Mari kita lihat kondisi Airis sejak di minimarket.
⛅
Semuanya berawal dari salah paham. Salah paham yang dibuat oleh manusia licik agar memecah belah kedamaian hidup orang lain.
⛅
Airis sudah lelah menangis. Entah mengapa kali ini matanya terasa sakit. Maka dari itu ia memutuskan untuk berhenti. Dia memilih untuk menyandarkan kepala pada jendela dan sesekali memerhatikan keadaan di luar sana. Keadaan luar yang sedikit berbeda dari biasanya karena kehadiran pria tua berkumis tipis yang sempat mengetuk-ngetuk jendela mobil Juna.
Pria tua itu selalu berbicara hal sederhana yang sering berkaitan dengan masalah hidup. Dia terdengar seperti motivator. Maka dari itu, Airis tetap mendengarkan hingga tidak sadar bahwa ia telah terlelap. Kalimat yang terlontar dari mulut pria itu seolah dongeng pengantar tidur baginya.
Yang paling Airis ingat dari kalimatnya adalah, 'Hati-hati, hati bukan baja. Ada saatnya dia menjadi lemah bahkan mudah hancur seperti jeli.' Walaupun sedikit aneh, Airis akan menyimpan kalimat itu dalam memorinya.
Seseorang kemudian membuka pintu mobil yang menjadi sandaran Airis. Seorang pria berpakaian serba hitam membenahi posisi Airis kemudian mengeluarkan botol minum dari tas kecilnya. Dia membangunkan Airis, menyodorkan botol itu pada Airis.
Namun gadis itu menepis tangannya. Merasa kesal, pria itu langsung mendaratkan telapak tangannya ke tengkuk Airis. Sangat keras. Hingga Airis memaksa membuka mata bengkaknya karena tengkuknya sakit.
"Minum!" suruh pria itu. Walaupun Airis menggeleng tidak mau, pria itu tetap mendorong mulut botol padanya. Airis terpaksa meneguk air di dalam botol hingga tinggal tiga perempatnya.
Pria bermasker itu menggendongnya setelah beberapa menit menunggu kesadaran Airis menghilang. Dia membawanya menuju mobil hitam yang tengah menunggu di seberang sana. Dia juga melangkah cepat, takut-takut Juna tiba-tiba selesai dengan urusannya di minimarket.
"Om, turunin aku. Om mau bawa aku ke mana?" tanyanya setengah sadar.
Pria itu menjawab, "Aku punya kejutan besar untukmu." Setelahnya, Airis kembali tertidur. Rasanya seperti ada yang menarik kelopak matanya untuk kembali turun. Dia tidak sanggup membuka mata.
"Hei, mau kau bawa kemana cewek itu? Cowoknya lagi di dalem toko." Pria tua berkumis tipis tadi menghalangi jalan pria yang membawa Airis. Botol di tangannya diarahkan pada pria berpakaian hitam itu. Namun mata prianya menukik tajam sehingga membuat si pria tua sedikit takut.
"Dia ini saudaraku. Aku juga tadi sudah bilang pada cowoknya." Suara berat itu membuat pria tua tadi menganggukkan kepala beberapa kali.
"Kau benaran saudaranya? Jangan sampai berbohong, ya. Saya tidak mau hal buruk nantinya terjadi."
Pria yang membawa Airis mengangguk kemudian pergi tanpa berkata apa-apa pada pria berkumis tipis itu. Setelah berhasil mendapatkan Airis, mobil hitam itu melaju dengan cepat.
"Dari dulu aku penasaran, apa motifmu melakukan ini pada keluarga pemilik Nanjaya Group?" Pria berpakaian hitam itu membuka masker dan topinya. Rahangnya tegas, tatapannya selalu menukik tajam, bibirnya tidak lepas dari senyum aneh yang membuat orang bergidik ngeri. Tidak lupa dengan alis bagian kanannya yang terbelah menjadi dua.
"Sudah lama saya tidak mendengar pertanyaan seperti itu," kata pria yang duduk di balik kursi kemudi. Dia tertawa kecil lalu menoleh pada gadis di samping pria berbaju hitam. "Ini yang terakhir, hanya gadis ini keluarga yang saya tahu tentang keluarganya. Keluarga Nanjaya yang lain benar-benar dirahasiakan dengan baik oleh pemimpin grup itu."
![](https://img.wattpad.com/cover/202680437-288-k498251.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa dan Raya✔
Ficção AdolescentePada hari di mana seharusnya Airis berjumpa dengan Angkasa, ia malah mendapatkan beberapa kiriman berupa surat dan kotak kado. Angkasa mengingkari janjinya. Namun beberapa hari setelahnya, Angkasa datang padanya. Ada yang sedikit berbeda dengan Angk...