Sudah dua minggu semenjak kejadian di ruang musik, Chandra dan Khanin semakin menjauh. Chandra yang menyibukkan dirinya dengan club Baseball disaat jam istirahat sampai pulang, sedangkan Khanin lebih sering mengunjungi perpus sendiri atau kadang bersama Banu atau Indah.Seperti sekarang,
"Nggak pulang lo?" Kakak kelas yang sejak tadi sudah berganti baju itu bertanya.
"Duluan aja, gue masih mau main" Chandra menjawab seadanya.
"Gerbang sekolah mau di tutup jam enem" Kakak kelas bernama Arya itu memberi info, "Dan ini udah setengah enam. Lo beneran mau diem disini?" Katanya memastikan sekali lagi, berharap Chandra segera hengkang dari ruangan ini.
"Gue kenal kali penjaga sekolah" Responnya, kini sembari membenahi posisi topi hitamnya, "Sogok juga bisa gue" Ia memasang kuda-kuda, kemudian memukul bola yang keluar dari mesin otomatis, cowok itu tersenyum miring. Kemudian kembali mengambil posisi.
Arya hanya mendesah pelan, "Yaudah serah, gue kek gini mau ngajak lo ngegame juga" Bangkitnya mengambil backpack, dan hampir saja keluar kalau suara pekikan cowok di dalam ruangan itu tidak menginterupsi.
"Dota?"
"Hem"
"Okey, gue ikut"
Arya terkekeh, cowok itu terlebih dahulu keluar ruangan. Menunggu Chandra di depan sembari menopang dagu. Wajah tampan itu tak sengaja menoleh kearah koridor atas, dahinya mengernyit samar. Melihat seorang gadis yang keliatan baru keluar dari perpustakaan.
"Yok, nunggu apalagi" Arya sedikit tersentak, kemudian mengangguk, ketika sosok tinggi berflanel itu keluar dengan tampang datarnya.
Mata si kakak kelas sekaligus ketua OSIS itu menajam, ingin melihat si gadis tetapi tubuhnya menghilang.
Ia mengernyit, kemudian melengos, "Ayok dah, perasaan gue nggak enak"
Chandra mengerut samar, merasa terdorong kedepan ketika teman clubnya itu merangkul dirinya, ingin mempercepat lari.
"Napa sih lo, kak? Aneh banget" Celetuk Chandra risih dirangkul olehnya.
Arya tersenyum canggung, hingga mata sipitnya membentuk bulan sabit, "Sekolah ini serem sih....yaudah ah cepet"
Chandra melengos pasrah. Tubuhnya ditarik paksa mengikuti si kakak kelas yang terlihat gelisah. Wajah Arya memang tampan tapi sayang penakut.
"OSIS apaan takut setan" Ejek Chandra ketika sampai di depan gerbang, dibalas decakan malas olehnya.
"Cot lo, buru ah" Arya berlari kemudian di susul Chandra di belakangnya.
Tanpa kedua cowok itu sadari seseorang mengikuti mereka. Cewek berponi rambut sebahu itu menunduk, sampai bersembunyi di beberapa tempat untuk sekedar mengikuti dua manusia bongsor itu.
"Cepet banget sih!" Gerutunya terseok-seok, langkah gadis itu kalah cepat dengan langkah lebar kedua cowok tadi.
Beberapa barang bawaan gadis itu terjatuh, membuat Khanin harus memungutinya. Dengan kesal cewek itu kembali menyusul, hingga berhenti tepat di pertigaan.
"Aduh kemana nih..." Gadis itu mulai gelisah, "Ke kanan atau kiri ya...Huhu bibi.." Serunya menggigit kuku jari, hari sudah semakin petang. Jalan yang ia lewati juga sepi sama sekali tidak ada pengguna jalan.
"Gue telpon Kenan kali ya?" Tanyanya menepi di trotoar, "Ah nggak! Kalau dia tau gue ngelakuin misi lagi, mati gue" Tempat gelap di seberang trotoar membuat gadis itu semakin tak tenang. Kepalanya beberapa kali digerakkan segala arah, berharap ada kendaraan yang lewat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Call You Mine✔︎
Fiksi PenggemarKhanindhya punya impian besar terhadap Archandra. Baginya Chandra itu adalah impiannya yang sudah terkabul, dengan menjadi sahabatnya. Namun Khanindhya rupanya sudah melanggar perasaannya sendiri di balik kedok persahabatan. Berharap Chandra membala...