"aku tidak tau harus bagaimana menghadapi ini. Aku bingung. Semua ini terasa sangat salah. Kecelekaan ini seharusnya tidak terjadi. Semuanya salah." ucap Euna merasa frustasi akibat semuanya.
Euna memegang pangkal hidungnya sembari memejamkan matanya merenungi semua ini. Menurutnya semua ini salah. Kesalahan ini benar benar fatal. Kesalahan ini mampu membuat hidupnya berubah.
Sementara lawan bicaranya hanya menatap bingung pada sahabatnya yang terlihat sangat frustasi. "aku tidak bisa membantu banyak. Ini semua kesalahpahaman. Aku tidak mengerti apa apa. Tapi untuk saat ini aku akan membantumu untuk mempertahankan nama baikmu." ucap Seoyun seraya menggenggam tangan sahabatnya yang tergeletak diatas meja.
Bagi Seoyun, melihat Euna dalam keadaan seperti ini dapat membuatnya sedih. Baginya, masalah yang dihadapi Euna tidak bisa dibilang mudah untuk dilalui. Susah dan bahkan sangat susah. Ia harus menikah dengan seseorang yang tidak ia cintai. Karna sebuah kesalahan.
"Terimakasih Seoyun-ah. Aku juga yakin pada diriku kalau aku dapat melalui ini. Aku harap aku bisa merubah takdirku." ucap Euna seraya terkekeh pelan sembari menyeruput milkshake yang berada dihadapannya.
Euna bukan wanita lemah yang hanya bisa menangis saat menghadapi masalah. Dan ia bertekad ia harus menyelesaikan masalahnya.
***
Suara hentakan sepatu memenuhi ruangan tengah sebuah apartemen yang tergolong mewah. Setelah menemui Seoyun sahabatnya, Euna memutuskan untuk kembali ke apartemennya. Tidak aman jika ia harus keluar dalam kondisi seperti ini.
Euna bukanlah seorang artis yang selalu menyita perhatian kamera. Tapi ia cukup terkenal sebagai pengusaha wanita yang sukses. Ia memiliki butik sendiri yang sudah membuka cabang dimana mana dan bahkan bukan hanya tersebar di korea selatan, tetapi sudah tersebar hingga ke berbagai negara.
Bagi Euna, popularitasnya saat ini merupakan petaka. Terutama saat saat seperti ini.
Setelah ia memasuki apartemen nya, ia beranjak untuk mengambil sekaleng soda di dapur. Ia meletakan ponselnya dan mulai membuka kulkas, mata cantiknya menyapu bersih isi kulkas hingga ia menemukan kaleng soda tersebut.
Saat hendak menutup pintu kulkas, benda pipih yang ada di atas meja mengeluarkan bunyi yang memecah keheningan di kediamannya itu.
Jimin's calling...
"Brengsek! Apalagi yang ia inginkan? Belum cukupkah semua masalah ini?"
Euna memutuskan untuk tidak mengangkat panggilan itu. Jujur ia terlalu malas berbicara dengan pria brengsek itu.
Euna melangkahkan kaki jenjangnya ke arah ruang tengah dengan tangan yang masih memegang kaleng soda. Belum sempat ia mendudukkan dirinya, bel apartemennya berbunyi menandakan ada seseorang di balik pintu.
Akhirnya Euna meletakkan kaleng sodanya dan melangkahkan kakinya malas menuju pintu.
"Ada ap-"
"Kita perlu bicara, jangan mengabaikan panggilanku begitu saja."
Euna hanya memutar bola matanya malas dan melipat tangannya di depan dada menanggapi pria didepannya ini. "aku tidak tertarik, pergilah dari sini brengsek!"
Sementara bukannya pergi, jimin malah menarik sudut bibirnya dan mulai melangkah maju. "Aku serius sayang, kita harus mulai membicarakan acara pernikahan kita."
Euna yang awalnya merasa malas mendadak merasa merinding mendengar Jimin mengatakan kata sayang.
Jimin terus melangkahkan kakinya ke arah Euna sembari tersenyum menggoda. Sukses membuat Euna melangkah mundur dan pada akhirnya menyerah. "Baiklah, kau boleh masuk. Bicara saja apa yang ingin kau bicarakan. Jangan memutar arah pembicaraan." ucap Euna seraya membalik tubuhnya dan melangkah pergi ke arah ruang tengah.
"Tentu saja sayang." ucap jimin seraya memasuki apartemen mewah Euna.
Euna mendudukan dirinya di sofa tengah diikuti dengan jimin di sebelahnya. Tidak persis di sebelahnya, Euna sengaja menjauh kan diri dari pria itu. Ia tidak suka dekat dengan pria seperti itu.
"Kau ingin acara kita bag-"
"Tertutup. Aku ingin sangat tertutup. Hanya boleh ada keluarga, orang kepercayaan, sahabat. Selebihnya tidak. Aku harap ada penjagaan ketat juga untuk itu." ucap Euna memotong perkatan Jimin.
Jimin yang mendengar itu hanya merasa sedikit kecewa. Ia malah sangat ingin ia dan Euna mengadakan pesta pernikahan yang sangat mewah. Bahkan kalau perlu yang paling mewah di korea selatan. Itu sangat mudah bagi Jimin, dan uangnya tidak akan habis karna itu. Paling hanya berkurang sedikit.
"Padahal aku ingin yang sangat mewah dan meriah." ucap jimin sembari menghela nafas panjang.
Euna yang mendengar itupun mulai menatap Jimin dengan tatapan tajam. "Jim, jangan pernah lupa alasan di balik pernikahan ini. Kalau bukan karna sebuah kesalahan yang kau buat saat itu, kita tidak mungkin seperti ini! Bahkan mungkin aku tidak akan mengenalmu dan hidupku akan baik baik saja." ucap Euna cepat sembari menahan rasa sesak di dada.
Entah karna kalimat Euna atau hal lain, Jimin mendadak terdiam. Ia seperti merenungi semua yang terjadi. "Euna begini, aku hanya ingin meminta maaf untuk hal itu. Sungguh, aku hanya pria normal yang saat itu sedang mabuk. Ak han-"
"Cukup Jim. Jangan dilanjutkan. Kau tahu? Itu bahkan bisa melukai harga diriku. Aku tau itu sebuah kecelakaan. Tapi kau tau bukan apa yang terjadi setelah itu? Tubuhku jim! Tubuhku menjadi tontonan para manusia keparat! Dia merekam kecelakaan itu dan mengunggahnya di sebuah situs media jim! Ak-aku seperti tidak mempunyai harga diri lagi Jim!" ucap Euna sembari menggigit bibir bagian dalamnya guna menahan isakan dan air mata yang bisa lolos kapan saja.
Seberapapun angkuh dan tegarnya Euna, ia tetap wanita biasa yang pasti merasa terpukul jika mendapat masalah seperti itu.
"Maafkan aku Euna." ucap jimin memelas.
Euna hanya menghela nafas panjang. "Tidak apa, sekarang bisakah kau pergi? Aku butuh waktu sendirian. Kita bisa membahas rencana pernikahan kita lain kali. Tidak sekarang. " ucap Euna seraya menatap Jimin dengan tatapan memohon.
Jimin yang mengertipun hanya menganggukan kepala dan beranjak pergi meninggalkan Euna dengan segala beban pikirannya.
Setelah kepergian Jimin, Euna menyandarkan dirinya pada sofa. Membiarkan ingatan itu mengusik pikirannya disertai air mata yang mulai mengucur deras dan isak tangis tak tertahankan.
Ya, Euna mengalami itu. Banyak hal yang terjadi saat itu dan Euna tidak mau mengingatnya lagi. Betapa ia di khianati dan dijebak oleh teman lamanya sendiri hanya karna ingin menjatuhkan popularitasnya dan Jimin secara bersamaan.
Begitu banyak yang Euna alami. Ia bahkan sempat mengalami depresi ringan hanya karna itu. Tapi berkat pertolongan sahabatnya ia mampu mengatasi semua itu. Orang tua Euna sudah tiada sejak Euna kecil. Berawal dari ayahnya yang tiada karna sakit, sehingga ibunya menitipkannya pada pamannya dan sejak saat itu ibunya tak pernah kembali menjemputnya.
Euna paham kalau ibunya ingin meninggalkan Euna. Ia dirawat oleh paman dan bibinya dengan penuh kasih sayang hingga akhirnya ia bisa sukses. Dan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarga pamannya.
Bagi Euna ia sudah tak memiliki harga diri lagi setelah kejadian itu. Bagi Euna dirinya sudah hancur. Entah siapa yang patut disalahkan.
Mengapa takdir begitu kejam padanya?
***
Haiiii selamat datang di cerita pertama aku. Rencananya sih ini mau jadi cerita kedua. Tapi apadaya aku lebih pingin publish cerita ini dulu, huhu.
Aku sengaja gak ceritain bagian 'itu' karna aku bener bener gak bisa! Maaf ya, ehehehe.
Udah sampe sini aja untuk bab ini. Sumpah aku nulis ini tuh g ada persiapan samsek, soalnya bener bener karna aku gabut doang dan bucin sama jimin. Maaf ya kalo banyak typo. Typo adalah bumbu dalam tulisan.
Udah itu aja pokoknya gak mau banyak ngomong lagi. Jangan lupa vote, komen dan share cerita ini kalau cerita ini layak di share ya.
Enjoyyy...
-iol💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
Fanfiction"semua ini berawal dari kesalahan. Kesalahan yang seharusnya tidak terjadi. Aku tidak mencintaimu. Aku membencimu brengsek!" Shin Euna "ketahuilah, aku bersyukur kesalahan itu melibatkanku dan dirimu. Karna kesalahan itu aku mengenalmu. Dan, kurasa...