"kau memasak apa siang ini?"
Jimin langsung menyelipkan kedua tangannya pada pinggang Euna lalu meletakkan kepalanya di atas bahu sempit istrinya.
"sup rumput laut, bulgogi dan bibimbap. Udara di luar cukup dingin hari ini."
Euna langsung melepaskan tangan Jimin yang melingkar indah di pinggangnya, ia lalu berjalan ke arah meja untuk menyiapkan semuanya.
"duduklah dan makan." ucap Euna singkat lalu mengambilkan makanan Jimin.
"terimakasih, sayang." ucap Jimin seraya mencium kening Euna lalu duduk di sebelah Euna.
Tidak ada yang memulai percakapan, mereka sibuk dengan makanan masing-masing. Jimin saja tidak bisa berkomentar, ia terhanyut oleh rasa masakan Euna yang sangat luar biasa menurutnya.
Setelah selesai makan siang, Jimin sempat membantu Euna merapihkan meja, sebelum akhirnya mereka memasrahkan kedua tubuh mereka di atas sofa sebari menonton televisi yang menampilkan acara siang. Bagi Jimin, hari libur adalah hari dimana ia bisa menghabiskan banyak waktunya dengan Euna. Dan ia tidak ingin menyia-nyiakan hari liburnya untuk bekerja.
Tiba-tiba ponsel Jimin berdering, menampilkan sebuah nama yang ia tunggu sedari kemarin. Euna hanya melirik sekilas Jimin yang bangkit dari posisinya sebelum atensinya kembali kepada televisi yang ada di depannya.
"yeoboseyo?"
"ah, maaf baru mengabarimu, Jimin-ssi. Maaf tidak bisa berbicara terlalu panjang, waktuku terbatas. Waktu kosongku hanya besok di jam makan siang, bagaimana?"
"baiklah, bagaimana kalau temui aku di kantorku? Kebetulan saat itu aku selesai rapat. Jika tidak ingin, aku bisa datang ke tempatmu saja."
"ah, tidak-tidak, merepotkan. Aku saja yng kesana, searah dengan rumah pasienku, sehabis dari rumahnya, aku akan mampir ke kantormu, bagaimana?"
"baiklah, aku menunggumu. Kalau begitu, terimakasih, Yunhee-ssi."
"ah, sama-sama, tidak usah sungkan, kau juga berhak tau tentang kondisi istrimu. Kalau begitu aku tutup dulu, sampai bertemu nanti, Jimin-ssi."
Jimin langsung mematikan sambungan telfonnya dan kembali duduk di sebelah Euna, lalu membaringkan tubuhnya berbantalkan paha Euna.
Jimin yang tidak menerima protes dari Euna pun menoleh menatap Euna. "lho? Tidak marah?" tanya Jimin.
"untuk?" tanya Euna kembali tanpa mengalihkan tatapannya dari televisi.
"aku tidur di atas pahamu." ucap Jimin santai sembari menyamankan dirinya pada posisinya.
"tidak." balas Euna singkat.
"kenapa?"
Euna lalu memutar bola matanya jengah sebelum menjawab pertanyaan Jimin. "memangnya kau akan pergi setelah aku mengusirmu? Tidak, 'kan? Jadi untuk apa aku mengusirmu? Membuang tenaga saja."
Jimin lantas terkekeh mendengar ucapan Euna. Tidak ada yang salah memang dengan apa yang dikatakan Euna. Jimin lalu menyamankan kembali posisinya dan meletakkan tangan Euna yang tidak melakukan apapun di atas rambutnya.
Euna hanya diam saja dan tetap memfokuskan dirinya pada televisi. Entah karena tidak sengaja atau sengaja, Euna memainkan rambut Jimin, lalu menariknya hingga sang empu berteriak terkejut.
"ah! Apa yang kau lakukan?" tanya Jimin kesal sembari memegang rambut yang ditarik Euna penuh afeksi.
"eh? Maaf, aku tidak sengaja. Tanganku jahil, tidak ada camilan soalnya." ucap Euna memelas tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
Fanfiction"semua ini berawal dari kesalahan. Kesalahan yang seharusnya tidak terjadi. Aku tidak mencintaimu. Aku membencimu brengsek!" Shin Euna "ketahuilah, aku bersyukur kesalahan itu melibatkanku dan dirimu. Karna kesalahan itu aku mengenalmu. Dan, kurasa...