Jimin terbangun dari tidurnya saat mendengar suara yang mengganggu dari kamar mandi. Ia lantas mengumpulkan kesadarannya dan bangun dari tempat tidur, lalu berjalan menuju kamar mandi.
"Sayang? Kau di dalam? Ada apa? Ada masalah?"
Euna yang mendengar pertanyaan Jimin pun dengan cepat membasuh mulutnya. Euna lantas membuka pintu kamar mandi dengan lemas. "tidak apa, hanya mual."
Jimin lalu membantu Euna untuk duduk di tepi tempat tidur lalu mengusap pelan punggung Euna.
"kalau hamil seperti ini, ya?"
Euna memutar kedua bola matanya malas. Tidak mungkin Jimin tidak tahu tentang hal itu kan?
"tentu saja. Mandilah dulu, aku akan siapkan sarapan." ucap Euna sebelum bangkit dan berjalan keluar kamar.
***
Euna tengah bersantai sembari membaca majalah fashion yang menunjukkan beberapa gaya yang sedang trend.
Jimin sudah pergi ke kantor. Dan tentu saja, Jimin masih melarang Euna untuk pergi ke butiknya. Hanya di izinkan di hari-hari tertentu saja.
Terkadang Euna merasa jengkel dengan Jimin yang menurutnya berlebihan. Tetapi, mengingat kekhawatiran keduanya mengenai calon anak mereka, Euna tak heran kalau Jimin bertindak demikian.
Jimim bahkan mempekerjakan satu asisten rumah tangga yang sudah berpengalaman untuk menemani Euna.
Euna sebenarnya tidak terlalu suka asisten rumah tangga, itulah alasannya semua maid yang ada di rumah Jimin saat itu diberhentikan.
"nyonya, sudah waktunya minum susu."
Euna yang tengah membaca majalah pun mengangkat kepalanya dan menerima segelas susu yang diberikan oleh asisten rumah tangganya.
"ah, terimakasih ahjumma."
Euna lantas meminum susunya dan mengembalikan gelasnya kepada asisten rumah tangganya untuk dibawa kembali ke dapur.
Tentu saja, ini semua sudah diatur oleh Jimin. Jam makan, minum susu, vitamim, istirahat, dan sebagainya. Itulah alasan mengapa Euna terkadang jengkel pada Jimin.
"appa-mu berlebihan baby. Memangnya dia pikir eomma tidak bisa mengurus diri sendiri? Menyebalkan." oceh Euna sembari mengusap perutnya yang masih rata.
"baby tumbuh dengan cepat ya, supaya eomma tidak kesepian di rumah. Eomma akan menjaga baby dengan baik. Tumbuh dengan baik ya, sayang?"
***
"ibumu sudah tau?"
Jimin menatap kosong pulpen yang sedang ia mainkan di tangannya. Pikirannya sedang sangat banyak sekarang.
"aku belum berniat memberi tahunya. Tidak ada yang tau kecuali dirimu selain kami." jawab Jimin sembari meletakkan pulpennya ke atas meja dan menyesap kopinya.
"mengapa? Bukankah ibumu sangat menunggu kabar itu?" tanya Taehyung.
"aku tau, entahlah, aku belum terpikirkan untuk memberi tahunya. Jujur saja, aku masih cukup jengkel dengan caranya yang seperti itu. Euna juga belum ingin bertemu dengan siapa-siapa."
Taehyung lalu menganggukan kepalanya. Ia lantas menyangga kepalanya menggunakan tangan di atas meja. "Euna belum bertemu Jungkook atau Seoyun?"
"belum. Euna belum aku izinkan untuk berada di butik terlalu lama. Jadi sangat sulit untuk bertemu Jungkook, apalagi aku yakin semenjak Euna jarang ke butik, Jungkook yang mengurus semuanya. Anak itu pasti sibuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
Fanfiction"semua ini berawal dari kesalahan. Kesalahan yang seharusnya tidak terjadi. Aku tidak mencintaimu. Aku membencimu brengsek!" Shin Euna "ketahuilah, aku bersyukur kesalahan itu melibatkanku dan dirimu. Karna kesalahan itu aku mengenalmu. Dan, kurasa...