40 ;Promise and Reality;

36 4 0
                                    


"Gimana sama Khaninnya, Nak?" Tanya bibi Maria-asisten rumah tangga Khanin yang menunggu dengan segelas air diatas nampan dengan tatapan cemas.

"Nggak usah panik, Bi" Ucap Banu menenangkan, "Dia cuman terlalu maksa buat inget sesuatu" Katanya lagi, kali ini diiringi kekehan miris.

"Nak, kamu temen baru Khanin?" Tanya bibi ketika sudah duduk di samping ranjang gadis cantik itu.

Banu mengangkat alis bingung, "Khanin temen saya dari lama...kita temen sekelas" Jawabnya sembari mengelus rambut halus Khanin.

Bibi memperhatikan secara seksama perlakuan Banu yang kini telaten mengelap keringat Khanin yang kadang menetes dari pelipisnya. Dari yang ia tahu, nonanya ini pingsan di sebuah pesta ulang tahun temannya, untuk kejadian persisnya Bibi Maria tak pernah tahu.

"Khanin ini baik, nak" Katanya mulai bercerita.

Sedangkan Banu hanya menunggu kalimat selanjutnya dari Bibi.

"Hidup Khanin nggak semulus yang kamu lihat" Tangan keriput Bibi mengelus pipi Khanin dengan sayang, "Orang yang dia sayang nggak pernah ada buat dia, dari kecil satu persatu yang dia punya pergi tanpa jejak"

"Iiat dia sakit kayak gini buat bibi nggak tega"

Banu menatap Bibi yang mulai berkaca-kaca melihat tubuh lemas Khanin yang masih juga belum sadar setelah lima menit lalu dokter keluarga mereka memeriksanya.

"Nak"

Panggil Bibi Maria sangat pelan, hampir seperti berbisik.

"Iya, Bi?"

Perkataan Bibi Maria membuat Banu membeku. Cowok itu menatap Bibi Maria dengan tatapan kosong.

"Kalau Chandra bukan yang terbaik buat Khanin, bibi masih tenang"

"Karena....nantinya Bibi mau dia bahagia sama kamu"

Si ketua kelas dengan image galak itu hanya diam. Tak sanggup menanggapi maupun memberi reaksi berlebihan ketika Bibi Maria mengatakan hal yang tak terduga sebelumnya.

"Karena Bibi tau, masa lalu Khanin itu hampir semua buruk, jadi dengan adanya kamu, Bibi harap masa lalu itu hilang"

"Karena kamu nantinya yang buat Khanin bahagia...."

Tepat setelah itu pintu kamar Khanin tertutup rapat. Bibi keluar dengan perkataan yang membekas di pikiran Banu.

Cowok itu merunduk, perasaannya campur aduk saat melihat wajah Khanin yang sedang tertidur damai di sebelahnya.

"I promise to make you happy..."

"So i will do it..."

"Making you forgot all your feeling's eventhough that's only about Chandra..."

"I will do it, i promise"

••••••


"Lo tau kan apa resiko lo bertindak bodoh kayak gini?"

Tak banyak yang tau, kalau sebenarnya Kenan adalah salah satu orang yang menentang rencana yang ia anggap bodoh dari seorang Chandra dan Banu.

"Ini resiko gue, nggak ada yang dirugikan disini" Elaknya membuat Kenan memutar bola mata.

Kedua cowok itu saling berdiri berhadapan di sebuah taman belakang sekolah yang sepi. Atas usulan Kenan, Chandra akhirnya setuju berbicara dengannya setelah sekian lama diam tak mau menjelaskan.

"Lo tau apa yang merugikan?" Tanya Kenan habis kesabaran, "Hubungan sahabat lo, dan perasaan lo. Banyak yang lo korbanin" Katanya sembari menunjuk dada Chandra pada kalimat terakhir.

Call You Mine✔︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang