/epilog/

4.5K 365 53
                                    

6 Tahun kemudian...

Lia menggelengkan kepalanya begitu masuk ke dalam kamar dan melihat Soobin masih terlelap di tempat tidur dengan nyamannya. Perlahan ia mendudukan dirinya di tepi tempat tidur. Memerhatikan wajah tenang suami yang sudah menikahinya empat tahun yang lalu itu.

Iseng, Lia menelusuri wajah Soobin dengan menggunakan jari telunjuknya. Jika di perhatikan, semakin hari wajah suami tercintanya itu semakin terlihat tampan dan sangat indah.

Keningnya.

Lekukan di antara matanya.

Hidungnya.

Bibirnya.






"Haup!"

"WAAA!" Lia menjerit seraya menarik telunjuknya yang di gigit oleh Soobin. Setelahnya ia memukul pundak Soobin pelan. "Ngagetin aja deh!"

Soobin menyeringai jahil, di sela ngantuknya. "Lagian nyerang duluan."

Lia menarik napasnya panjang, suaminya ini memang benar-benar jahil. "Ya udah kamu bangun, cepet! Masa kalah sih sama Woobin. Dia aja udah ganteng banget pagi-pagi, masa ayahnya masih bobo aja?"

Mendengar itu, Soobin seketika membuka kedua matanya lebar. Meski masih mengantuk, dengan sangat terpaksa ia bangun dari tidurnya. Merenggangkan lebar kedua tangannya sambil menggeliat manja.

"Woobin udah bangun? Terus kenapa ngga di bawa kesini sih suruh bangunin ayahnya."

Lia menggelengkan kepalanya. "No no, kalau Woobin kesini, bisa-bisa bau asem ayahnya nempel lagi sama dia. Anak kamu kan udah wangi, ganteng, pokoknya udah siap jalan deh..."

Soobin berdecih pelan. Istrinya ini memang suka sekali menggodanya. "Cih, bilang asem tapi kalau tidur maunya di peluk mulu?"

"Kaya sendirinya ngga aja sih? Udah ah, aku keluar dulu, buruan mandi gih!"

Saat Lia hendak beranjak, Soobin segera menahan tangan istrinya kembali. "Kenapa lagi?"

"Woobin sama siapa?" tanya Soobin pada Lia yang kembali duduk di tepi tempat tidur.

"Sama kakek neneknya di bawah."

Sontak Soobin membulatkan matanya terkejut. "Hah, ibu sama ayah udah dateng?!"

Lia mengangguk. "Iya. Dari tadi malah."

Segera Soobin turun dari tempat tidurnya. Berjalan menuju kamar mandi sambil mendumel tidak jelas pada Lia. "Ih kenapa kamu ngga bilang dari tadi sih kalau mereka udah dateng? Nanti aku kena semprot ibu lagi?"

Melihat itu, Lia hanya terkekeh. "Idih, kenapa kamu jadi nyalahin aku sih?"

Tapi, begitu Soobin hampir sampai di depan pintu kamar mandi, ia tiba-tiba berhenti.

"Kenapa?" tanya Lia dari belakangnya.

Soobin lalu kembali berbalik menghampiri Lia. Sementara Lia hanya memandang bingung suaminya itu.

Begitu sampai di depan istrinya itu, Soobin lalu meraih tengkuk Lia dan mengecup singkat bibir merah mudanya.

Mendapat kecupan singkat itu, Lia hanya mengerjapkan matanya terkejut.

"Lupa, morning kissnya belum."

Setelahnya, tanpa mengatakan apa-apa lagi, Soobin kembali berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

^

Mereka pun akhirnya sampai di pesta pernikahan sahabat, keluarga, rekan sekaligus adik mereka yaitu Hueningkai dan Yuna. Soobin datang bersama keluarga besarnya termasuk ayah dan ibunya. Soobin tampak gagah seraya menggendong putra kecilnya yang berusia tiga tahun bernama, Woobin.

𝐿𝑜𝓋𝑒 𝐼𝓈 𝐿𝑜𝒷𝑒 √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang