11 :We Can be friends;

32 6 0
                                    

"Khanin kenapa?"

Beberapa pertanyaan itu terlontar secara bersamaan dari mulut anak-anak kelas.

"Mana Banu? Kok gurunya ngga dateng sih?!" tanya Indah lagi dengan nada tak sabaran.

Sedangkan gadis bernama Khanin itu masih menutup matanya dengan gelisah juga keringat yang semakin mengucur deras. Bergumam tak jelas makin membuat keadaan kelas tambah panik.

"Gini, mending Jeje lapor guru piket dulu gue sama beberapa anak-anak disini ngangkut Khanin ke RS" sembur Chandra yang sedari tadi diam, sebenernya sudah sesak dengan suasana seperti ini.

Indah mengangkat tangannya kala mendengar itu, "Gue ikut Chan!" membuat Chandra mengangguk dan mulai menggendong Khanin.

Disaat Khanin sudah berada di gendongan Chandra, pemuda itu menoleh kebelakang-berbicara dengan Kenan, "Nan lo jaga kelas, gue ada Bobby sama Indah kalau ada apa-apa tinggal lo handle aja"

Kenan menganggukkan kepalanya tanda mengerti Chandra jika sudah di waktu gawat gini tiba-tiba jadi dewasa ya, begitu pikirnya.

Chandra menjilat bibir bawahnya tak bisa menepis bahwa ia juga khawatir dengan keadaan gadis itu. Ditambah lagi pemuda ini tadi menyuruh-nyuruh Khanin seperti babu saja, membuat Chandra amat merasa bersalah. Dengan hati-hati pemuda itu menggendong Khanin yang masih asik mengigau di ceruk leher Chandra, nafas gadis itu sangat panas membuat Chandra sedikit merinding. Pemuda itu agak merunduk, melihat wajah pias gadis di gendongannya ini membuat Chandra sedikit berdebar-entah perasaan cemas bercampur kasihan atau malah yang lain.

"Bob kunci gue di saku celana, tolong ambilin" Keempatnya kini sudah tiba diparkiran mobil dengan tergesa Bobby membuka mobil Chandra dan duduk di kursi kemudi disusul Indah yang duduk disampingnya.

"Buruan dong Bob!" Cemas Indah kala melihat muka pucat Khanin dibelakang-tengah dipangku Chandra di kursi penumpang.

Bobby menginjak pedal gas nya tanda siapa melaju, "lo semua pake sabuk pengaman gue mau ngebut sekarang" perintahnya cepat.

Benar saja, mobil bermerk Pajero Sport hitam itu melaju cepat membelah kota, menyalip satu demi satu kendaraan di lalu lintas padat Jakarta membuat kendaraan yang lainnya mengklakson secara bersahut-sahutan.





"Gue dimana..aduh pusing bangett.."

Tanpa sadar Bobby sudah memelankan laju mobilnya kala mendengar suara pelan dari gadis dibelakangnya.

Chandra menunduk sembari mengelus dahi dan rambut Khanin dengan hati-hati, "Lo dimobil gue sekarang" kata pemuda itu masih menatap gadis di gendongannya.

"Chan? Lo mau bawa gue kemana...aduh sshh ini kepala gue muter banget sumpah" Khanin mengomel, kini menekan pelipisnya yang terasa sakit.

Chandra mendesah berat kemudian mendongak kedepan, "Tissu dong ambilin di depan lo tuh Indah" katanya sembari mengeratkan tangan kirinya yang masih memegang bahu Khanin.

Indah menyodorkan sekotak tissu yang kemudian diambil Chandra, "Nin kita bawa ke rumah sakit ya? Lo pucet banget tau" Kata gadis itu kala melihat Chandra mengelap bulir-bulir keringat Khanin yang beberapa masih menetes.

Khanin yang mendengar itu terbangun kaget, "Gak! Gue gamau dibawa kesana!" marahnya dengan kilat mata ketakutan.

"Tapi ini udah deket rumah sakit Khanin..lo harus diperiksa setidaknya" Kata Bobby tenang sembari fokus menyetir.

"Gue mau pulang! Astaga kenapa kalian nggak ngerti sih! Pokoknya gue gamau!" teriak gadis itu yang kini beranjak dari gendongan Chandra meraih gagang pintu mobil-nekat ingin turun.

Call You Mine✔︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang