6. Sincere Man?

1.5K 165 30
                                    

Euna sampai di rumah pada pukul sembilan malam. Dan tentu saja, mobil Jimin sudah terparkir di halaman rumah mereka.

Euna tidak berniat pulang melebihi jam makan malam. Tetapi Jungkook mengajaknya berjalan jalan singkat sampai sore hari, dan akhirnya Euna harus menyelesaikan banyak dokumen saat sampai di butiknya dan baru kembali ke rumah pukul sembilan malam.

Euna melangkahkan kaki jenjangnya melewati halaman rumah kemudian menginjakkan kakinya pada teras rumahnya. Euna langsung membuka pinfu rumahnya dan berniat segera ke kamarnya untuk membersihkan diri.

Tetapi langkah Euna berhenti saat melewati ruang tengah. Ia melihat Jimin yang sedang duduk di sofa dan menatap dingin ke arahnya.

Pada awalnya Euma tidak memperdulikan hal itu. Tetapi, Jimin belum pernah menatapnya dengan tatapan sedingin itu. Bahkan dari tatapan Jimin saja, Euna sudah mulai merasa terintimidasi. Aura seorang Park Jimin memang terlalu kuat.

"dari mana saja? Mengapa harus pulang selarut ini?" tanya Jimin seraya bangkit dari sofa dan melangkahkan kakinya ke arah Euna tanpa mengalihkan tatapan matanya dari Euna.

Euna yang gugup pun melangkah mundur secara spontan. "a-aku habis d-dari butik tadi. B-banyak yang harus ku kerjakan." gugup Euna.

Sontak Euna menundukkan kepalanya. Ia hanya meremas ujung bajunya kuat. Ia tidak sanggup melihat ke arah Jimin.

"dari butik ya? Mengapa pulang selama ini? Sebanyak itukah pekerjaanmu?" tanya Jimin lalu berhenti tepat di hadapan Euna.

"maafkan aku. Lagipula itu tidak merugikanmu kan? Biarkan aku mengatur hidupku sendiri." ucap Euna berusaha angkuh sembari menahan rasa takutnya.

Jimin pun hanya menghela nafas panjang lalu meletakkan kedua tangannya pada pundak Euna.

Euna pun pada akhirnya mulai mengangkat kepalanya dan menatap Jimin. Tatapan mata Jimin sudah tidak sedingin dan setajam tadi, tatapan matanya sudah berubah teduh seperti biasanya. Tatapan mata Jimin memang selalu bisa membuat siapapun yang menatapnya menjadi tenang.

"aku tau, aku tau kau tadi sempat keluar dengan seorang pria untuk makan disebuah kedai tteobokki. Euna-ya, aku tau pernikahan ini hanya sebuah formalitas belaka. Aku tau aku tidak memiliki hak apapun dalam mengatur hidupmu. Tapi izinkanlah aku sebagai suamimu untuk memastikan keselamatanmu. Sekarang bersihkan dirimu dan beristirahatlah." ucap Jimin sembari tersenyum manis. Jimin lalu mengecup pipi Euna dan mulai melangkah pergi.

Euna masih mematung di posisi ia berdiri setelah ia mendengar semua yang dikatakan Jimin. Jimin tau ia pergi bersama Jungkook? Bagaimana ia bisa tahu? Ah, bukan itu yang lebih Euna pikirkan.

Euna memikirkan apa yang dikatakan Jimin setelahnya. Selembut itukah Jimin? Mengapa ia tidak marah dan menghukum Euna saat ia pergi bersama pria lain tanpa sepengetahuan Jimin? Jimin itu bodoh atau terlalu baik? Atau Jimin memperingati Euna agar tidak pergi bersama pria lain karna dapat berpotensi merusak nama baik Jimin dan membuat publik tahu kalau pernikahan mereka hanya sebuah formalitas?

Banyak sekali pertanyaan yang ada dalam diri Euna. Tetapi ada sesuatu yang membuat Euna merasa sedikit sedih.

"mengapa aku terlihat seperti orang yang paling jahat karna telah membuat Jimin khawatir? Tapi apakah Jimin memang tulus mengkhawatirkan aku? Atau hanya pura pura? Dan lagi, sebenarnya Jimin bertemu Ha neul untuk apa?"

***

"Euna-ya, aku harap kau bisa datang ke kantorku pada saat jam makan siang. Eomma akan mampir sebentar ke kantor, dan aku harap kau bisa datang juga untuk bertemunya. Eomma sangat merindukanmu." ujar Jimin sembari menatap Euna yang sedang memakaikan dasi pada Jimin.

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang