The Red Covered Package (3)

20 5 0
                                    

This part of story was written by Cindy Handoko

"Nae ireumeun Emily..."

"Nae ireumeun Emily..."

**Nae ireumeun : "namaku" dalam bahasa Korea**

Aku membuka mataku yang terasa lengket perlahan-lahan saat mendengarkan bisikan serak nan lirih yang mengerikan. Pandangan mataku langsung berhadapan dengan langit-langit kamar yang gelap dan tinggi. Suasana kamar begitu dingin, sampai-sampai aku harus meringkuk di dalam selimut agar tubuhku tidak membeku kedinginan.

"Nae ireumeun Emily..."

Seerr...

Aura dingin yang mengerikan menerpa sekujur tubuhku. Dapat kurasakan, bulu kudukku meremang. Demi Tuhan, suara apa itu? Kenapa tiba-tiba terdengar suara rendah yang serak dan mengerikan di kamarku?

Dengan waswas, kutolehkan kepala ke samping dan menyipitkan mata untuk melihat dengan jelas tanpa penerangan kecuali secercah cahaya dari ventilasi. Perlahan-lahan, bayangan yang awalnya tampak kabur dalam lensa mataku menjadi jelas. Perlahan... Perlahan, dan...

DEG.

Jantungku berhenti berdetak selama satu detik saking syoknya. Sekujur tubuhku gemetaran seketika.

Sebab, di sudut kamarku, tampak sebuah boneka berbaju merah darah duduk membelakangiku, menghadap ke tembok yang kosong. Boneka itu berambut pirang dengan simpul kepang dan topi pantai menghiasi kepalanya.

Astaga! Boneka itu!

Aku yakin sekali, boneka itu adalah boneka seram yang kutemukan di dalam paket hadiah ulang tahunku. Dan sejauh yang dapat diingat otakku, aku sudah memasukkan boneka itu ke dalam lemari sebelum tidur saking takutnya aku terhadap wajah boneka itu yang terkesan hidup. Lantas, kenapa boneka itu bisa duduk menghadap tembok seperti saat ini?

"Nae ireumeun Emily..."

Suara itu. Aku yakin suara itu berasal dari boneka bergaun merah yang mengerikan itu. Jangan-jangan, aku bermimpi? Tapi, kenapa suara rendah dan serak mengerikan itu terdengar sangat nyata? Saking nyatanya, suara itu sampai sanggup membuat sekujur tubuhku gemetaran.

Boneka itu berhenti mengeluarkan suara, dan selama sesaat, aku hanya memandanginya sambil menimbang-nimbang apakah aku berhalusinasi atau tidak. Suasana menjadi hening dalam beberapa detik yang terasa menyiksa.

Tiba-tiba, kepala boneka itu menoleh ke arahku dan menampakkan wajahnya yang retak-retak dan penuh darah manusia, menyeringai kejam dengan tatapan mata menghunjam ke arahku.

Dan jantungku serasa nyaris copot saat mendengar mulut kecil boneka itu berbisik pelan dengan suara yang lebih mengerikan daripada sebelumnya.

"Nae ireumeun EMILY..."

***

SOHWA'S MOM POV

"AAAAAAA!!!"

Sebuah teriakan melengking bernada tinggi terdengar dari lantai atas. Aku kaget bukan kepalang menyadari teriakan itu adalah teriakan Sohwa, putriku.

Ya ampun, apa yang terjadi padanya dini hari begini? Apa ia melantur atau bermimpi seram?

Tanpa banyak bicara lagi, aku segera berlari menuju lantai atas dan menerjang masuk ke kamar Sohwa. Alangkah terkejutnya aku menemui putriku itu kini telah jatuh dari kasur dengan wajah pucat dan tubuh gemetaran, sementara mulutnya yang bergetar penuh kengerian masih setengah terbuka setelah berteriak kencang-kencang tadi. Matanya terpejam, seolah tak berani untuk melihat sesuatu.

[KUMPULAN CERPEN] Stacy's CursesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang