Hari ini cukup cerah. Euna memutuskan untuk bertemu dengan Jimin di sebuah cafe tertutup. Ia berencana membahas pernikahannya dengan Jimin.
Jujur saja, Euna merasa tertekan saat ini. Tapi tak ada yang bisa dilakukan lagi selain menikah untuk mempertahankan nama baik dan kepopularitasan keduanya.
Sebetulnya Euna tidak menyukai Jimin dan bahkan membencinya. Euna tau itu bukan kesalahan Jimin, tapi entah mengapa saat melihat pria itu justru Euna merasa emosi.
"maaf aku terlambat, ada beberapa hal yang harus aku urus terlebih dahulu." ucap jimin sembari melepaskan mantelnya dan meletakannya pada sandaran bangku.
"tidak ada yang bertanya mengapa kau terlambat. Aku hanya ingin membicarakan hal yang kemarin tidak sempat kita bicarakan." ucap Euna sembari menyeruput milkshake yang ada di depannya.
"Baiklah. Kau ingin itu dilakukan secepatnya dan sangat tertutup bukan?" tanya Jimin memastikan.
Euna hanya mengangguk sebagai balasan.
"Baiklah, kita bisa mempercepat waktunya. Kita bisa menikah minggu depan di sebuah tempat yang aku pesan khusus dan sangat privacy. Tidak usah khawatir akan keamanannya. Aku sudah merencanakannya khusus. Untuk gaun pengantin, cincin, pendeta dan hal lainnya sudah ku urus juga. Semuanya akan siap dengan cepat minggu depan. Undangan sudah mulai kusebar ke keluarga kita. Jika ingin memberikannya pada temanmu atau siapapun yang menurutmu perlu kau bisa mengirimnya saja secara online untuk mempersingkat waktu. Atau jika ingin memberikannya secara langsung juga tak apa. Aku akan mencetak banyak undangan kita. Semuanya sudah siap." ucap Jimin sembari meminum minuman yang sempat Euna pesankan.
Euna hanya mengangguk dan sedikit terkejut. Jimin sudah merencanakan semuanya? Sebegitukah khawatirnya Jimin akan nama baiknya? Euna terkesan.
"Baiklah dan terimakasih." ucap Euna sembari menatap Jimin.
Sementara yang ditatap hanya menarik senyum tipis. "aku pikir kita juga bisa melakukan malam pertama kita sayang. Aku sangat tidak sabar." ucap jimin sembari memberikan senyum menggoda kepada Euna.
Sementara Euna hanya menatapnya Jimin tajam dibalas dengan tawa Jimin yang mengudara.
"Brengsek kau jim!"
***
Berbicara dengan jimin benar benar membuatnya lelah. Euna melangkahkan kaki indahnya ke arah kamar tidurnya.
Membicarakan hal tentang pernikahan mereka sangat melelahkan. Euna sendiri tidak tau apakah ini benar atau tidak, yang ia tahu hanyalah menyelamatkan harga dirinya.
Ia merebahkan tubuh lelahnya di atas kasur empuk miliknya yang seakan sudah memanggilnya saat ia baru membuka pintu kamarnya.
Tak lama kemuduan, suara ponsel yang ada di tangan Euna memecah keheningan kamar itu.
Imo Yu's calling...
Tanpa berpikir panjang Euna langsung mendudukkan dirinya dan menjawab panggilan itu dengan serius.
"ya imo? Ada apa menelfonku?"
"memangnya imo tidak boleh menelfonmu?"
Euna sempar terkekeh sebelum menjawab pertanyaan bibinya.
"tidak, hanya aneh saja. Lagipula aku rindu.
"kalau rindu, menginaplah di rumah imo. Imo sangat rindu juga. Ada yang mau imo bicarakan denganmu."
"baiklah aku akan bersiap sekarang. Aku akan menginap di rumah imo hari ini."
"benarkah? Kau mau? Baiklah imo akan menunggumu. Imo sangat rindu padamu sayang. Imo menunggumu. Cepatlah kemari."
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
Fanfic"semua ini berawal dari kesalahan. Kesalahan yang seharusnya tidak terjadi. Aku tidak mencintaimu. Aku membencimu brengsek!" Shin Euna "ketahuilah, aku bersyukur kesalahan itu melibatkanku dan dirimu. Karna kesalahan itu aku mengenalmu. Dan, kurasa...