Hari ini cuaca cukup cerah, bahkan udaranya seakan mendukung setiap orang untuk terus menghabiskan waktu di luar rumah. Berjalan menikmati hangatnya cahaya matahari, atau bersantai di taman sembari duduk di atas rumput yang hangat.
Tidak terkecuali Euna dan Jiah. Jiah sedari pagi terus saja membujuk Euna untuk pergi ke taman kota yang tidak jauh dari tempat mereka tinggal. Taman yang memang menyediakan fasilitas bermain bagi anak-anak kecil, di kelilingi rumput luas dan ada beberapa toko camilan juga di sekitar taman itu.
Euna juga memang merasa kasihan dengan Jiah yang cukup jarang menghabiskan waktu dengannya di luar rumah. Alasannya mudah. Euna tidak ingin Jiah bertemu Jimin secepat ini. Euna mendapat kabar dari Seoyun kalau Jimin memperpanjang waktunya di Ilsan.
Tapi, Ilsan itu tidak kecil bukan? Setidaknya tidak sekecil itu sampai Euna dapat bertemu dengan Jimin semudah itu.
"eomma, mau belmain disana, boleh?" tunjuk Jiah sembari menggoyangkan tangannya yang ada dalam genggaman Euna guna menarik perhatian sang ibu.
"tentu boleh, sayang."
Jiah langsung melepas genggaman tangan Euna, ia langsung berlari menuju seluncuran yang ada di depannya. Bahkan sukses membuat Euna khawatir, karena Jiah berlari cukup cepat.
Euna memutuskan mencari kursi taman yang paling pas, agar ia bisa mengawasi Jiah selama bermain.
Ada perasaan hangat di hati Euna saat melihat tawa antusias Jiah. Bahkan jauh lebih hangat dari cahaya matahari pagi itu. Melihat Jiah tumbuh dengan sehat merupakan hadiah terbaik di hidup Euna.
Kadang, disaat seperti ini Euna teringat akan rencana Jimin dulu semasa ia hamil. Iya, Euna masih selalu mengingat hal-hal kecil yang terjadi antara mereka. Sekeras apapun ia berusaha lupa, nyatanya kenangan itu tak pernah bisa hilang.
Dulu Jimin pernah mengatakan kalau ia akan membuat ruangan khusus untuk Jiah agar bisa bermain dengan banyak boneka dan mainan lainnya. Kamarnya pun sudah di pikirkan oleh Jimin agar tidak ada benda-benda tajam atau tumpul yang membuat Jiah terluka saat ia sedang tidur atau menghabiskan waktu sembari membaca buku cerita. Jimin juga berencana mengubah taman belakang mereka menjadi area bermain atau area piknik saat akhir pekan, agar ia bisa menghabiskan waktu bersama keluarga kecilnya.
Seindah itu rencananya. Sesayang itu Jimin pada Euna dan Jiah.
Terkadang saat mengingat itu, Euna semakin merasa bersalah. Mengapa ia langsung pergi saat Jimin mengatakan itu. Andai ia menunggu sebentar lagi, sedikit berharap agar Jimin segera pulang.
Tapi, semuanya percuma. Nyatanya takdir membalikkan keadaan. Sebenarnya, takdir yang sedang mempermainkan mereka, atau mereka yang sedang mempermainkan takdir?
Lamuman Euna langsung berantakan saat mendengar jeritan Jiah yang terjatuh dari seluncuran yang ia naiki.
"Jiah!"
Euna sontak langsung berlari menghampiri Jiah, menggendong Jiah dan membawanya ke kursi taman terdekat.
"mengapa bisa seperti ini? Pasti bermainnya tidak hati-hati, kan?" tanya Euna sembari membersihkan luka di lutut Jiah dengan air minum yang ia bawa dan mulai menutup lukanya menggunakan plester yang selalu ada di dalam tasnya setelah di bersihkan agar tidak ada sisa air.
"maafkan Jiah, eomma. Tapi Jiah tidak menangis. Jiah hebat, kan?"
Euna hanya tersenyum lembut menanggapinya, lantas memeluknya lalu mengecup puncak kepalanya. "jangan diulangi lagi, sayang. Eomma tidak suka Jiah terluka."
Jiah hanya mengangguk sebelum matanya menangkap sesuatu yang sangat menarik baginya.
"astaga! Ada es klim! Eomma, ayo beli." pinta Jiah sembari menarik tangan Euna dan turun dari kursi sembari terus menarik tangan Euna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
Fanfiction"semua ini berawal dari kesalahan. Kesalahan yang seharusnya tidak terjadi. Aku tidak mencintaimu. Aku membencimu brengsek!" Shin Euna "ketahuilah, aku bersyukur kesalahan itu melibatkanku dan dirimu. Karna kesalahan itu aku mengenalmu. Dan, kurasa...