Christian POV
Sejak setengah jam yang lalu aku terus berlari lurus tanpa arah sambil sesekali menengok ke belakang hanya untuk mendapati jalan setapak yang gelap gulita.
Meskipun aku tidak dapat merasakan kehadiran sosok apa pun di sekitarku, aku masih merasa tidak aman. Mungkin hal ini karena aku tidak lagi bisa merasakan sosok pelindungku, Yurigame. Setelah pertahananku berhasil dijebol oleh hantu Belanda itu, ia langsung meringsek maju untuk melindungi kami. Dan di saat genting seperti itu, seluruh mantra yang seharusnya sudah kuhafal di luar kepala langsung menguap begitu saja bersamaan dengan keberanian dalam diriku.
Alhasil, aku hanya bisa melarikan diri seperti pengecut.
Aku benar-benar merupakan sebuah kegagalan. Kalau tahu bakal begini, seharusnya dari dulu aku berhenti bermain-main dengan dunia lain. Seadainya aku tahu bahwa permainan hantu sepele yang kami lakukan itu bisa membuat sosok hantu seseram ini menjadi murka, aku pasti sudah tidak melakukannya.
"Baru sadar?" Suara yang amat kunantikan membuatku berjengit kaget.
Ketika aku membalikkan badan, sosok gadis berambut hitam panjang tengah melayang di belakangku. Ia mengenakan sebuah kimono lawas berwarna putih yang senada dengan kulitnya yang putih pucat. Ia menatapku dari balik poninya dengan ekspresi datar.
"Yurigame-san? Kau sudah di sini?" tanyaku merasa gembira bukan main. "Kalau kau sudah ada di sini, berarti... Kau sudah menang?"
Ia menggeleng singkat sebelum menghela nafas, "Untung saja ia kabur tepat setelah kamu melangkah pergi. Kalau dia benar-benar melawanku, aku bisa musnah."
"M-Musnah? Kupikir kamu immortal." Sahutku sedikit kebingungan.
"Tentu saja tidak. Dengan kekuatan sebesar itu, dia bisa memakan jiwaku dan jiwamu semudah makan takoyaki. Makanya aku buru-buru mengejarmu karena kukira ia akan menangkapmu." Ujarnya.
"Tapi aneh. Ke mana perginya hantu itu kalau dia tidak mengejarku?" Gumamku.
Ia tertegun sejenak, kemudian melotot. Baru saja kubuka mulut untuk menanyakan kenapa ekspresinya seperti itu, ia buru-buru menyeletuk, "Temanmu dalam bahaya. Ayo, cepat pergi ke rumah sakit."
"Temanku?" Aku membeo sambil menjajari langkahnya.
"Leo." sahutnya tanpa berbalik.
"L-Leo... Kupikir dia sudah..."
"Tidak. Aku cuma bilang posisinya mengenaskan, bukannya mati. Ketika aku sampai, Stacy sudah memotong lengan kanannya. Sesuai rencana Stacy yang ingin mebunuh kalian perlahan, ia sudah kehabisan banyak darah. Kalau saja aku terlambat menarik perhatian seorang gadis untuk membawanya ke rumah sakit mungkin saja Leo tidak akan selamat."
"Siapa Stacy?"
"Hantu Belanda yang mengejar kalian. Dia menyimpan dendam besar pada orang-orang yang suka berkhianat sepertimu, dan menawarkan bantuannya pada orang-orang yang tengah dihianati oleh orang terdekatnya."
"Hah!? Kapan aku berkhianat?"
"Saat mengadakan permainan itu. Memaksa Raymond dan Liz putus. Bukankah seharusnya dia temanmu?"
"Oh, itu termasuk."
"Tentu saja!"
"Tapi, kan aku tidak pernah benar-benar menganggapnya sebagai teman. Aku sudi berteman dengannya gara-gara Leo gagal move on dari Liz."
"Pendapatmu tidak penting. Lagipula di depannya kau memperlakukan Raymond sebagai teman, tapi kau menusuknya dari belakang. Itu yang Stacy tidak suka."
KAMU SEDANG MEMBACA
[KUMPULAN CERPEN] Stacy's Curses
Horor#35 Cerpen out of 3.5k (26.1.20) #24 Sahabat out of 2.26k (26.1.20) #23 Horor out of 1.8k (26.1.20) #20 Misteri out of 1.47k (26.1.20) #22 Urban legend out of 1.22k (26.1.20) Kumpulan cerita seram tentang teror Stacy Rosemary, hantu berdarah dingin...