Happy reading!
Aku ingin tumbuhkan rasa percaya. Maka dari itu, jangan kecewakan aku. Cukup sekali. Aku tak ingin dua kali.
⛅
"Riris pulang!" teriaknya ketika menginjakkan kaki di ruang tamunya. Dia segera menuju dapur, mengambil minum.
Berdebat dengan Juna membuat tenggorokannya mengering. Ya, sehabis mengantar Gina, terjadi perang mulut antara Airis dan Juna.
Awalnya sih, Airis cuma membahas tentang bagaimana pekerjaan Juna di kantor ayahnya tapi berakhir dengan bahasan kucing liar yang tiba-tiba melintas di depan mobil Juna.
Juna terus menyalahkan kucing itu namun Airis tidak terima.
"Kucing 'kan nggak punya akal," kata Airis.
"Hewan 'kan punya insting. Mereka seharusnya tahu mana yang berbahaya mana yang tidak."
"Mungkin kucingnya lagi rabun."
"Kucing adikku yang lagi merem tiba-tiba kaget pas hidungnya mau disentuh. Padahal belum disentuh, cuma hampir."
"Ya, tetep aja! Kakak nggak bisa salahin kucingnya. Seharusnya manusianya yang lebih hati-hati!"
"Nyindir aku?"
"Nggak!"
"Neng, ada kiriman buat Neng Riris. Sudah Nana taruh di ruang tengah." Nana yang muncul entah darimana membuat Airis sedikit terkejut. Untung tidak sampai tersedak air.
"Iya, makasih Nana."
Nana hanya tersenyum sambil mengangguk. Kemudian ia berlalu menuju taman belakang. Hendak menyiram bunga, mungkin.
Sementara Airis, ia sudah siap duduk di depan bungkusan coklat yang berada di ruang tengah.
Dia melihat nama pengirimnya. Arlenio, lagi. Bibirnya sedikit terangkat. Kecewa yang kemarin ia rasakan, kini sedikit demi sedikit menguap tergantikan dengan benih harapan baru.
Katakanlah Airis itu gadis paling sabar dan berhati baja. Dia dengan mudahnya terus-terusan menaruh harapan pada cowok yang ia sendiri tidak tahu keberadaannya.
"Wah," ucapnya tatkala membuka kotak itu. Dia menemukan dua surat berwarna putih polos di dalamnya. Tidak lupa dengan cookies kesukaan Airis yang diwadahi toples berbentuk kepala beruang.
Hai.
Aku datang lagi.
Maaf, aku sudah balas e-mail-mu tapi kamu tidak balik jawab.
Aku tahu, kamu pasti kecewa karena aku sangat telat membalasnya. Iya, kan?
Aku ada urusan penting yang tidak bisa ditinggalkan. Sekali lagi, maaf.Maaf juga karena aku seenaknya datang dan pergi. Aku janji, setelah ini hal itu tidak akan terulang lagi.
Airis membuka surat kedua.
Biar lebih mudah menghubungi, simpan kontak WhatsApp-ku, ya!
0822284*****
Call me, please!Senyumnya melebar. Ia harap kini Angkasanya akan benar-benar kembali. Bukan hanya bualan agar Airis mau memaafkannya.
Dengan cepat, Airis menyalin nomor Angkasa. Ingin membuat pesan tapi dia tidak tahu harus mengetik apa. Haruskah ia bertanya kabar? Atau menyapanya seperti hal yang biasa Angkasa lakukan?
![](https://img.wattpad.com/cover/202680437-288-k498251.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa dan Raya✔
Teen FictionPada hari di mana seharusnya Airis berjumpa dengan Angkasa, ia malah mendapatkan beberapa kiriman berupa surat dan kotak kado. Angkasa mengingkari janjinya. Namun beberapa hari setelahnya, Angkasa datang padanya. Ada yang sedikit berbeda dengan Angk...