"Apasih lo, berenti ngikutin gue bisa ngga sih?!"
Khanin menjerit frustasi, matanya menatap tajam pemuda di depan.
"Sakit hati jangan buat lo bego" Pemuda itu mengangkat alis memperhatikan kedua mata Khanin berkaca-kaca.
"Lo ngga usah komentar. Jangan belagak tau masalah gue" Khanin mengerjap ketika bulir air matanya hendak jatuh, "Apa yang buat lo sampe segininya sama gue?" Tanya gadis berambut lurus itu ketika hanya melihat Banu diam.
Balas dendam.
Jawab Banu dalam hati. Banu berdiri tegak menatap serius cewek incarannya ini.
"Chandra. Lo baper kan sama sahabat gue?" Katanya dengan nada curiga membuat Khanin muak.
Gadis itu menghela nafas, "Kenapa lo peduli?" Khanin maju perlahan saat melihat gerak gerik Banu yang amat aneh.
"Dari awal seharusnya lo gapernah deket sama dia" Jeda Banu sambil menyugar rambutnya kebelakang, "Naomi- Chandra bukan sekedar masa lalu. Mereka terikat tapi mereka ngga nyadar" Sahutnya membingungkan, Khanin di tempatnya hanya menggerakkan mata gelisah.
"Jangan suka sama Chandra" Perintahnya pelan, melihat itu Khanin semakin tak mengerti.
"Lo dikenal sebagai orang yang punya leadership tinggi dan supportive, lalu sekarang Kemana hilangnya itu semua?" Banu melebarkan mata, sama sekali tak suka nada bicara sok tau Khanin, "Sahabat lo Chandra, Nu. Ngga seharusnya lo ngomongin dia di belakang" Jelasnya sambil menatap langit langit lorong. Menerawang jauh tentang apa yang seharusnya ia tak pikirkan.
"Jangan sok tau, Nin. Gue ngelakuin ini buat Chandra" Gigi cowok itu menggertak gemas ingin rasanya membeberkan semua kebusukan cewek itu disini.
"Sekali lagi jauhin Chandra, dia ngga cocok sama lo. Mulai sekarang ngga ada baper satu sama lain" Atur cowok itu tanpa sengaja, tubuhnya kini berbalik ingin melangkah pergi namun suara tegas dan bergetar itu datang lagi ketika kakinya baru menginjak tiga langkah ke depan.
"IYA! Iya gue suka sama sahabat lo dan lo ngga berhak sama sekali ngatur perasaan gue!"
Banu terkekeh, badannya berputar 180 derajat ketika mendengar suara bergetar itu. Sudah dipastikan gadis itu menangis, dan benar saja Khanin menangis tanpa suara di belakangnya.
"Gue suka Chandra. Dan gue kecewa karena dia ngga akan pernah bisa bales perasaan gue"
Khanin mendengus kemudian menghapus sisa-sisa air matanya. Cewek itu berdiri lebih tegak menunjukkan dirinya yang kuat membuat cowok didepannya tersenyum miring.
"Karena lo sahabat Chandra? Nin gue kasih tau" Kakinya maju selangkah badannya ia serongkan ke kanan–menyender pada pilar di koridor sepi sambil menatap Khanin kalem, "Chandra masih ada perasaan lebih ke Naomi dan lo disini sebagai sahabatnya, jadi mengalah karena tempat lo sekarang adalah tempat Naomi dulu" Penglihatan Khanin memburam. Lagi lagi pikirannya mensugesti hal yang tidak baik. Firasatnya mengatakan bahwa apa yang diucapkan Banu benar.
Khanin membisu. Matanya menatap lurus koridor lengkap dengan bulir bening yang semakin memburamkan penglihatannya.
Dengan pelan gadis itu mundur dan menghilang di koridor meninggalkan Banu yang menatap punggung cewek itu dengan tatapan tak terbaca.
•••••••
"....halo? Lo masih disitu kan?"
"Eh?! Iya iya ini gue masih disini"
Dapat didengar Khanin, suara decakan perempuan diseberang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Call You Mine✔︎
FanfictionKhanindhya punya impian besar terhadap Archandra. Baginya Chandra itu adalah impiannya yang sudah terkabul, dengan menjadi sahabatnya. Namun Khanindhya rupanya sudah melanggar perasaannya sendiri di balik kedok persahabatan. Berharap Chandra membala...