/18/

2.3K 312 13
                                    

Chaeryeong dan Yuna tengah duduk santai di taman baca yang tersedia di kampus mereka. Chaeryeong menceritakan semuanya pada Yuna tentang apa yang terjadi pada Lia kemarin. Yuna ikut prihatin pada nasib sahabatnya itu, hidupannya begitu sial karena mempunyai saudara tiri si nenek sihir Yiren dan si nenek lampir ibunya.

Sekarang Lia ada di apartement Chaeryeong, badannya sedikit kurang enak dan memutuskan untuk bolos kuliah hari ini. Padahal Lia di kenal sebagai sosok yang rajin, tidak pernah bolos atau macam-macam sebelumnya. Tapi mungkin saat ini Lia bukan hanya sakit badan saja tetapi juga sakit hati dan pikiran.

Sejak Chaeryeong memberitahu Yuna tentang semua yang di ceritakan Lia padanya, wajah Yuna sudah memerah bagaikan bom yang sudah siap untuk meledak kapanpun.

"Kurang ajar banget mereka," Yuna tiba-tiba beranjak dari tempatnya, "Chaer, gue ngga sabar pengen hajar mereka, sekarang juga gue mau cari mereka!"

Chaeryeong langsung ikut beranjak ketika melihat Yuna yang sepertinya benar-benar marah. "Eh, Yun. Lo mau kemana?" seraya menahan tangan gadis yang sudah hendak pergi itu.

"Gue mau cari si Yiren and the genk lah, Chaer!"

"Eh, lo jangan kayak gitu dong... ini bukan sepenuhnya urusan kita, kita disini cuman buat lindungin Lia aja. Selebihnya, itu adalah urusan keluarganya mereka, bukan menyangkut Lia sama Yiren aja. Tapi ada ayahnya Lia terus juga ibunya Yiren. Kita jangan ikut campur terlalu dalam kesana." Chaeryeong menenangkan Yuna yang sudah sangat emosi.

Chaeryeong tidak mau kalau keteledoran Yuna malah akan menambah runyam masalah keluarga Lia nantinya. Apalagi masalah fitnahan yang Yiren luncurkan pada Lia. Bisa-bisa dengan tidakan gegabah mereka, ayah Lia akan semakin percaya pada omongan Yiren. Kalau dirinyalah yang sebenarnya di bully oleh Lia, padahal sebetulnya tidak.

"Lo jangan hajar Yiren sekarang, situasinya lagi ngga tepat. Nanti malah Lia yang di salahin karena kelakuan kita." Lanjut Chaeryeong, membuka pikiran Yuna.

Yuna kemudian berpikir, perkataan Chaeryeong memang ada benarnya juga. Mereka tidak boleh gegabah kalau tidak mau nanti Lia yang jadi korbannya. Apalagi dengan situasi yang sekarang, ayahnya lebih percaya pada anak tirinya daripada anak kandungnya sendiri.

"Gue juga pengen cincang-cincang tuh badannya si Yiren! Tapi kita harus sabar, harus mikir dulu gimana caranya." Chaeryeong sendiri gemas. Tapi apa boleh buat, mereka harus menahan kekesalan mereka demi Lia.

"Iya. Lo bener." akhirnya Yuna mengurungkan niatnya untuk mengamuk pada Yiren. Ia kembali menoleh Chaeryeong setelah sebelumnya menunduk, "oh ya, pulang ngampus gue mampir ya ke tempat lo, gue pengen liat keadaan Lia."

Chaeryeong mengangguk menyetujuinya. Tentu saja ia bukan hanya setuju, tapi ia senang jika kedua sahabatnya itu datang ke tempatnya. Memang sebelumnya ia sudah punya niat untuk mengajak Yuna ke apartementnya.

Tiba-tiba, ada tiga orang gadis dengan tampang yang menyebalkan datang menghampiri mereka. Siapa lagi kalau bukan Yiren, Yujin dan Wonyoung.

Yuna memandang ketiganya dengan tatapan kesal sekaligus marah. Sorot mata gadis itu berkata seolah ia ingin menerkam mereka hidup-hidup. Tapi tentunya ia mencoba untuk bersikap biasa saja, seperti yang Chaeryeong katakan padanya tadi.

"Mau apa lo semua kesini?!" ucap Yuna dengan nada yang dingin. Gadis itu melipat kedua tangannya ke dada. Memandang ketiganya ogah-ogahan.

"Emang kenapa? Ini kan kampus kita juga!" Yujin menjawab tidak kalah dingin.

"Oh, oke."

Kemudian Yuna dan Chaeryeong memutuskan untuk pergi dari tempat itu dari pada harus meladeni para nenek sihir bin nenek lampir yang berwujud manusia itu. Bahkan mereka langsung merasa mual hanya karena melihat wajahnya saja.

𝐿𝑜𝓋𝑒 𝐼𝓈 𝐿𝑜𝒷𝑒 √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang