/13/

2.3K 307 12
                                    

Yuna masih menatap Hueningkai bingung dan 'sedikit' takut. Pemuda itu hanya mengatakan 'buka' padanya tanpa menjelaskan apa yang harus di buka olehnya. Apalagi tatapan Hueningkai padanya kini berubah, entah apa maksud dari tatapan itu.

Hueningkai semakin mendekatkan dirinya pada Yuna, membuat gadis itu semakin ketakutan sekaligus kebingungan.

Hueningkai terus mempertipis ruang, semakin maju sampai hampir tak berjarak. Pemuda itu juga perlahan memiringkan kepalanya, semakin mencodongkan badannya kearah Yuna. Entah apa yang akan pemuda itu lakukan, Yuna benar-benar tidak bisa menebak sama sekali.

Gadis itu semakin memperapatkan sandarannya pada jok mobil, matanya terus mengerjap bahkan kedua tangannya semakin memperkuat cengkramannya di dada.

Sementara Hueningkai, ia terus memandang Yuna penuh intimidasi. Ia mendekatkan tubuhnya pada Yuna yang semakin terpojok. Bahkan sekarang tangan kanan pemuda itu mulai bergerak, bersiap melingkar di bagian perut Yuna.

Wajah mereka berdua pun sudah terkikis jarak, membuat Yuna perlahan menundukan kepalanya. Entah karena gugup, takut atau malu. Hanya Yuna yang tau.

Dia mau ngapain sih? Terus kenapa gue malah diem aja lagi?

Entah apa yang ia pikirkan, tanpa di sadari, Yuna refleks menutup kedua matanya rapat. Seakan dirinya sudah pasrah apa yang akan Hueningkai lakukan padanya.

Melihat Yuna menutup matanya seperti itu, Hueningkai hanya tersenyum tipis. Ia mengigit bibir bawahnya seakan gemas melihat sikap Yuna yang seperti ini. Ia tau kalau perlakuannya ini pasti akan membuat gadis itu menjadi memikirkan hal aneh. Tapi itu memang tujuannya, pemuda itu memang ingin mengerjai Yuna dan membuatnya tak berkutik.

Kini Hueningkai memandang wajah Yuna lekat. Apalagi sekarang gadis itu tengah menutup kedua matanya, jadi ia bisa dengan leluasa memandang bebas wajah cantiknya itu.

Wajah yang pertama kai membuat dirinya langsung tertarik. Wajah yang dirinya lihat di bandara dan wajah yang selalu terbayang setelah pertemuan itu, akhirnya ada di hadapannya. Bahkan saat ini persis berada di depannya.

Klek

Sebuah suara tiba-tiba mengagetkan Yuna. Seketika gadis itu langsung membuka kedua matanya kembali untuk melihat apa yang terjadi. Ternyata yang terjadi adalah Hueningkai hanya akan membukakan sabuk pengamannya.

Seketika Yuna langsung mengutuk tingkahnya sendiri, bagaimana bisa ia berpikiran yang macam-macam seperti tadi? Malu. Itulah yang kini di rasakan gadis itu.

"Gue cuman mau buka sabuk pengaman lo. Ngga usah takut, gue cowok baik-baik kok." Hueningkai tersenyum jail pada Yuna sembari  kembali memperbaiki posisinya ke semula.

Mendengar itu, Yuna semakin malu dengan dirinya sendiri. Ia tidak tau harus berkata apa, mulutnya seakan susah untuk berucap. Rasanya ia ingin sekali kabur atau memukuli kepalanya sendiri, tapi tubuhnya membeku di tempat.

"Ya udah. Ayok keluar!"

Hueningkai pun keluar dari mobil, meninggalkan Yuna yang masih mematung disana.

Yuna langsung membuang napasnya panjang sesaat setelah pemuda itu keluar. Tangannya memegangi keningnya sendiri. Ia terus memikirkan kelakuannya sendiri yang benar-benar memalukan. Yuna tidak tau apa yang akan ia katakan pada Hueningkai dan bagaimana sikapnya di hadapan pemuda itu nanti. Pasti sekarang pemuda itu sedang menertawakan dirinya.

"Woy, ayok keluar!" Hueningkai melambaikan tangannya dari luar pada Yuna yang masih belum bergerak satu senti pun dari tempatnya.

"Oh? I-iya." gagap Yuna.

𝐿𝑜𝓋𝑒 𝐼𝓈 𝐿𝑜𝒷𝑒 √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang