Euna bahkan kembali tidak menyangka kalau ia bisa mengalami hal seperti ini dalam hidupnya. Memiliki keluarga kecil yang bahagia, melihat anak dan suaminya berlari di dalam rumah sembari tertawa senang. Benar-benar hal yang tidak pernah sekalipun dibayangkan oleh Euna.
Saat pertama kalinya menginjakkan kaki di dalam rumahnya setelah tiga tahun, Euna kembali membayangkan kenangan-kenangan indahnya bersama Jimin di setiap sudut rumah. Semua berputar bagaikan memory yang indah.
Euna yang dulu kembali malam hingga dimarahi Jimin, dirinya yang tidak suka saat Jimin tidur dipahanya, Jimin yang tertidur di sofa karena seringkali kelelahan, dirinya yang memakan camilan sembari digoda oleh Jimin, atau bahkan dirinya yang kesal saat mengetahui camilan kesukaannya tidak ada di tempatnya. Benar-benar kenangan yang indah.
Bahkan Euna sangat terkejut saat melihat kamar mereka. Tidak ada yang berubah. Jimin bahkan menjaga semuanya tetap bersih, sampai surat yang ia tinggalkan tiga tahun lalu masih dalam kondisi baik dan diletakan di atas nakas.
Euna kembali terkejut saat Jimin membuka suatu ruangan yang dulu sempat akan dijadikan kamar Jiah saat Jiah sudah berani tidur sendiri.
Sebuah ruangan dengan wallpaper pink lembut yang memiliki kotif dandelion putih, ranjang kecil berwarna pink lembut dengan seprai yang berwarna putih, boneka beruang putih yang sangat besar disudut ruangan, bangku lembut yang berada di dekat rak buku kecil yang berisikan buku cerita dan beberapa mainan lainnya, rak tempat Jimin meletakkan beberapa mainan, karpet lembut di seluruh ruangan, meja bundar yang terletak di tengah ruangan, lemari pakaian berwarna putih lembut dan banyak sekali detail menarik yang Jimin susun sedemikian rupa.
Bahkan Jimin menjelaskan kalau ia memilih semua perabotan yang memiliki sudut tumpul agar tidak membuat Jiah terluka saat bermain. Juga lampu tidur yang jika dinyalakan mampu merefleksikan gambar boneka beruang yang amat lucu, juga stiker bintang yang menyala di dalam kegelapan di bagian atap ruangannya.
Euna bahkan tidak mampu berkata-kata. Jimin tetap menyiapkan kamar Jiah, meskipun mungkin saat itu ia tidak mengetahui kabar Jiah dan dirinya sama sekali.
"aku selalu yakin kalian akan kutemukan, maka dari itu aku sudah menyiapkan kamar untuk Jiah. Saat aku putus asa, aku akan selalu datang kesini, sekedar membayangkan putriku yang sedang bermain bersama boneka beruangnya, atau membaca cerita sembari tertawa manis. Itu yang selalu memberiku semangat ditengah keputusasaan diriku." ucap Jimin saat bercerita dengan Euna.
Tentu saja, respon Jiah sangat amat senang. Ia bahkan langsung memeluk boneka beruang yang sangat besar dan memperkenalkannya pada minnie yang senantiasa ia bawa.
Euna benar-benar tidak bisa membayangkan hal ini akan terjadi.
"appa tidak seperti itu, nanti bisa hangus jika tidak diaduk." protes Jiah saat melihat Jimin tidak mengaduk masakan yang ia buat, meskipun mereka hanya memasak udara menggunakan mainan yang dibelikan jimin.
Euna hanya tersenyum melihat tawa bahagia Jiah saat Jimin menggelitikinya.
Bahkan baru satu minggu mereka pindah, Euna sudah dibuat pusing oleh kejahilan keduanya saat sedang bermain. Seperti berlarian mengelilingi penjuru rumah, bermain lempar bantal sofa, bermain kuda mengitari Euna yang tengah duduk di sofa, dan juga mengejutkan Euna yang tengah duduk di ruang tengah sembari menonton televisi bersama camilannya.
Tak jarang juga Jiah membujuk Euna menuju taman belakang rumahnya yang sudah Jimin sulap sebagai area piknik dan juga meletakkan ayunan, seluncuran, dan bahkan tempat untuk bermain pasir. Iya, sampai seperti itu Jimin ingin membuat Jiah nyaman. Sesayang itu ia pada Jiah.
"besok kita ke rumah halmeoni ya, sayang?" ucap Euna sembari meletakkan puding coklat buatannya di antara Jimin dan Jiah yang masih asik memasak menggunakan mainan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
Fanfiction"semua ini berawal dari kesalahan. Kesalahan yang seharusnya tidak terjadi. Aku tidak mencintaimu. Aku membencimu brengsek!" Shin Euna "ketahuilah, aku bersyukur kesalahan itu melibatkanku dan dirimu. Karna kesalahan itu aku mengenalmu. Dan, kurasa...