21. Jim...

1.4K 154 27
                                    

Sudah enam bulan berlalu sejak Euna mengetahui kalau ada makhluk lain yang tengah tertidur di perutnya.

Dan tentu saja, enam bulan bukan waktu yang singkat. Mulai dari berita kehamilannya yang menyebar, mual di pagi hari, keinginan mendadaknya di tengah malam, bahkan sampai perubahan emosinya yang sering terjadi.

Dan dua bulan yang lalu, mereka sepakat untuk mengetahui jenis kelamin anak yang Euna kandung. Dan tidak bisa dijelaskan bagaimana perasaan mereka yang saat mengetahui kalau calon anak mereka berjenis kelamin perempuan.

Jimin bahkan diam-diam meneteskan air matanya, Jimin memang menginginkan anak perempuan sejak awal. Dan Euna tidak bisa berhenti mengusap perutnya, dan terus mengatakan kalau ia akan menjaga anaknya dengan sangat baik.

Semua itu terjadi begitu cepat, tanpa menyadari kalau sebentar lagi sang malaikat kecil itu akan melihat indahnya dunia.

"bagaimana kalau Park Ji Ah? Ji yang berarti kebijaksanaan dan Ah yang berarti keanggunan atau kecantikan."

"mau cari yang lain dulu boleh, tidak?" elak Euna.

Jimin yang mendengar itu hanya menghela nafasnya pelan. Sudah kurang lebih setengah jam mereka membahas tentang nama yang cocok untuk calon anak mereka.

Mungkin memang terkesan terlalu cepat. Tapi, semua ini Euna yang meminta.

"Jim, aku mau ice cream. Boleh, tidak?"

Jimin kembali menghela nafasnya pelan sebelum bangkit dari duduknya dan menuju lemari es untuk mengambilkan ice cream untuk Euna.

Jujur saja, Euna menjadi lebih manja semenjak hamil. Sudah tidak ada Euna yang dingin atau acuh. Yang ada malah Euna yang manja dan selalu ingin berdekatan dengan Jimin. Tetapi Jimin suka dengan itu.

"ini, jangan lupa minum susu dan vitamin sehabis ini."

"baiklah."

Euna melahap ice cream itu sembari menyaksikan televisi. Terkadang ia tidak menyadari kalau ada banyak ice cream di sekitar bibirnya.

Jimin lantas mengambil tisu dan membersihkan sisa ice cream yang ada di bibir Euna.

"huh, rasanya ingin ku bersihkan dengan bibirku langsung saja." ucap Jimin santai sambil terus membersihkan sekitar bibir Euna.

Euna yang mendengar itu langsung merasakan pipinya memanas dan ia lantas mengambil tisu dari tangan Jimin dan mengusap bibirnya sendiri.

Manis sekali.

Jimin yang tengah menyaksikan wajah malu istrinya pun sukses terganggu saat ponselnya berdering.

"tunggu sebentar, sayang." ucap Jimim seraya mengangkat psnggilannya dan berjalan ke ruang kerjanya.

Entah kenapa saat melihat nama si pemanggil, Euna mendadak kehilangan semangat untuk menghabiskan ice cream-nya.

Akhirnya, Euna memberanikan diri untuk berdiri dan menyusul Jimin ke ruang kerjanya. Mendengar secara diam-diam apa yang mereka bicarakan.

Karena memang pintu ruangan Jimin tidak ditutup rapat, Euna jadi semakin bisa mendengar ke dalam dengan baik.

"di restoran di dalam mall? Baiklah besok kita akan kesana. Tolong atur waktunya."

"..."

"terimakasih, Ha Neul-ssi."

Euna segera memutar balik tubuhnya dan berjalan menuju sofa saat mendengar Jimin memutuskan panggilannya. Ia berpura-pura menonton televisi. Padahal sungguh, ia kehilangan semangatnya.

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang