"Nin ini beresiko buat lo"Saat itu Kenan menghubunginya untuk membantu Khanin. Lewat sambungan telepon, gadis itu tahu apa yang di takuti Kenan.
"Gue janji gue akan jaga diri" Katanya di dalam hati saat buku sampul hitam ada di genggamannya.
Note itu seperti langkah-langkah awal yang Kenan berikan untuk membantu ingatan nya kembali.
Pergi ke tempat yang Chandra suka ; Ruang Baseball, gitarnya di ruang musik dan warnet depan sekolah. Lo harus jaga-jaga, karena warnet depan sering ada preman.
Begitulah hal pertama yang harus Khanin lakukan, dan tepat saat jam makan siang ini, gadis itu berjalan kearah ruang khusus pemain baseball di sekolahnya.
"Gue punya feeling kalau dulu setidaknya gue pernah satu kali ketempat ini" Monolognya ketika menatap alat-alat khusus di pojok ruangan.
Archandra Keanza Danuandra, pitcher, male, 17th.
"You're here"
Papan ukuran sedang, berisi nama siswa di dalam club ini mencuri perhatian Khanin. Cewek itu meraba salah satunya dengan gumaman. Ternyata Chandra memang disini.
Sudut mata gadis itu melihat satu pasang slop tangan khusus itu dengan pikiran yang semakin penuh.
"Nin, gue pitcher. Ini 'senjata' gue"
Samar-samar suara alam bawah sadarnya terdengar. Cewek itu menutup mata, yang ia lihat hanya bayangan hitam putih beserta suara tawa dirinya dengan seseorang.
"Gue janji, Nin. Suatu saat piala Baseball gue akan beratasnamakan lo"
Gadis itu terduduk, memegang kepalanya yang berdenyut sakit. Keringat di pelipisnya semakin mengucur deras. Khanin berlari teburu keluar, mengistirahatkan diri di bangku panjang tepat di depan ruangan tadi.
"Ruang musik"
Dengan kondisi tubuh yang sedikit lemah, gadis itu memaksakan untuk putar arah ke lantai dua untuk menemukan letak ruang musik.
Rasa penasarannya mengalahkan segala sakit di tubuhnya.
Seiring dengan langkah kakinya berjalan. Suara samar petikan gitar terdengar. Hingga gadis itu sampai pada gagang pintu, suara beratnya semakin keras, kepala Khanin tanpa sadar ikut berdenyut.
"Nevermind i'll find someone like you"
Berat, suara berat frustasi itu memasuki telinga Khanin. Mengundang gadis itu membuka pintu, memberikan jalan dirinya sendiri untuk masuk.
"Don't forget me, i beg i'll remember you said...."
Khanin menutup pintu, tidak terlalu keras tetapi mampu membuat pemuda itu menghentikan nyanyiannya.
"And you're here, Chandra"
Chandra bangkit, menaruh gitarnya di sofa tempat ia duduk. Dengan jarak enam langkah di depan gadis itu, Chandra berdiri menatap tajam Khanin.
"Lo nyata" Khanin tersenyum lebar, "Saking nyatanya, gue sampai ngira ini bohongan"
"Kenapa lo disini?" Pertanyaan dengan kesan dingin itu menghentikan langkah Khanin.
"Buat ketemu pemilik gitar itu" Tunjuknya dengan mata.
Chandra melirik kebelakang, "Then see it" Jawabnya melangkah menuju pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Call You Mine✔︎
FanfictionKhanindhya punya impian besar terhadap Archandra. Baginya Chandra itu adalah impiannya yang sudah terkabul, dengan menjadi sahabatnya. Namun Khanindhya rupanya sudah melanggar perasaannya sendiri di balik kedok persahabatan. Berharap Chandra membala...