"Gimana keadaan Naomi, Chan?"
Khanin yang duduk berjarak 1 meja dengan cowok-cowok IPA 2 itu berpura-pura mendengar.
Cewek beriris terang itu melirik, meneliti ekspresi wajah Chandra.
"Dia masih aja gitu" Chandra mendongak kemudian menjilat bibir, "Gue masih harus ngawasin dia, takut tuh anak buat macem-macem" Sambungnya singkat.
Pemuda itu kembali menunduk, memainkan kuah soto ayamnya dengan mata meredup. Sampai ia kembali menoleh kesamping ketika mendengar Jeje berbicara.
"Lo sebenernya punya hutang apa sih sama Nao?"
Chandra kaget diikuti yang lainnya, mata mereka sudah saling tatap seakan berbicara satu sama lain.
Chandra terlihat berpikir sejenak, "Em....bukan hutang. Lebih tepatnya gue kasian sama dia, jugaan dia bukan orang asing"
Kini giliran Juna yang berbicara, "Lo kasian? Dia pernah nyakitin lo, tapi, apa pernah dia kasian sama lo?" Katanya tajam sambil mendelik membuat Chandra menegak begitu saja.
"Lo nggak tau rasanya kehilangan ibu, Jun" Chandra mulai memunculkan ekspresi dingin, tangannya yang berada di bawah meja terkepal begitu saja, sambil menatap Juna tajam.
Dika was-was, melihat kedua sahabatnya sekarang sedang adu tatap, "He, udah lah masalah gini doang bertengkar" Katanya menepuk bahu Juna berusaha santai, membuat Juna mengendurkan ekspresinya.
Kenan diam di tempatnya, tapi memfokuskan netranya kepada meja seberang. Terlihat kumpulan tiga gadis yang kelihatannya normal saja, tapi melihat gerak-gerik yang tak biasa dari salah satunya, membuat Kenan menatapnya diam-diam.
"Chandra, gue harap lo ngga main perasaan disini" Celetuk cowok tampan—sang model sekolah.
Kenan mengetuk jemarinya di meja hingga membentuk harmoni kecil, bahunya mengendik keatas ketika melihat wajah bingung Chandra.
"Ambil satu, buang satunya lagi. Jangan ambil dua-duanya" Out off the blue begitu bisa dikatakan. Kenan dengan ekspresi wajah tenangnya mengatakan kalimat dengan sama tenangnya.
Chandra merasa terusik sekaligus bingung, "Gue nggak ngerti apa maksud lo" Pemuda itu menyantap sotonya acuh tak acuh.
"Lo ngerti Chan, lo itu sebenernya udah ngerti dari awal" Bobby yang tak mau ikutan, gregetan juga akhirnya. Mau tak mau pemuda yang kini berkaca mata itu ikut juga memojokkan adik yang satunya ini.
Chandra tersedak kuah soto sampai terbatuk-batuk, ia gugup tak mengerti mengapa. Rasanya ada yang salah difikirannya saat ini. Tapi cowok itu tetap diam seakan tak mau membeberkan alasan.
Banu melihat itu, walaupun cowok satu ini hanya diam dan mendengarkan saja, tetapi ia tau. Namun ia membiarkan saja teman temannya menyelesaikan, lagipula pembahasan ini cukup menarik. Rencananya jadi semakin terlihat di depan mata.
Chandra memukul meja, membuat beberapa orang di kantin ada yang menoleh, "Lo semua ngomong apasih?! Yang jelas, jangan buat gue bingung" Nada suaranya meninggi melihat keenam temannya yang seakan curiga dengannya.
"Kenapa lo marah?" Dika berbicara lebih dulu yang langsung dihadiahi tatapan tajam dari Chandra.
Jeje memegang bahu Dika, memberi perintah 'jangan diperpanjang lagi' dengan suara berbisik. Dika mengangguk saja kemudian kembali menatap kedepan.
"Gue tau Naomi pernah spesial di hidup lo, tapi kasih batasan. Sadar gak sadar, lo nyatanya pernah ngasih harapan ke seseorang. Dan lo tau itu siapa"
KAMU SEDANG MEMBACA
Call You Mine✔︎
FanfictionKhanindhya punya impian besar terhadap Archandra. Baginya Chandra itu adalah impiannya yang sudah terkabul, dengan menjadi sahabatnya. Namun Khanindhya rupanya sudah melanggar perasaannya sendiri di balik kedok persahabatan. Berharap Chandra membala...