Torment or Threat? (2)

21 4 0
                                    

–1 Day before Halloween–

Christian POV

Kringg....

Bel sekolah berdering nyaring, menandakan waktu istirahat telah tiba.

Aku beserta kelima sohibku langsung tancap gas menuju kantin sebelum tempat itu dipenuhi lautan manusia, membuat kami semakin sulit untuk membeli makan siang. Begitu kami berhasil memijakkan kaki di kantin, belum ada satupun siswa selain kami berlima. Aku segera menduduki meja paling pojok yang terletak paling jauh dari para penjual sedangkan teman-temanku segera membeli makanan sesuai dengan keinginan mereka. Yang pertama mendapat makanan adalah Leo, ia segera membawa sepiring nasi ayam kesukaannya ke meja. Begitu ia menghempaskan pantat di hadapanku, aku segera berdiri dan menghampiri penjual soto langgananku.

"Bu, soto satu, kayak biasa." kataku sambil menyerahkan uang dua puluh ribuan padanya.

Ibu-ibu penjual itu segera menyiapkan pesananku dengan sigap dan cepat bak seorang pelayan profesional. "Makasih Bu." Kataku setelah membayar dan meraih nasi soto yang masih panas itu.

Aku berjalan dengan sangat hati-hati melewati kerumunan anak yang mulai berdatangan, menuju ke meja di mana teman-temanku sudah berkumpul. Aku kembali menempatkan diriku di depan Leo, dan segera menyeruput nasi soto kesukaanku. Semuanya hening, yang terdengar hanyalah suara sendok garpu yang menatap piring dan suara siswa-siswa yang sudah memenuhi kantin.

Merasa agak canggung, aku segera mencari topik pembicaraan, "Eh ada yang tau nggak besok hari apa?" 

"Jumat. Emang kenapa?" Leo yang tak paham apa maksudku menyeletuk.

"Dasar Leo bego." Lemon alias Raymond menyahut tak jelas.

Oh iya, kalau kalian penasaran kenapa Raymond bisa dipanggil Lemon, itu sebenarnya adalah ide dari Leo, katanya orang yang pendek dengan muka pas-pasan sekaligus sifat sepertinya tak cocok mendapat nama 'Raymond', jadi lebih baik kami memanggilnya Lemon saja, toh mukanya sudah se-asem lemon yang dijual di pasaran.

"Lo itu yang bego, emang tau besok hari apaan?" Leo balik menyerangnya.

"Er..." Lemon tampak berpikir keras karena tidak mau dikatai bego. "Oh, gue tau, besok hari ke tiga puluh satu dari bulan Oktober yang kebetulan jatuh di hari Jumat." Sahutnya sok pintar/

"Dasar Lemon asem." Sahut Leo. "Sekarang siapa coba yang bego. Orang gue tadi cuma bercanda. Jelas-jelas besok itu Halloween."

"Apa lo bilang? Siapa yang bego!?" Lemon segera berdiri dari sebelah Liz dengan tampang dan kelakuan sok jagoan 

"Nggak papa." Leo mendengus kesal sambil memalingkan wajahnya. "Butuh waktu seribu tahun buat ngulangin kata-kata gue ke orang tuli kaya lo."

"Eh, gue nggak tuli, ya!" Katanya tak terima sambil bersiap menghantam muka orang berkaca mata yang duduk di samping Anna.

"Eh, ngajakin berantem lo? Sini maju, gue nggak takut. Tapi kalo lo nangis, nggak usah lapor-lapor ke nyokap ya." Ledek Leo.

"Eh, udah dong, masa setiap ketemu kalian pasti berantem? Sekali-sekali akur kek." Liz menarik Lemon agar ia kembali duduk di sampingnya. Untunglah ia melakukan hal ini, jika tidak sebentar lagi akan terjadi perang dunia ketiga yang sudah jelas akan dimenangkan oleh Leo.

"Iya-iya Liz sayang." Lemon menyahut sok mesra.

"Cih." Leo mendengus keras-keras sambil memperagakan orang muntah.

"Udah-udah! Berantem aja lo kerjaannya! Daripada itu, gimana kalo besok kita adain acara halloween-halloween-an? Bikin permainan apa gitu yang berhubungan sama hantu-hantuan, atau mau bikin pesta kostum gitu, kan seru." Usulku sambil membenarkan poni Koreaku yang kupotong mirip Jungkook.

[KUMPULAN CERPEN] Stacy's CursesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang