28. Appa?

1.4K 133 24
                                    

Sang surya bersinar sangat cerah. Seakan menarik atensi setiap orang untuk menghabiskan waktu di luar ruangan menikmati cahayanya. Udara yang hangat juga membuat semua orang yang melakukan aktifitas di hari ini merasa sangat bahagia karena cuaca yang sangat baik.

Euna tengah terduduk di ruang tengah dengan tatapan kosong memandang televisi yang menyala di depannya. Suasana hatinya sedang tidak secerah cuaca di luar sana. Bahkan siaran televisi dan celotehan Jiah tidak bisa membuatnya merasa lebih baik.

Semenjak hari dimana ia bertemu dengan Jimin setelah tiga tahun, Euna tidak berani kembali ke tokonya, ia hanya belum siap bertemu dengan Jimin yang mungkin saja akan kembali ke tokonya.

Ia mendengar kabar dari Seoyun bahwa Jimin masih berada di Ilsan dan memperpanjang waktunya di Ilsan. Entahlah apa itu kabar buruk atau kabar baik. Nyatanya hal itu malah membuat Euna semakin lemas dan tidak bersemangat.

Ingatan Euna kembali membawanya ke masa saat ia masih bersama dengan Jimin, Jimin yang lebih banyak tertawa dan menggoda dirinya, tersenyum saat melihat dirinya makan dengan lahap, mendengarkan keluhan Euna sembari memperhatikan Euna dengan tatapan hangatnya, atau memeluk Euna yang kerap kali menangis saat mengalami mimpi buruk atau hal tidak menyenangkan lainnya sembari menenangkannya dengan pelukan hangat dan kata-kata manis.

Tapi, kenangan manis itu tergantikan begitu saja ketika Euna kembali bertemu dengan Jimin. Pria yang paling ia hindari selama tiga tahun terakhir. Bahkan aura kemarahan dan kata-kata menyakitkan itu kembali teringat di kepala Euna. Bermunculan bagaikan rekaman lama yang terus terulang dalam benaknya. Yang mampu menghadirkan rasa sesak setiap kali ia datang.

Jimin berubah, Euna bisa merasakannya. Hanya dengan gerakan Jimin, tatapan matanya dan juga cara berjalannya. Ia seperti tidak menemukan suaminya yang terakhir kali ia ingat. Jimin jauh lebih dingin dan tak tersentuh, kehangatan dirinya seperti hilang begitu saja.

Euna semakin merasa bersalah saat ia tau semua itu karena dirinya. Hatinya semakin sakit saat membayangkan ia mengubah hidup seseorang. Nyatanya, waktu tak selamanya mampu mengubah segalanya.

Lamunan Euna lantas terpecah saat mendengar keluhan Jiah.

"eomma, Jiah lapal sekali." keluh jiah sembari memajukan bibir kecilnya.

Euna sempat terkekeh pelan, melihat jam dinding yang menunjukkan pukul empat sore, yang artinya sudah waktunya Jiah memakan cemilan sore.

"tunggu ya, sayang." ucap Euna lembut sembari mencolek hidung kecil Jiah dan bangkit menuju dapur untuk mengambil biskuit coklat yang ia buat di pagi hari tadi.

Euna dengan cekatan memindahkan beberapa buah biskuit coklat ke atas wadah plastik dan membuat segelas susu putih hangat.

Dengan perlahan Euna meletakkannya di sebelah Jiah, lalu ikut duduk di sebelah Jiah sembari kembali mengikat rambut putrinya agar tidak mengganggunya saat makan.

Euna terus memperhartikan Jiah yang tersenyum senang saat memakan biskuit coklat yang ia buat, mampu membuat Euna tersenyum sesaat sebelum akhirnya ia kembali mengingat masa lalunya.

Wajah Jiah sangat mirip dengan Jimin. Saat Jiah tersenyum atau tertawa, matanya membentuk lengkungan yang sangat cantik. Mampu kembali menyadarkan Euna bahwa ia harus memperkenalkan Jimin dengan putrinya cepat atau lambat. Jiah berhak tahu siapa ayahnya, dan berhak merasakan kasih sayang ayahnya.

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang