"rasanya tidak enak, ya?"
Euna hanya menggerakan kepalanya ke kanan dan ke kiri secara perlahan saat menanggapi pertanyaan Jimin.
Saat ini Jimin tengah menyuapi Euna bubur. Awalnya Euna ingin mencoba sendiri, tetapi ia terlalu lemas. Jadi, Jimin membantunya untuk makan, sama seperti Euna dulu membantu Jimin.
"mau bagaimana lagi? Bubur rumah sakit itu memang terkenal tidak enak, hambar." ucap Jimin dramatis.
Euna hanya diam saja dan menerima satu suapan lagi dari Jimin.
"mau aku cium, tidak? Mungkin buburnya akan menjadi rasa bibirku. Setidaknya tidak akan terlalu hambar, bukan?" goda Jimin sembari mengedipkan sebelah matanya pada Euna.
Euna yang menerima godaan itupun hanya membalas Jimin dengan tatapan tajamnya disusul oleh gelak tawa Jimin.
"baiklah baiklah."
Akhirnya Euna menghabiskan makannya. Jimin membantu Euna untuk minum dan beristirahat. "istirahatlah, supaya cepat sembuh dan pulang ke rumah. Aku rindu masakanmu."
Euna hanya menatap Jimin dalam diam. Euna merasa Jimin mengatakan hal itu dengan tulus. Lagian juga, siapa yang mau bertahan di rumah sakit lebih lama? Tidak ada bukan?
"Jim, aku ingin pulang." ucap Euna memohon.
Jimin hanya memandangi Euna sebelum akhirnya menghela nafas pelan. "tujuh kali, kau sudah mengatakan itu tujuh kali. Dan, jawabanku masih tetap sama. Tidak boleh kalau belum sembuh."
Euna hanya mengerucutkan bibirnya. Ia lalu membalik badannya dan tidur memunggungi Jimin. Ia sedikit kesal dengan Jimin karna hal itu.
"sayang, jangan marah begitu. Nanti lama sembuhnya, loh."
Euna kembali merinding saat Jimin menyebutkan kata sayang. Aneh sekali, padahal sudah sering sekali Jimin mengatakan itu. Menyebalkan.
Bukan Jimin jika ia menyerah saat mendapat penolakan Euna. Ia malah naik ke bangkar Euna lalu mengambil posisi menyamping di sebelah Euna. Ia lalu menyusupkan kedua tangannya di pinggang Euna dan menempelkan hidungnya pada leher Euna.
"tunggu sembuh dulu, ya? Kalo sudah sembuh, aku janji kita akan pulang. Bahkan kau boleh jalan jalan nantinya."
Euna hanya menghela nafas pelan dan melepaskan tangan Jimin yang ada di pinggangnya. "tidak usah nemelukku. Sekarang turun, aku ingin istirahat."
Jimin hanya terkekeh lalu turun dari bangkar Euna dan membiarkan istri angkuhnya istirahat.
Tiba tiba ponsel yang ada di saku celana Jimin bergetar, dan menampilkan sebuah nama.
Ha Neul's calling...
"Aku angkat dulu." ucap Jimin lalu berjalan ke arah pintu kamar mandi.
"yeoboseyo?"
"..."
"aku akan kesana sebentar lagi, maaf membuatmu menunggu terlalu lama."
"..."
"baiklah terimakasih Ha Neul-ssi."
Jimin pun mengakhiri panggilan telfonnya dan berjalan kearah bangkar Euna. Ia melihat Euna sudah memejamkan matanya dan nafasnya sudah teratur, ia lalu mengecup singkat dahi Euna.
"cepatlah sembuh, aku akan pergi dulu sebentar. Aku pastikan saat kau membuka matamu, aku ada di dekatmu."
Jimin lalu melangkahkan kakinya keluar kamar rawat Euna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
Fanfiction"semua ini berawal dari kesalahan. Kesalahan yang seharusnya tidak terjadi. Aku tidak mencintaimu. Aku membencimu brengsek!" Shin Euna "ketahuilah, aku bersyukur kesalahan itu melibatkanku dan dirimu. Karna kesalahan itu aku mengenalmu. Dan, kurasa...