsung turun kebawah meninggalkan Chandra dengan bahu bergetar hebat. Sejujurnya ia juga rindu dengan sosok keluarga yang selama ini ia impikan. Melihat perubahan ayahnya tadi jelas sangat berdampak pada Chandra.
Cowok itu menutup pintu, berjalan kearah nakas dan menghapus air matanya. Chandra tersenyum penuh keyakinan, seakan dirinya baru saja diisi energinya. Kali ini Chandra harus fokus akan tujuannya.
•••••••
Chandra berjalan santai di koridor rumah sakit sembari membawa parsel buah dan sebuket bunga matahari. Wajahnya lebih segar dari hari-hari sebelumnya, dirinya masih yakin bahwa Tuhan masih memberikan kesempatan pada dirinya.
Tangan pemuda bongsor itu terdiam ketika ingin membuka ruangan bernomor 122 itu, dirinya merasa gugup lagi.
Chandra menggeleng, kemudian mengangguk-angguk meyakinkan diri.
Pintu itu terbuka. Dimana semua peralatan rumah sakit langsung menghiasi mata Chandra. Cowok itu melangkah pelan, masih memandang nanar sosok ringkih dan pucat itu diatas ranjang putih.
"Hai?"
Chandra tersenyum manis, disisi lain cowok itu sebenarnya ingin. menangis.
"Hari ini gue bawa bunga matahari" Chandra menyodorkan bunga kuning itu seakan Khanin yang memintanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Call You Mine✔︎
FanfictionKhanindhya punya impian besar terhadap Archandra. Baginya Chandra itu adalah impiannya yang sudah terkabul, dengan menjadi sahabatnya. Namun Khanindhya rupanya sudah melanggar perasaannya sendiri di balik kedok persahabatan. Berharap Chandra membala...