"katakan padaku Seoyun-ssi."
Seoyun sempat meremat jarinya kuat guna menahan gugup.
Seoyun sudah memutuskan untuk mengakhiri kegilaan mereka berdua. Seoyun hanya ingin Euna bahagia, terlebih lagi Jiah. Itulah hal yang menguatkan dirinya untuk mengatakan hal yang sebenarnya.
"maafkan aku Jimin-ssi, tidak sekarang. Aku akan ke Ilsan esok hari. Aku akan menemuimu."
"akan kukrimkan alamatku, aku hanya berharap padamu Seoyun-ssi."
Seoyun akhirnya menutup panggilan itu. Ia sempat menghela nafas pelan, menguatkan dirinya sekaligus meyakinkan dirinya.
"Euna-ya, maafkan aku, tapi aku harus kembali masuk ke dalam kehidupanmu. Untuk menyelamatkan kalian berdua, juga masa depan Jiah."
***
Jimin sungguh merasa tidak tenang setelah mendapat panggilan dari Seoyun yang mengatakan kalau ia tahu dimana Euna berada.
Jujur saja, Jimin tidak bisa berharap lebih pada Seoyun. Ia hanya tidak ingin harapan yang ia bangun dihancurkan begitu saja saat semuanya tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan.
Ada rasa yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata saat Jimin mendengar kalau Seoyun memberinya harapan. Rasa cinta Jimin pada Euna benar-benar mampu membutakan dirinya. Hidup selama tiga tahun tanpa kepastian benar-benar berat bagi Jimin. Dan besok? Ia akan mendapatkan sedikit cahaya, yang ia harap tidak akan redup dan terus menyala.
"aku sudah katakan, aku akan bertemu denganmu Euna-ya. Bahkan sejauh apapun dirimu, kau tidak bisa bersembunyi dari diriku. Tunggu aku, sayang."
***
"Jiah, ayo tidur dengan eomma."
Euna melangkahkan kakinya menuju ruang tengah, menghampiri putri kecilnya yang sedang bermain bersama bonekanya.
"belum mengantuk, eomma. Minnie juga belum menguap." elak Jiah yang masih ingin terus bermain padahal jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam.
Euna lantas duduk di samping putrinya, kembali mengikat rambut Jiah yang semakin panjang agar tidak mengganggu wajah lucunya.
"besok Yun imo datang, tidak ingin membantu eomma menyiapkan makanan?" bujuk Euna dengan sangat lembut.
Jiah memang suka menemani Euna saat memasak. Meskipun hanya sekedar duduk di meja makan sembari bertanya benda apa saja yang Euna pakai, atau memakan rumput laut secara diam-diam.
"eh? Benalkah eomma?"
"tentu saja, maka dari itu Jiah harus bangun lebih pagi dan mandi agar harum saat bertemu dengan Yun imo."
Tanpa berbicara apa-apa, Jiah segera bangkit, membawa bonekanya bersamanya dan melangkah riang menuju kamar.
Jiah memang sangat menyayangi Seoyun. Entahlah, tapi Seoyun dan Jiah sangat dekat. Jiah akan sangat antusias saat mendengar Seoyun akan berkunjung. Ia akan tidur lebih awal agar bisa bangun pagi, atau merapihkan mainannya agar rumah terlihat bersih dan Seoyun akan tersenyum senang lalu memuji dirinya. Memang sedekat itu mereka.
Euna sempat mematikan televisi yang menyala dan menyingkirkan beberapa mainan Jiah ke dalam sebuah kotak yang menyimpan seluruh mainan Jiah, sebelum akhirnya menyusul Jiah masuk ke dalam kamar.
***
Cuaca sepertinya kembali mendukung semua orang untuk beraktifitas di luar rumah. Cuacanya sangat hangat, dengan udara yang cukup segar di tengah keramaian kota.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
Fanfiction"semua ini berawal dari kesalahan. Kesalahan yang seharusnya tidak terjadi. Aku tidak mencintaimu. Aku membencimu brengsek!" Shin Euna "ketahuilah, aku bersyukur kesalahan itu melibatkanku dan dirimu. Karna kesalahan itu aku mengenalmu. Dan, kurasa...