"sayang aku mau juga." ucap Jimin manja sembari menyenggol lengan Euna. Euna hanya memberikan cemilannya kepada Jimin tanpa melepas tatapannya dari televisi.
Euna sudah berusaha untuk mengusir Jimin. Euna bahkan sampai berpindah sofa hanya untuk menghindari kepala Jimin yang ingin diletakkan di pahanya. Tetapi tetap saja itu sulit. Jimin akan terus mengikuti Euna. Bahkan sekarang Jimin tengah menyandarkan kepalanya pada bahu sempit sang istri. Ia bilang ia terlalu lelah karna bekerja seharian ini.
"sayang, bukankah kita harus membahas tempat bulan madu terbaik?" tanya Jimin santai sembari memakan cemilan yang disodorkan Euna.
"tidak." jawab Euna tanpa menatap Jimin. Euna benar benar malas jika membahas hal yang berhubungan dengan pernikahan mereka. Mood-nya dapat memburuk seketika.
"Yu imo memintaku untuk membahasnya bersamamu. Ia bilang tidak boleh terlalu lama menunggu. Lagipula aku tidak sadar kalau pernikahan kita sudah seminggu." ucap Jimin yang tiba tiba serius sambil memindahkan kepalanya dan meletakkannya pada paha sang istri.
Euna hanya memutar kedua bola matanya malas. Ia tidak bisa mengelak jika Jimin sudah membawa nama bibinya. "aku akan bicara pada imo nanti."
Jimin menghela nafas panjang. "aku tau kau sangat membenciku dan aku mengerti itu. Aku berusaha menerimamu sebagai istriku. Aku harap kau juga berusaha menerimaku sebagai suamimu Euna-ya. Aku tidak suka perceraian dalam kehidupanku."
Euna langsung memofkuskan atensinya kepada Jimin. Tatapan mata Euna sukses menajam ketika beradu dengan Jimin. "jangan melewati batasmu brengsek! Aku juga sudah menyelamatkan nama baikmu. Kau masih tidak menghargai itu?! Kau tidak bisa mengerti aku. Tidak ada yang bisa mengerti aku selain keluarga dekatku sendiri. Aku sangat sulit menerimamu dalam hidupku. Ketahuilah tuan Park, saat ini aku sedang berusaha keras menerimamu. Tolong hargai aku" tutup Euna sebelum bangkit dari posisi duduknya dan berlari ke arah kamar. Euna terus menahan isak tangisnya selama ia berlari menuju kamar.
Sesampainya ia di kamarnya, Euna langsung menutup pintu dan memasrahkan tubuhnya untuk bersandar di balik pintu. Ia melepaskan apa yang sejak tadi berusaha ia tahan. Ia menyembunyikan wajahnya dibalik tangannya untuk meredam isak tangisnya. Sambil perlahan tubuhnya jatuh dalam kondisi terduduk.
Euna benar benar merasa bingung saat ini. Euna tidak tau ia harus apa. Ia mendadak merasa takut.
Setelah tangisnya mulai mereda, ia memutuskan untuk bangkit dari posisi duduknya dan berjalan gontai ke arah ranjang. Ia berharap dengan mengistirahatkan tubuhnya, beban pikirannya dapat hilang.
Tanpa Euna ketahui, Jimin sebenarnya sudah berdiri di balik pintu dan mendengar semua isak tangis Euna. Mendengar semua itu Jimin langsung terpaku dan menyesali perkataannya.
'selembut itukah ia sampai mudah menangis? Sesensitif itu dia? Atau aku yang terlalu kasar? Maafkan aku Euna-ya. Aku tidak mengenalmu sama sekali. Aku akan berusaha membuatmu bahagia bersamaku. Aku tidak akan mengingkari janjiku dengan Yu imo.'
***
Sinar matahari pagi melesak masuk menembus tirai tipis di ruangan itu. Sukses membangunkan Euna akibat sinar matahari pagi yang menyapa kelopak matanya. Euna sempat mengerjapkan matanya perlahan, menyesuaikan cahaya yang menembus kelopak matanya dan mengumpulkan kesadarannya.
Euna tidak langsung bangun setelah itu. Ia masih diam karna sebuah tangan yang memeluk pinggangnya dengan erat dan wajah seseorang yang berada di belakang lehernya. Euna masih diam ketika menyadari kalau Jimin memeluknya saat tidur. Jimin memang selalu memeluk Euna, tapi ia tidak pernah memeluk Euna seerat ini dan menyembunyikan wajahnya di belakang lehernya.
Lama kelamaan ia merasa panas dan basah saat wajah Jimin menempel di kulitnya dan saat tangan Jimin yang menyentuh tangannya. Secara reflek, Euna membalik badannya dan melihat wajah Jimin yang sudah berkeringat lalu menempelkan telapak tangannya pada kening sang suami.
'Astaga! Jimin demam'
Euna langsung dengan sigap meraih remote AC dan mematikkan AC nya sembari menaikkan selimut Jimin sampai ke lehernya.
"eunghh.." rengek Jimin saat Euna berusaha melepaskan diri dari pelukannya.
"ssttt. Diamlah, kau demam. Jangan banyak bergerak. Aku akan membuatkannmu sarapan dan mengambil obat. Istirahatlah dulu." ucap Euna lembut sambil mengusap keringat di wajah Jimin menggunakan telapak tangannya.
Euna segera berlari kecil ke arah dapur untuk membuatkan bubur hangat bagi Jimin. Tak bisa disembunyikan, Euna merasa sangat khawatir saat ini. Ia sempat meminta tolong beberapa maid untuk membantunya menyiapkan sarapan agar cepat siap.
Meskipun Euna tidak suka dan bahkan membenci Jimin, ia tetap saja istri dari Park Jimin. Yang berarti ia harus mengurus Jimin juga. Euna berusaha menahan rasa paniknya saat membuat bubur tersebut, sampai maid yang membantunya berusaha menenangkan Euna juga. Ia bilang Jimin memang sering demam jika memiliki banyak pikiran atau saat banyak pekerjaan, sehingga ia tidur pada dini hari dan sering bangun dalam kondisi demam. Jimin ternyata memiliki daya tahan tubuh yang cukup rendah.
Setelah semua siap, Euna segera membawa sarapan dan obat itu ke kamar Jimin. Tak lupa ia berterimakasih pada maid yang membantunya tadi. Euna melangkahkan kakinya menuju kamarnya dengan tergesa gesa.
Setelah sampai, Euna segera membuka pintu kamar secara perlahan agar tidak mengejutkan Jimin dan segera berjalan ke arah sebelah ranjang. Ia melihat Jimin yang masih tertidur meskipun kelihatan tidak nyaman.
Euna segera menyibak selimut Jimin dan membangunkan sang empu secara perlahan. Euna lalu membantu Jimin bersandar pada ranjangnya sebelum meletakkan makanannya pada paha Jimin.
"makanlah, setelah itu minumlah obatnya." ucap Euna disertai anggukan patuh Jimin.
Jimin mulai menyendok makanannya dengan susah payah akibat tangannya yang terlalu lemas. Melihat Jimin yang kesusahan, Euna langsung mengambil sendok dalam genggaman Jimin dan mulai menyuapi pria itu secara perlahan. "bilang saja jika tidak kuat makan sendiri. Jangan dipaksakan."
Euna menyuapi Jimin hingga makanannya habis dan menyuruh Jimin untuk meminum obatnya. Setelah selesai, Euna membantu Jimin untuk berbaring lagi. Euna lalu menaikkan selimut sampai ke leher Jimin.
Jimin masih belum merasa nyaman dalam tidurnya, mungkin akibat sendinya yang terasa sakit. Melihat hal itu spontan membuat Euna mengarahkan tangannya pada surai hitam Jimin yang sedikit berkeringat dan mengusapnya lembut sampai ke pipi. Jimin yang terkejut pun perlahan membuka matanya dan menatap Euna.
Yang Jimin lihat adalah wajah sempurna Euna dan tatapan khawatir yang ditujukan padanya.
Perlahan Jimin menarik sudut bibirnya tipis sambil menatap Euna yang setia mengusap wajahnya untuk memberikan rasa nyaman padanya. Lalu Jimin menutup matanya, menikmati setiap sentuhan hangat sang istri melalui usapan lembutnya.
"aku tau kau wanita yang sangat lembut Euna-ya. Terimakasih telah merawatku hari ini. Kurasa aku mulai mencintaimu. Bukan hanya menyayangimu lagi. Tetapi mencintaimu. Sangat."
***
Jeng jeng. Gak tau ah nulis apa ini, wkwkwk. Lagi mau liat momen manisnya mereka aja, hehehehe.
Omaygattt.. jimin dh mulai cinta sama Euna. Eunanya kapan? :(
Cute banget liat mereka tuh, aura bangsad Jimin aja ilang. Nnti deh aku balikin kebangsadan Jiminnya.
Typo adalah bumbu dalam tulisan.
Yaudh deh, jangan lupa vote, komen dan share cerita ini kalo menurut kalian cerita ini layak di share ya.
Enjoyyy...
-iol💜
![](https://img.wattpad.com/cover/208155529-288-k136151.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
Fanfiction"semua ini berawal dari kesalahan. Kesalahan yang seharusnya tidak terjadi. Aku tidak mencintaimu. Aku membencimu brengsek!" Shin Euna "ketahuilah, aku bersyukur kesalahan itu melibatkanku dan dirimu. Karna kesalahan itu aku mengenalmu. Dan, kurasa...