This part of Story was written by Viona Ang.
(Cerita ini menggunakan bahasa baku, apabila Anda tidak begitu suka membaca bahasa baku, bisa langsung lompat ke Stacy's curse A bloody farewell)
Belanda, 1597.
Sinar mentari yang merasuk dari ventilasi kamarku membuatku langsung terjaga.
"SUDAH PAGI!" pekikku senang sambil langsung melompat dari atas kasurku.
Aku bergegas menyahut gaun biru muda yang telah kusiapkan jauh-jauh hari sebelumnya dari dalam lemariku dan segera mengenakannya di depan meja rias. Aku beberapa kali mengusap mata untuk menghilangkan kotoran yang menempel di sana serta menyisir rapi rambutku. Setelah kurasa sudah cukup rapi, aku segera berlari ke lantai tiga untuk menggedor kamar kedua orang tuaku.
"Bangun Pa, Ma! Sudah pagi!" pekikku sambil menggedor dengan penuh semangat.
Semenit, dua menit, lima menit kemudian masih belum terdengar jawaban mereka. Aku kembali memekik dan menggedor pintu mereka hingga akhirnya ayahku membuka pintunya sambil menguap.
"Stacy, jangan berisik, ini masih jam setengah enam pagi." sahutnya malas.
"Tapi hari ini hari pertamaku sekolah, yah, aku tidak boleh terlambat!" protesku ngotot.
"Iya, sekolahmu masuk jam delapan, tahu, memangnya kamu pikir dari sini ke sekolah berapa lama?" tanyanya belum berpindah dari ambang pintu.
"Um... Dua jam?" jawabku menerka-nerka. "Ya, Stacy nggak tahu, Stacy kan dikurung terus seperti Rapunzel!" protesku sambil menyilangkan tangan.
"Iya, maaf sayang, bukan maksud kami untuk mengurungmu seperti Rapunzel, kami cuma terlalu sayang sama kamu, takut kamu kenapa-napa kalau dibiarkan keluyuran." terangnya sambil mengucek mata.
"Nggak papa deh, Pa, yang penting hari ini sekolah, yeay!" pekikku girang.
"Iya, tapi kamu siap-siap dulu yang bener, pasti kamu belum sikat gigi, kan? Tuh nafasmu masih bau seperti kaos kaki." sahutnya sambil menutup hidung. "Sekolahnya masih lama, kok, tenang aja. Jangan lupa makan dulu."
Papa pun menghilang di balik pintu setelah mengucapkan kalimat itu.
Aku hanya mendengus kesal dan berjalan kembali ke kamarku untuk bersiap-siap.
***
Begitu sampai di depan gedung sekolah, aku segera turun dari kereta kuda yang kunaiki dan melambaikan tangan pada Papa dan Mama yang mengantarku ke sini. Aku segera menenteng tasku dan membawa Emily—boneka kesayanganku yang kudapat saat umur tujuh tahun—masuk ke dalam sekolah.
Di luar dugaanku, ternyata sekolah sangat sepi. Hanya ada satu dua orang murid yang tampak berlalu lalang di dalam sekolah.
Aku menyusuri lapangan rumput yang ada di hadapanku dan terus berjalan menuju papan pengumuman yang ada di koridor sekolah. Begitu sampai, aku segera mencari namaku di kertas-kertas yang ada di sana. Begitu melihat di mana kelasku berada, aku segera berbalik dan...
BRAK!!!
Aku menabrak seorang kaum adam berbadan tinggi yang ternyata saat itu berdiri di belakangku. Anehnya, tubuhnya berbau manis seperti vanila. Aku segera meminta maaf dan melangkah pergi. Belum jauh aku melangkah, ia segera meraih lenganku.
"Tunggu, namamu siapa, sepertinya kamu baru di sini?" tanyanya ramah, senyum tipis mengembang di wajahnya.
"N-Namaku Stacy Rosemary, halo." kataku kikuk sambil mengulurkan tanganku.
Wah, akhirnya! Aku bisa mendapatkan teman!
"Hai, aku Christ Imgard." sahutnya sambil menggenggam tanganku,
Astaga, tangannya dingin sekali! Padahal sekarang masih musim gugur, seharusnya udara tidak sedingin itu, kan? Untung aku bawa dua sarung tangan hari ini untuk berjaga-jaga.
"Wah, tanganmu dingin sekali. Apakah kamu mau meminjam sarung tanganku?" tanyaku sambil merogoh sarung tangan dari dalam tasku dan menyerahkannya.
"Wah, thankyou. Kamu baik banget!" sahutnya senang, langsung memakai sarung tersebut di kedua tangannya. "Ngomong-ngomong, kenapa kamu bawa boneka ke sekolah?"
"Oh, ini Emily, dia temanku dari kecil karena selama ini aku tidak boleh keluar rumah karena Mama dan Papa takut sakitku kambuh." jelasku sambil menunjukkan boneka gadis pirang berkepang dua di tanganku. "Lihat, bajunya sama denganku, aku merajutnya sendiri."
"Waw, selain cantik kau berbakat juga ya," gumamnya, sedikit tidak terdengar.
"Apa?" tanyaku memastikan.
"Ah, tidak apa-apa, terima kasih sarung tangannya! Sampai nanti." sahutnya gelagapan sambil melangkah pergi.
Aneh, wajahnya berubah menjadi semerah tomat, jangan-jangan dia demam karena kedinginan. Kasihan sekali, Christ.
********
Hi semua, di sini aku mau njelasin sedikit tentang cerita ini supaya nggak membingungkan.
1. Kenapa Stacy naik kereta kuda dan ke sekolah pake gaun??
Karena settingnya ini di tahun 1500an di jaman Belanda di mana belum ada mobil, jadi mereka ke mana-mana pake kereta kuda atau naik kuda macem pangeran dan putri di negri dongeng heheheh.
Trus juga pakai gaun karena dulu belum diciptain sistem seragam, jadinya pake gaun masing-masing, dari rumah.
2. Bahasanya kaku banget, ya?
Iya soalnya biar kayak terjemahan kan aslinya ngomong basa Belanda #Apasih, apalagi kan Stacy nggak pernah keluar rumah jadi ya kebiasa ngomong sama orang dewasa yang ada di rumahnya aja, jadi agak aneh gitu memang anaknya TT
3. Kok ke sekolah bawa boneka nggak dicegat gurunya?
Soalnya Stacy kelewat tajir, jadi yah, takut semua berurusan sama bapaknya Stacy, nanti malah dituntut macem-macem kelar idupnya. Lagipula boneka nggak mengganggu pembelajaran kok, kecuali dia bawa rokok atau narkoba gitu, baru dimarahin, hehehe.
Oke, sekian sekiranya penjelasan saya :'D Jangan lupa divote dan difollow ya guys, thankyou!
KAMU SEDANG MEMBACA
[KUMPULAN CERPEN] Stacy's Curses
Horror#35 Cerpen out of 3.5k (26.1.20) #24 Sahabat out of 2.26k (26.1.20) #23 Horor out of 1.8k (26.1.20) #20 Misteri out of 1.47k (26.1.20) #22 Urban legend out of 1.22k (26.1.20) Kumpulan cerita seram tentang teror Stacy Rosemary, hantu berdarah dingin...