A Bloody Farewell (END)

57 7 0
                                    

This part of Story was written by Viona Ang.

BELLA POV

Aku memaksa kakiku untuk terus melangkah menyusuri hutan dengan kaki telanjang.

Tiap kali aku melangkahkan kaki, rasanya batu-batu kecil yang tajam menusuk telapak kakiku yang saat ini tidak merasakan apapun selain rasa sakit. Ke manapun aku melangkah, hanya ada batang pohon identik yang berjajar rapi menghalangi pandanganku serta rumput-rumput tinggi yang menggelitik kaki.

Seharusnya aku tidak mencurangi ujian nasional itu.

Seandainya saja aku tidak menghasut mereka untuk membenci Rachel dan membantuku untuk menjadi nomor satu sesekolah semua ini tidak mungkin terjadi.

Aku hanya iri padanya.

Dari kecil aku selalu mendapat apa yang kuinginkan karena aku selalu berada di peringkat pertama. Orang tuaku selalu memujiku dan membanggakan peringkatku, bahkan mengataiku jenius. Tentu saja itu membuatku sangat senang dan bangga, lagipula anak mana yang tidak ingin membahagiakan orang tuanya?

Namun kemudian muncul Rachel.

Ia selalu menyabet peringkat satu yang seharusnya menjadi milikku. Sejak saat itu orang tuaku berhenti menyanjungku, bahkan mereka memandangku seakan aku adalah anak yang amat bosoh. Setiap kali mendapat nilai yang lebih rendah dari Rachel, mereka selalu murka dan mengata-ngataiku. Apalagi saat penerimaan rapor, mereka bahkan pernah mengirimkan sopirku untuk mengambil raporku hanya karena nilaiku kalah telak dari Rachel. Mereka malu anaknya tidak juara satu, katanya.

Sejak saat itu aku selalu berpikiran bahwa menjadi nomor dua tidaklah cukup.

Kemudian muncul lah pikiran bodoh untuk menyurangi ujian nasional kali ini. Aku hanya ingin menutup masa sekolah dengan kenangan baik bersama orang tuaku, dengan menurunkan nilai Rachel dan menjadikanku peraih peringkat satu.

Aku pun menghasut teman-teman satu kelasku untuk membencinya agar mereka mau membantuku. Rachel adalah sosok yang cukup cerewet, super irit, dan amat kutu buku sehingga tidak sulit untuk mencari-cari alasan untuk membencinya seperti ia terlalu kutu buku, tidak cocok untuk kami yang suka dengan gaya hidup kebarat-baratan dan suka party. Awalnya hanya Michele yang termakan hasutanku-terlalu termakan, malah. Ia jadi sangat benci pada Rachel dan ingin menyingkirkannya hingga ia membuat Rachel tidak lulus ujian meskipun aku memintanya hanya mengganti empat sampai lima jawaban saja.

Henry sudah lama suka pada Michele, dan dia adalah tipe budak cinta jadi tentu saja ia akan bergabung apapun yang Michele ikuti. Nico adalah sahabatku, yang ternyata juga memendam rasa padaku sejak lama sehingga ia akhirnya memutuskan ambil bagian. Axel meskipun adalah pacarku ia menolak mentah-mentah ajakan itu dan memintaku menghentikannya.

Seharusnya aku mendengarkannya dari awal.

Namun karena aku mengancam akan memutuskannya jika ia tidak mau ikut minimal merahasiakan rencana kami dari Rachel, akhirnya ia mengambil bagian dengan menjadi pengalih perhatian bersama Henry dan Nico.

Aku benar-benar tidak menyangka Rachel akan tidak lulus ujian, dan aku juga tidak menyangka bahwa ia sedemikian butuh beasiswa itu.

Pandanganku berhenti pada sebuah batang pohon yang tampak berbeda dari yang lain. Sebuah cat merah tampak menghiasi batang tersebut. Ketika aku berjalan mendekat, kudapati batang pohon lain bertanda merah di belakangnya, dan di belakangnya lagi membentuk sebuah jalan lurus ke depan.

Mungkinkah ini penunjuk jalan?

Aku tidak memiliki pilihan lain selain berlari mengikuti batang-batang bertanda tersebut.

[KUMPULAN CERPEN] Stacy's CursesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang