8. Sick

1.4K 175 19
                                    

Jimin tidak menemui Euna sejak kemarin.

Euna tidak mampu membohongi dirinya kalau ia takut dan khawatir. Jimin bahkan tidak menemuinya dari kemarin. Euna benar benar semakin merasa bersalah. Ia bahkan sampai menangis karna merasa bersalah dan takut pada kemarahan Jimin.

Euna bukanlah tipe wanita lemah, tapi entah mengapa saat Jimin marah, Euna sampai menangis. Bahkan ia menemukan fakta bahwa liburan mereka dibatalkan secara sepihak oleh Jimin.

Ia mengetahui itu saat melewati kamar mereka dan mendengar suara Jimin yang sedang menelfon seseorang. Jimin memang benar benar tidak main main dengan ucapannya.

Euna bahkan tidak tidur di kamarnya dengan Jimin. Ia memilih tidur di kamar tamu karna tidak ingin menemui Jimin. Bohong kalau Euna tidak berharap Jimin akan datang dan mengajaknya tidur bersama atau sekedar menemuinya.

Tetapi nihil. Jimin tidak menemuinya.

Euna bahkan sudah terbangun sejak satu jam yang lalu. Tapi ia tidak mampu bangkit dari ranjangnya. Ia mendadak merasa pusing dan tubuhnya terasa lemas.

Euna melihat jam yang diletakkan di atas nakas.

06.00 KST.

Euna langsung bangkit dari posisinya dan segera menuju kamar mandi untuk menyegarkan dirinya sebelum turun dan menyiapkan sarapan untuk Jimin. Bagaimanapun juga ia harus tetap menjalankan kewajibannya. Meskipun disertai rasa sakit kepala yang cukup hebat.

Setelah selesai, Euna segera menuju dapur dan mulai menyiapkan sarapan. Ia hanya mampu membuat makanan mudah karna tubuhnya benar benar lemas dan seperti kehilangan tenaga. Ia ingin cepat cepat ke kamarnya dan beristirahat.

Tepat saat ia selesai menata makanannya, ia melihat Jimin yang turun dari tangga dengan kondisi dasi yang menggantung di kemejanya yang tidak begitu rapih.

"sarapanlah dulu." ajak Euna singkat dan tetap berusaha menahan rasa sakit kepala yang menyerangnya.

Jimin hanya melihat Euna sebentar lalu mengalihkan tatapannya pada jam tangannya yang melingkar di pergelangan tangannya.

"tidak ada waktu. Kalau kau mau, kau bisa bungkuskan saja, aku akan makan dikantor nanti saat selesai rapat."

Mendadak Euna merasa ada sesuatu yang menyerang hatinya saat Jimin mengatakan itu. Jimin mengatakannya dengan nada dingin dan langsung menuju ruang tengah untuk memakai sepatunya. Bahkan ia tidak meminta untuk dipakaikan dasi oleh Euna.

Dan lagi, ini masih terlalu pagi untuk terlambat.

Jimin menghindarinya. Euna tau itu.

Tapi benarkah hanya karna pertanyaan singkat itu Jimin menjadi semarah itu?

Euna memilih untuk tidak mengambil pusing dan memasukan sarapan Jimin pada kotak bekal, lalu ia berjalan ke arah ruang tengah menuju Jimin.

Langkah kakinya terhenti saat ia mendengar Jimin sedang menelfon seseorang.

"ya Ha Neul-ssi, aku akan segera kesana. Tunggulah aku lima belas menit lagi."

"..."

"tidak apa-apa, tunggu aku saja. Jangan merasa sungkan padaku."

"..."

"baiklah kalau begitu, aku tutup dulu."

Euna langsung menghampiri Jimin setelah ia mendengar Jimin memutuskan panggilan telfonnya. Ia langsung menyerahkan kotak bekalnya pada Jimin.

"ini, berhati hatilah."

Jimim hanya menjawab dengan gumaman saja, lalu segera pergi meninggalkan Euna. Tak lama setelah Jimin keluar rumah, Euna mendengar suara mesin mobil yang dinyalakan dan suaranya perlahan menghilang.

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang