"Bi anterin Khanin ke toko buku bisa?"
Bibi sang asisten menoleh setelah nona mudanya itu duduk manis diatas sofa ruang tamu–mengutak-atik remot tivi sembari memasang wajah memelas.
"Aduhh non, gimana ya..bibi banyak kerjaan dirumah. Sama temen non aja ya" kata Bibi sedikit meringis sembari ikut duduk di sofa.
Khanin merenggut, dengan kasar ia menekan-nekan remot tivinya,"Ah semua aja gabisa nemenin Khanin, tadi Indah juga gabisa, terus bibi juga" omel Khanin membuat bibi tak enak.
"Lah itu si Nunu gabisa?" wanita itu agak bingung ketika menyebut salah satu teman Khanin.
Khanin bengong, merasa tak pernah mempunyai teman bernama Nunu.
"Siapa Nunu? Kok kayak nama anjing ya" Gadis itu terkekeh sekaligus bingung.
Bibinya hanya menggeleng tak habis pikir, masih bingung siapa teman Khanin yang satu itu. Tapi wanita itu ingat sekali, sosok 'Nunu' ini lumayan sering kemari.
"Iya itu temen non, pokoknya nih ya, yang tinggi, cakep, putih yang sering pake kemeja kotak-kotak itu lho" Bibi Maria berkata gemas, mencoba mendeskripsikan dengan detail sang lelaki yang dimaksud.
Khanin mengerjap seakan mendapat hint dari kalimat bibinya tadi. Tanpa disangka gadis cantik itu tertawa keras ternyata yang dimaksud bibinya adalah Chanu alias Nunu.
"Yaelah bi itu mah Chanu, astagaa kok Nunu sih" Khanin tertawa hingga menangis, membuat wanita disampingnya juga ikutan terkekeh geli.
Wanita paruh baya itu pun berdiri kemudian mengelus sayang kepala nona mudanya itu. Membuat Khanin mengerjap polos tetapi secara perlahan ikut tersenyum hangat.
"Kalo non sama Mas Chanu, bibi setuju banget kalo gitu" kata bibi ambigu, membuat Khanin geer sendiri.
"Maksudnya gimana bi?" Tanya Khanin bingung, menggaruk kepala belakangnya yang tak gatal.
Bibi Maria mengendikkan bahu santai, "Ya.. Siapa tau jodoh toh, bibi disini dukung non sepenuhnya" sahutnya memberikan senyuman semangat.
Mendengar kalimat itu membuat Khanin membulatkan matanya, gadis beriris coklat terang itupun mesem-mesem sendiri sembari menggigiti bantal sofanya hingga tak berbentuk. Gadis itu menatap bibinya yang sedang memasak disana–setelah mengatakan kalimat yang tanpa disangka membuat Khanin berharap lebih.
Masih asik memikirkan kalimat bibinya tadi membuat Khanin hampir lupa tujuan awalnya. Khanin berguling ke kanan kemudian meraih ponselnya– mengetik sesuatu disana.
[Roomchat Chandra-Khanin]
Khanin: calling for Chanu^_^
Khanin: temenin gue kuy, toko buku bentar
Khanin mencibir melihat sudah 5 menit chat nya belum juga dibaca Chandra. Dengan bodohnya Khanin sempat percaya perkataan bibinya yang sedikit membuatnya melambung tadi. Kesal sudah diabaikan begini Khanin akhirnya bangkit dari sofa kemudian naik kekamarnya ingin pergi sendiri saja kalau begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Call You Mine✔︎
FanfictionKhanindhya punya impian besar terhadap Archandra. Baginya Chandra itu adalah impiannya yang sudah terkabul, dengan menjadi sahabatnya. Namun Khanindhya rupanya sudah melanggar perasaannya sendiri di balik kedok persahabatan. Berharap Chandra membala...