48 ;My Favorite Girl;

23 4 0
                                    

"Ohhh....jadi Mas Chandra mau nginep?"

Chandra menoleh pada Bibi yang kini menuangkan nasi kearah piringnya.

"Iya Bi, nggak papa kan?" Tanyanya hati-hati. Maklum pemuda itu tau diri bahwa Bibinya ini sudah seperti ibu Khanin, lagipula Chandra sudah sering absen kerumah Khanin dulu, takut nantinya Bibi malah semakin tak mengijinkan.

Bibi tersenyum tipis, "Boleh aja kok, Khanin juga keliatan seneng kan ada kamu"

Khanin yang berada disamping Chandra jadi ikut tersenyum. Namun tetap saja ragu saat melihat ekspresi tidak yakin Bibi. Meskipun wanita itu tersenyum namun Khanin tau ada yang mengganjal dihati Bibinya saat kembali menatap Chandra sesaat setelah kembali dari gudang untuk menaruh barang.


Mata Khanin mengikuti tatapan Bibinya setiap melihat Chandra. Gadis itu sekarang benar-benar gugup ketika Bibi dudup tepat dihadapan Chandra lalu memasang wajah serius.

Chandra yang mengerti ada yang salah seketika menelan cepat-cepat makanannya. Kemudian membalas tatapan Bibi.


"Bibi boleh ngomong apa aja ke saya, saya nggak bakal marah atau tersinggung" Khanin menyentuh tangan Chandra di bawah meja, seakan memberi kode untuk tak melanjutkan. Dibalas Chandra dengan gelengan kecil serta elusan di tangan gadis itu.

Bibi yang melihat keresahan nonanya jadi mengulum bibir, "Aaa.....Bibi cuman mau nanya, masakan Bibi enak enggak, gitu...." Celetuk Bibi sembari terkekeh canggung.

Chandra menatap Bibi datar, kemudian melempar pandangan pada Khanin, "Nin, udah nggak papa, kasih Bibi ngomong ke gue"

Khanin menggeleng pelan, "Nggak, Chan. Ini nggak penting" Jawab gadis itu sembari melempar kode kearah wanita paruh baya itu, seakan menyuruhnya untuk memasuki kamar saja.

Chandra semakin curiga. Cowok itu kini menatap Khanin, berusaha meyakinkan gadis itu bahwa apa yang akan dikatakan Bibinya tak akan menyakiti perasaan Chandra. Cowok itu mengerti, naluri seorang ibu di diri Bibi yang ingin melindungi putri satu-satunya dari segala yang pernah mengganggunya. Banyak kejadian yang mungkin ia lewati di saat-saat cowok itu ingin menjauh dari Khanin. Chandra mengerti wanita paruh baya itu pasti penasaran, mungkin juga takut putrinya akan disakiti lagi oleh orang seperti dirinya.

"Ngomong aja, Bi. Saya bener-bener nggak papa kok, saya tau apa kesalahan saya. Jadi saya nggak akan marah atau tersinggung sama ucapan Bibi nanti" Ucap cowok itu serius. Bibi jadi tak tega, kemudian wanita itu melirik kearah Khanin. melihat gadis itu mengangguk, membuat Bibi semakin tak tega harus melanjutkan pembicaraannya tadi.


"Mas Chandra kenapa jadi nggak pernah main kesini lagi semenjak Khanin amnesia?"




Chandra tersenyum tipis, "Dulu saya punya masalah sama Khanin, semenjak itu saya lebih milih ngindar dari dia" Jelas cowok itu sembari memainkan jarinya.

Khanin meraih tangan Chandra, mengelusnya lembut seolah memberi semangat pada cowok itu. Chandra menunduk kemudian tersenyum kecil sebelum cowok itu melanjutkan.


"Saya salah Bi, saya akui Khanin banyak sakit hati karna saya" Cowok itu mulai menurunkan ekspresi wajah, "Ini murni dari kesalahan saya sendiri, tapi saya nggak bisa cerita terlalu jauh soal itu" Ucap cowok itu meminta pemakluman.


Bibi mengangguk mengerti, tangan keriput wanita itu terangkat kemudian terjatuh tepat di pucuk kepala Chandra, wanita paruh baya itu mengelusnya sayang. Perlahan bibir wanita itu melengkung manis, senang sekaligus terharu.


"Bibi dari dulu udah nganggep kamu anak Bibi, Chan" Wanita itu membuat Chandra berbinar, "Bibi seneng kalian sama-sama lagi"



Chandra menatap kearah Khanin, tanpa sadar lengkungan manis juga terbit dari bibirnya. Khanin juga sama, cewek itu benar-benar terkesan akan kedewasaan Bibinya. Setelah wanita itu berpamitan pun senyum dari keduanya masih menetap. Khanin dan Chandra menatap satu sama lain dengan perasaan berbinar. Beban di pundak mereka perlahan hilang, dan kejelasan tentang mereka semakin terlihat.

Call You Mine✔︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang