/19/

2.3K 297 11
                                    

Chaeryeong dan Yuna baru saja tiba di parkiran apartement. Mereka berdua ingin segera sampai untuk bertemu dengan sahabat mereka, Lia. Mereka berdua sudah tidak sabar. Terutama Yuna, ia sudah tidak sabar ingin menceritakan kejadian yang menyebalkan saat di kampus tadi. Rasanya mulutnya sudah tidak bisa lagi menahan semuanya. Mulutnya gatal ingin menumpahkan semua sumpah serapah dan menceritakan tingkah laku saudara tiri Lia yang sudah dengan seenak jidat menamparnya itu.

Yaa, walaupun dalam perjalanan tadi ia tidak henti menggerutu pada Chaeryeong tentang keempat gadis yang membuat harinya ini menjadi tidak mood, tetapi rasanya belum cukup puas jika ia belum menceritakannya pada Lia juga.

Mereka berdua kini berjalanan beriringan menuju gedung apartement. Namun tiba-tiba sesuatu terjadi pada Yuna. Ia seketika terdiam dan memegangi perutnya. Sepertinya ia tengah merasakan sesuatu.

Chaeryeong yang melihatnya pun ikut berhenti berjalan.

"Lo kenapa?" Chaeryeong melihat ke arah Yuna yang kini membungkukan badannya.

"Aduduh... Chaer?"

"Apa?"

"Di lobi ada toilet kan?" suara Yuna terdengar sedikit bergetar, seperti menahan sesuatu.

"Ada. Dari pintu lift, lo langsung belok kiri, emangnya kenap--"

Belum selesai Chaeryeong bertanya, Yuna langsung berlari munuju toilet yang letaknya sudah di jelaskan oleh Chaeryeong.

"Yuna, lo kenapa?!" Teriak Chaeryeong sambil menatap punggung Yuna yang berlari terbirit-birit masuk ke dalam gedung apartement.

"Gue kelebet!" teriak Yuna di tengah larinya, tanpa menoleh ke belakang.

Mendengar itu, Chaeryeong hanya menganga. Ia kira sesuatu yang serius telah terjadi pada gadis itu. Namun ternyata Yuna hanya tidak kuat menahan buang air.

"Haha... dasar, Yuna!"

Chaeryeong kembali melanjutkan langkahnya menuju gedung. Ia berjalan santai sambil memperhatikan ke sekitarnya. Cukup sepi. Itulah kalimat yang langsung tercetus di otaknya setelah melihat situasi disini. Tidak seperti biasanya, di halaman utama gedung ini biasanya banyak orang yang berlalu lalang keluar-masuk apartement.

Chaeryeong mengendikkan kedua bahunya, ia tidak mau memikirkan apapun. Mungkin karena hari ini orang-orang sibuk di luaran sana. Jadi apartement ini terlihat sepi.

Saat Chaeryeong hampir mendekati pintu masuk gedung, tiba-tiba ia mendengar seseorang memanggil namanya dari belakang.

"Chaeryeong!"

Chaeryeong berbalik untuk melihat siapa yang memanggilnya itu. Ternyata, orang yang memanggilnya itu adalah Taehyun.

Chaeryeong berhenti di tempat, melambaikan tangannya pada Taehyun yang kini tengah berjalan mendekat.

"Hai, Tae!" Berteriak menyapa Taehyun dengan senang.

Raut wajah Chaeryeong menjadi berseri. Taehyun kini sudah bisa di bilang salah satu teman terdekatnya disini. Sama seperti Hueningkai dan Soobin. Ia bahagia memiliki sahabat seperti mereka.

Chaeryeong masih berdiri di tempatnya, menunggu Taehyun sampai agar bisa bersama-sama naik ke atas.

Tapi tiba-tiba saja wajah Taehyun berubah. Ia seperti melihat sesuatu di atas Chaeryeong. Dan ya... sebuah papan reklame yang terpasang di atas gedung sepertinya akan terlepas dari tempatnya. Itu membuat Taehyun membulatkan matanya dan panik seketika. Jika papan reklame itu jatuh, pasti Chaeryeong akan tertimpa karena posisi gadis itu persis di bawahnya.

"CHAER AWAS!!!!" Taehyun segera berlari. Sialnya, jaraknya masih terlalu jauh dan cukup mustahil untuk sampai tepat waktu.

Chaeryeong yang melihat Taehyun tiba-tiba berlari, hanya terdiam dan memandangnya kebingungan. Ia tidak tau mengapa Taehyun berlari dengan panik seperti itu.

𝐿𝑜𝓋𝑒 𝐼𝓈 𝐿𝑜𝒷𝑒 √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang