23. Orlando

1.3K 144 18
                                    

"jangan gila, Euna-ssi."

Seoyun tengah menahan amarahnya yang siap ia ledakkan. Ia merepalkan tangannya dengan erat.

"bodoh! Kau orang terbodoh! Untuk apa pergi seperti itu, hah? Kau tidak memikirkan aku? Imo? Samchon? Dan calon anakmu? Mengapa kau begitu bodoh?" maki Seoyun.

Seoyun benar-benar merasa sangat marah. Pagi ini, ia mendapat panggilan dari nomor yang tidak dikenal. Dan berasal dari luar negri. Awalnya Seoyun ragu, tapi entah bagaimana ia mengangkatnya. Dan ia mendengar suara Euna yang meminta bantuan, agar kalau bibi Yu atau keluarganya mencarinya, Seoyun harus mengatakan kalau Euna baik-baik saja.

"kau bodoh—hiks—Euna-ssi. K-kau egois." isak Seoyun.

"Yun-ie, aku hanya bisa meminta bantuan padamu. Tolong aku. Aku akan kembali, tapi tolong katakan pada mereka kalau aku baik-baik saja."

"dimana kau sekarang?"

"ak-aku ti—"

"jawab aku!" bentak Seoyun.

"tolong jangan beritahu siapapun."

"tidak akan."

"Orlando."

"bodoh. Mengapa kau pergi sejauh itu?"

"Yun-ah, aku hanya tidak ingin ada yang mengetahui aku. Tolong mengerti aku."

"kau masih ingin melanjutkan rencanamu untuk berpisah dari Jimin?"

"ya."

"aku tau kau bohong."

"aku tidak pernah bohong."

"aku sudah mengenalmu lama. Kau bohong. Bohongi saja dirimu sendiri."

"Yun-ah, men—"

"kau meminta senua orang mengerti dirimu. Tapi kau tidak pernah berpikir sebaliknya."

"maafkan aku."

"kau tidak memikirkan anakmu? Kau mau merawatnya sendirian? Bagaimana kau bisa tinggal sendiri? Sekuat itukah dirimu? Tidak ada gunanya berbicara denganmu."

"Yun-ah..."

"beritahu aku keadaanmu selalu, aku akan menjagamu walau dari jauh. Dan jangan larang aku, kalau suatu saat aku mengunjungimu."

"tentu, terimakasih."

***

Euna duduk di atas karpet sembari terisak pelan. Ia akui ia bodoh. Tapi, Euna tidak bisa memikirkan hal lain. Tidak mungkin ia kembali begitu saja. Egonya telah menghancurkan dirinya.

"eomma akan menjaga baby, baby tau? Tabungan eomma lebih dari cukup untuk hidup kita. Meskipun eomma akan mengganti identitas eomma, dan eomma bukan pemilik butik terkenal lagi, eomma yakin kita bisa bertahan hidup." lirih Euna sembari mengusap perutnya lembut.

***

"kalian bodoh! Mengapa mencari istriku saja tidak bisa! Keluar kalian dari sini, dan jangan kembali sebelum menemukan istriku dan anakku!"

Jimin membanting semua benda yang ada di meja kantornya.

Semenjak Euna menghilang, Jimin benar-benar mengerahkan semua orang-orangnya untuk mencari informasi mengenai Euna. Jimin bahkan tidak hanya mencari di Korea, tetapi di negara-negara yang pernah Euna datangi.

Sudah seminggu Euna menghilang, dan selama seminggu itu juga Jimin bahkan tidak bisa hidup dengan tenang. Ia hampir kehilangan kewarasannya hanya karna ini.

Seluruh keluarga sudah mengetahui kehilangan Euna. Bahkan sampai Ha Neul dan Jungkook. Dan tentu saja. Paman Shin bahkan menghajar Jimin karena hal itu. Jimin hanya pasrah, bahkan beberapa tinjuan dari sang paman pun tidak bisa menganggantikan rasa sakit dari perkataan Jimin pada Euna.

Seandainya ia mau bersabar, seandainya ia mau membujuk Euna dengan cara yang lebih baik, seandainya ia tidak menghilangkan ponselnya, seandainya ia lebih mengerti Euna, maka mungkin semua tidak akan serumit ini. Semua itu hanya seandainya. Kenyataanya, semuanya sudah terjadi.

Jimin tidak hanya kehilangan satu orang, tapi juga kedua orang sekaligus. Sebagian hidupnya, bahkan mungkin seluruh hidupnya.

Saat ini, keduanya hanya diliputi rasa menyesal, yang mungkin tidak akan hilang hingga waktunya.

***

Sudah hampir seminggu sejak Seoyun menerima kabar dari Euna kalau ia sudah pergi. Dan sejak itu mereka memang bertukar informasi.

Seoyun mengerti apa yang Euna rasakan, meskipun ia tidak bisa membenarkan Euna, tapi mungkin memang ini keputusannya. Seoyun tidak berhak mengganggu kehidupan mereka lagi.

Euna mengatakan kalau ia sudah mengganti identitasnya. Mengganti namanya serta hal lainnya. Seoyun sendiri cukup penasaran cara Euna melakukan itu, tapi ia memilih melupakan itu.

"Eun-ie, jujur saja. Saat aku pergi ke kantor Jimin, Jimin seperti bukan Jimin yang terakhir kali bertemu denganku. Ia benar sangat dingin dengan siapapun. Ia sepertinya benar-benar kehilangan."

"seiring berjalannya waktu, aku yakin ia bisa melupakanku. Aku bukanlah seseorang yang harus diingat Yun-ie."

"tapi—"

"sudahlah jangan di pikirkan."

Seoyun hanya menghela nafas pelan. Ia tau, Euna tengah berusaha melupakan Jimin. Tapi Seoyun yakin, sekeras apapun mereka berdua berusaha melupakan, itu tidak akan berhasil. Karena memang mereka tidak bisa membohongi perasaan mereka sendiri.

Mereka mungkin hanya tinggal menunggu, seberapa jauh takdir mempermainkan mereka?

***

Maaf kalo pendek ya, huhu :(
Tapi aku bakalan up secepatnya kok.

Aku kembali lupa kalau harusnya dua hari yang lalu up~ akibat kelamaan rebahan, hehe.

Kalian semuanya gimana? Sehat semua kan? Semangat ya quarantinenya💜

Kalian semuanya gimana? Sehat semua kan? Semangat ya quarantinenya💜

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tuh, dapet lope lope penyemangat dari Jimin. Dari iol juga nih💜💜💜

Jangan lupa vote, komen dan share cerita ini kalau menurut kalian cerita ini layak di share.

Stay safe everyone💜

Typo adalah bumbu dalam tulisan.

Enjoyyy...









DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang