Torment or Threat? (3)

16 4 0
                                    

Leo POV

"Sinting" mungkin adalah kata yang paling tepat untuk menggambarkan Chris. Kalau kau mengira aku sarkastik, kau bisa menanyai setiap orang dalam sekolah untuk membuktikannya. Yep, kesintingan temanku itu memang sudah terkenal-tidak hanya di kalangan siswa, melainkan juga guru-guru dan karyawan.

Kenapa cowok itu bisa dicap sinting?

Bicara jujur, dilihat dari segi fisik, cowok itu kelihatan normal. Tingginya agak di atas rata-rata-mungkin sekitar seratus delapan puluh tiga sentimeter. Dan kalau dipaksa mengkategorikan cowok itu, dia termasuk orang yang tampan-jangan katai aku gay, aku hanya bicara soal kenyataan. Bahkan ia kerap kali disamakan dengan Jungkook, si bintang Korea yang gosipnya tampan sekali. Kedengarannya agak banci, aku tahu. Tapi entah mengapa, tidak ada orang yang pernah benar-benar mengatainya "banci".

Mungkin ini ada hubungannya dengan hal lain yang membuatnya terkenal : dunia gaib.

Dunia gaib?

Yep, aku memang baru saja mengatakan "dunia gaib". Jangan memandangiku seperti itu. Seharusnya pandangan itu kalian simpan saja untuk Chris saat bertemu dia nanti.

Cowok yang tergolong dekat denganku itu memang suka sekali segala hal berbau mistis-mulai dari hantu, monster, sampai ramalan-ramalan yang tak jelas benar atau tidaknya. Gosipnya, dia bahkan mempunyai ratusan boneka voodoo di gudang rumahnya (aku tak pernah berharap salah satunya mirip diriku, sih). Di sekolah, kerjanya hanya membicarakan ritual-ritual aneh yang telah dia lakoni-kebanyakan ritual pemanggilan hantu. Hal itu, tentu saja, membuat semua orang ketakutan. Karena itulah, muncul aturan tak tertulis bahwa jika kau mengusik Chris, kau bakalan kena santet atau disatroni Sadako saat tengah malam.

Sekarang cowok itu mau menyeret kami untuk melakukan salah satu ritual anehnya.

Menurut kalian bagaimana perasaanku?

Apa pun jawaban yang ada di kepala kalian, semuanya salah besar.

Takut, ngeri, ingin mengubur diri dalam-dalam di tanah? Tidak. Aku tidak merasakannya.

Kalau ada jawaban yang benar, itu adalah senang.

Oke, sekarang kalian boleh memandangiku seperti itu. Toh aku kedengaran sama sintingnya dengan Chris.

Kenapa tepatnya aku merasa senang, ini tentu ada hubungannya dengan Elizabeth alias Liz, cewek yang sudah lama kutaksir-mungkin sudah sekitar dua tahunan ini. Aku tahu, aku bukan satu-satunya cowok yang naksir cewek itu. Kalau dihitung-hitung, mungkin malah ada lusinan cowok yang mengklaim bahwa mereka menyukai Liz. Maklumlah, dia sangat cantik. Perangainya juga lemah lembut, tidak seperti kebanyakan cewek di sekolah kami yang hobi bergosip dan membuat onar dengan menangis di kelas (maksudku, siapa juga yang peduli soal pacar mereka yang tiba-tiba tidak ada kabarnya?)

Kalau pun ada kekurangan dalam diri Liz, itu adalah bagaimana seleranya sangat rendahan. Bayangkan saja, di antara lusinan cowok ganteng yang menyukainya (yep, ganteng. Banyak yang bilang, kok, kalau aku ganteng), dia malah memilih sebuah lemon hidup yang asemnya sudah menyamai buah sialan itu.

Oke, aku kedengaran kejam banget barusan. Tapi aku tidak mengada-ada saat aku bilang cowok bernama asli Raymond itu asem setengah mati. Lagipula, aku bukan satu-satunya orang yang berkata seperti itu. Cowok yang biasa dipanggil Lemon itu memang sudah terkenal kesongongannya di seluruh sekolah. Sudah bodoh, masih sok pintar pula. Sedikit-sedikit tersinggung, sedikit-sedikit marah. Punya barang bagus langsung pamer-pamer ke sepenjuru sekolah. Pokoknya tipe cowok yang tidak cocok diajak berurusan, deh.

Adanya aku berteman dengan Lemon juga karena terpaksa. Kalau aku tidak sok bersikap manis di depannya (yang sering gagal, seperti di kantin tadi siang), Liz pasti bakal menjauhiku. Tapi aku sendiri juga tahu, cewek itu tidak akan pernah menganggapku lebih dari teman kecilnya.

[KUMPULAN CERPEN] Stacy's CursesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang